Chapter 3 Makan Malam

Suasana malam yang hening sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, siap menabrak wanita yang sedang berjalan di pinggir jalan. Dari kejauhan wanita lain berlari mendatanginya, "Cinta, awas!" teriaknya. 

Wanita itu pun mendorong Cinta dengan sekuat tenaga namun, kecelakaan tidak bisa dihindari wanita itu mengalami kecelakaan demi menyelamatkan Cinta.

Tergeletak di jalan sekujur tubuh  di penuhi dengan darah, dengan suara lirih ia berkata, "Ma-maafkan aku, hanya ini yang bisa ku lakukan untukmu a-dik-ku."

"Bangun Kak Cintaa!" teriak Tina.

Cinta pun terbangun dari tidurnya. "Lagi? Mimpi itu lagi," ucapnya.

"Kakak mimpi buruk lagi, ini sudah yang keberapa kalinya. Bagaimana kalau kita pergi ke psikiater atau rumah sakit untuk memeriksa keadaan kakak?" tanya Tina.

"Tidak, kalau sampai media tau kita pergi kesana. Media akan membuat berita negatif, untuk meningkatkan rating mereka, tanpa peduli alasan yang sebenarnya."

"Tapi kesehatan Kakak yang paling penting," ungkap Tina dengan penuh khawatir.

Cinta menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak apa-apa. Kembalilah tidur ini masih jam 3 pagi."

"Baik Kak, bagaimana kalau kita olahraga pagi lalu siangnya kita pergi jalan-jalan bersama?"

"Baiklah, terserah kau saja," jawab Cinta. 

Tina pun mengangguk. "Kakak tidur lagi aja." Sambil menyelimuti Cinta lalu beranjak pergi.

"Kau juga," saut Cinta. " Anak ini sangat peduli padaku. Aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri, jika tidak ada dia, aku mungkin akan semakin kesepian. Tina, kuharap kau tidak akan pernah mengkhianati ku," pikirnya.

Pagi hari yang cerah Cinta sedang menunggu Tina di ruangan gym rumahnya. "Kenapa Tina lama sekali ya, apa dia masih tidur?" 

"Ibu," panggil Razi. "Ibu sedang apa?" tanyanya.

"Oh kebetulan sekali putra ibu sudah bangun. Ibu mau olahraga, agar tubuh kita sehat."

"Memangnya ibu kurang sehat?"

"Akhir-akhir ini ibu sering bermimpi buruk, jadi olahraga bisa membantu ibu lebih tenang dan juga fokus bekerja."

"Razi juga mau olahraga, biar sehat kayak Ibu" ungkapnya.

"Apa putra ibu juga bermimpi buruk?"

"Sebenarnya Razi mimpi makan bersama ayah dan ibu. Razi kangen sama ayah."

Cinta berpikir sejenak."Hmm ayahnya sibuk bekerja, kalau malam sepertinya bisa," pikirnya. 

"Bagaimana kalau ajak ayah Razi ikut makan malam bersama kita?"

"Apa boleh?" tanyanya sedikit khawatir.

"Tentu saja boleh. Ayahmu juga pasti merindukan Razi." 

Razi pun tersenyum nakal."Yes berhasil," gumamnya.

Trakk  tiba-tiba terdengar suara gelas pecah, Cinta dan Razi segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Tina menjatuhkan gelas ketika sedang mengambil air.

"Tina kau tidak apa-apa. Apa yang terjadi?" tanya Cinta.

"Maaf kak, Tina sedang kurang enak badan. Tadi mau mengambil air untuk minum obat," jawabnya.

"Ya sudah, biar kakak yang bersihkan. Kau istirahat saja," sambung Cinta.

"Tapi Kak…." 

"Tenanglah, istirahat sana." Tidak lama kemudian, sambil membersihkan pecahan kaca, Cinta melihat Razi termenung. "Ada apa? tadi ibu lihat Razi senang, kenapa sekarang termenung?" tanya Cinta.

"Kak Tina sakit, Ibu sibuk… makan malamnya dibatalkan," jawabnya ingin menangis.

Melihat Razi ia pun merasa iba dan tidak tega membatalkan janjinya. "Eh siapa bilang dibatalkan, siang ini ayo kita berdua pergi berbelanja untuk nanti malam," sambung Cinta.

"Sungguh? Gak dibatalkan?" tanyanya dengan penuh harapan.

"Iya sayang," saut Cinta sambil tersenyum.

"Yeay Razi sayang ibu." Razi melompat-lompat kegirangan.

Setelah memastikan keadaan Tina, mereka pun bersiap berbelanja. Memakai masker penutup, agar orang-orang tidak tau identitasnya dan pergi ke mall berdua.

"Ibu, ayah bilang dia akan datang jam 7 malam."

"Oke, karena ini masih siang, jadi kita masih bisa bermain sebentar. Ayo kita mainn…."

"Ayo…," sambung Razi.

Setelah puas bermain mereka pun kembali. Cinta menyiapkan masakan bubur untuk Tina dan masakan lain untuk mereka. Saat Cinta sedang menyiapkan masakan untuk mereka, Rangga pun datang.

