"Darimana saja kamu! Kamu tahu betul bahwa Baron Nico orang