Tin nong suara bel pintu, Cinta pun segera membukakan pintunya, "Silahkan masuk, Pak Rangga." 

Rangga pun masuk. "Permisi" sautnya. Razi berlari menghampiri dan langsung memeluknya. "Ayah!" panggilnya.

Rangga melepaskan pelukannya, lalu melihat Razi yang sedari tadi tersenyum. "Putra ayah kelihatan bahagia, senang ya bisa tinggal dengan Ibu?" Sambil mengelus kepala Razi.

"Senang, hari ini ibu dan Razi bermain di mall. Ibu juga membelikan Razi mainan."

"Lain kali kalau pergi berdua dengan Ibu, ajak ayah ya," bisik Rangga. Razipun menganggukkan sedikit kepalanya sambil tersenyum.

"Ehem … Pak Rangga silahkan duduk sambil menonton, saya lagi menyiapkan makanan,"  saut Cinta.

"Oh baiklah " jawabnya. Sambil menggendong Razi lalu duduk di sofa, "Ayo kita duduk, ibu lagi menyiapkan makanan," kata Rangga.

Cinta menelan air ludahnya dan berbicara didalam hati, "Canggung, canggung sekali dipanggil ibu oleh seorang pria." 

Setelah beberapa saat Cinta selesai menyiapkan makanan. "Makanan sudah siap. Razi jangan lupa cuci tangan sebelum makan ya." 

"Baik Bu," sautnya.

"Ayah juga ikut cuci tangan," sambung Rangga.

Mereka pun mulai makan, ketika makan Rangga tiba-tiba berhenti. Melihat Rangga, Cinta pun bertanya, "Apa masakan saya tidak sesuai dengan selera Pak Rangga?" 

Rangga sebenarnya merasa familiar dengan rasa masakan Cinta, "Tidak bukan itu. Masakan ini sangat lezat," ungkapnya sambil melanjutkan makan dengan lahap.

"Oh begitu." Sambil melihat Razi yang sedang pilih-pilih makanan, "Razi, kita tidak boleh membuang sayuran. Sayuran itu bagus untuk kesehatan." 

"Razi tidak suka sayuran," jawab Razi.

"Walaupun tidak suka, setidaknya sedikit saja harus kita makan, supaya petani yang menanam sayur ini tidak merasa sedih," ungkap Cinta.

"Baik Bu," jawabnya.

Rangga terdiam sebentar teringat akan kenangannya dulu dengan istrinya ketika sedang makan. "Sayang kita tidak boleh membuang sayuran. Sayuran itu menyehatkan."

Rangga yang sedang melamun, membuat Cinta mulai penasaran padanya. "Pak-Pak Rangga. Bapak kenapa?" tanya Cinta.

"Ah maaf, saya hanya teringat sesuatu. Terima kasih sudah mengundang saya makan malam hari ini dan terima kasih sudah merawat Razi. Saya tidak tau harus bagaimana mengatakannya, kalau kamu butuh sesuatu katakan saja padaku. Apapun akan saya lakukan." 

"Baiklah. Sebenarnya kalau boleh jujur, semenjak Razi tinggal dengan kami, rumah ini terasa sedikit ramai," kata Cinta.

"Aku minta maaf sudah merepotkan kalian…." saut Rangga.

"Bu-bukan itu maksud saya. Semenjak Razi tinggal di sini, rumah ini jadi tidak terasa sunyi dan semakin hangat," ungkapnya.

"Senang mendengarnya. Kalau tidak keberatan aku ingin meminta sesuatu." 

"Apa itu?" tanya Cinta.

"Bisakah kamu memanggilku Rangga saja?" pintanya.

Cinta terdiam mendengar permintaannya, rasa canggung yang ia rasakan masih terasa begitu pekat. "Hmm…." 

"Aku tidak akan memaksamu, tapi kalau kita bertemu lagi ku harap kau memanggilku Rangga," sambungnya. Merekapun melanjutkan makan tanpa suara hingga selesai.

Sebelum pulang, Razi bermain bersama Rangga sampai menjelang tengah malam hingga ia tertidur, Rangga pun menggendongnya masuk ke dalam kamar. Cinta melihat dari kejauhan hubungan ayah dan anak antara mereka, ia pun merasa kagum dengan sosok Rangga sebagai seorang ayah tunggal.

"Mungkin sedikit lancang, tapi saya sebenarnya ingin tau apa yang terjadi pada ibu kandungnya Razi?" tanya Cinta.

"Saya juga sebenarnya ingin tau tentang itu. Lima tahun yang lalu, setelah dia melahirkan Razi, dia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun."

"Apa mungkin hubungan pak Rangga dan istri tidak rukun?"

"Walaupun kami dijodohkan, tapi hubungan kami harmonis," jawabnya dengan wajah sedih.

"Ternyata pak Rangga sangat mencintai istrinya. Sebaiknya aku tidak bertanya lagi. Kasian juga," pikir Cinta.

Rangga menatap Cinta dengan tatapan penuh kerinduan. "Karena sudah hampir tengah malam, saya permisi pulang."

Gumamnya, "karena jika tidak segera pulang entah apa yang akan aku lakukan padamu."

"Bapak bilang apa?" tanya Cinta

"Bukan apa-apa, tidak usah diantar. " Rangga pun bergegas pergi.

seketika wajah Cinta memerah, "Sepertinya aku salah dengar," batinnya.

Terpopuler

Comments

Yan Yan

Yan Yan

dedek nakal ya

2023-01-09

0

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

semangat.. semangat.. 💪

asisten dadakan hadir lagi.. 😘

mampir lagi yukk 😊

2020-11-15

0

Puan Harahap

Puan Harahap

lanjut Thor

2020-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 Cinta
3 Chapter 2 Putra
4 Chapter 3 Makan Malam
5 Chapter 4 Kenangan
6 Chapter 5 Masa Lalu
7 Chapter 6 Syuting Film Ke Eropa
8 Chapter 7 Cinta dalam Bahaya
9 Chapter 8 Cinta dalam Bahaya Bagian 2
10 Chapter 9 Keterpurukan dan Cinta
11 Chapter 10 Saingan Rangga
12 Chapter 11 Dilema Hati
13 Chapter 12 Hasrat yang Terpendam
14 Chapter 13 Antara Mimpi dan Nyata
15 Chapter 14 Pertunangan dan Penolakan
16 Chapter 15 Termenung
17 Chapter 16 Menyesal
18 Chapter 17 Marah karena Cemburu
19 Chapter 18 Berbaikan
20 Chapter 19 Menyadari
21 Chapter 20 Awal Masalah Baru
22 Chapter 21 Bersandiwara
23 Chapter 22 Pertemuan
24 Chapter 23 Musuh Tersembunyi
25 Chapter 24 Kotak Pandora
26 Pengumuman Hiatus
27 Chapter 25 Seli
28 Chapter 26 Penjelasan
29 Chapter 27 Kantor Polisi
30 Chapter 28 Kenyataan Pahit
31 Chapter 29 Menyibukkan Diri
32 Chapter 30 Berkunjung
33 Chapter 31 Memutuskan Hubungan
34 Chapter 32 Prasangka
35 Chapter 33 Perkelahian
36 Chapter 34 Dokter Ryan
37 Chapter 35 Hal yang Terlupa
38 Chapter 36 Kebenaran
39 Chapter 37 Hipnosis
40 Chapter 38 Permintaan
41 Chapter 39 Buku Diari
42 Chapter 40 Zira dan Cinta
43 Chapter 41 Diari Cinta
44 Chapter 42 Tujuan Lain
45 Chapter 43 Flasback 1
46 Chapter 44 Flasback 2
47 Chapter 45 Daren
48 Chapter 46 Token Cinta
49 Chapter 47 Surat untuk Rangga
50 Chapter 48 Klarifikasi Bagian 1
51 Chapter 49 Klarifikasi Bagian 2(END S1)
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 Cinta
3
Chapter 2 Putra
4
Chapter 3 Makan Malam
5
Chapter 4 Kenangan
6
Chapter 5 Masa Lalu
7
Chapter 6 Syuting Film Ke Eropa
8
Chapter 7 Cinta dalam Bahaya
9
Chapter 8 Cinta dalam Bahaya Bagian 2
10
Chapter 9 Keterpurukan dan Cinta
11
Chapter 10 Saingan Rangga
12
Chapter 11 Dilema Hati
13
Chapter 12 Hasrat yang Terpendam
14
Chapter 13 Antara Mimpi dan Nyata
15
Chapter 14 Pertunangan dan Penolakan
16
Chapter 15 Termenung
17
Chapter 16 Menyesal
18
Chapter 17 Marah karena Cemburu
19
Chapter 18 Berbaikan
20
Chapter 19 Menyadari
21
Chapter 20 Awal Masalah Baru
22
Chapter 21 Bersandiwara
23
Chapter 22 Pertemuan
24
Chapter 23 Musuh Tersembunyi
25
Chapter 24 Kotak Pandora
26
Pengumuman Hiatus
27
Chapter 25 Seli
28
Chapter 26 Penjelasan
29
Chapter 27 Kantor Polisi
30
Chapter 28 Kenyataan Pahit
31
Chapter 29 Menyibukkan Diri
32
Chapter 30 Berkunjung
33
Chapter 31 Memutuskan Hubungan
34
Chapter 32 Prasangka
35
Chapter 33 Perkelahian
36
Chapter 34 Dokter Ryan
37
Chapter 35 Hal yang Terlupa
38
Chapter 36 Kebenaran
39
Chapter 37 Hipnosis
40
Chapter 38 Permintaan
41
Chapter 39 Buku Diari
42
Chapter 40 Zira dan Cinta
43
Chapter 41 Diari Cinta
44
Chapter 42 Tujuan Lain
45
Chapter 43 Flasback 1
46
Chapter 44 Flasback 2
47
Chapter 45 Daren
48
Chapter 46 Token Cinta
49
Chapter 47 Surat untuk Rangga
50
Chapter 48 Klarifikasi Bagian 1
51
Chapter 49 Klarifikasi Bagian 2(END S1)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!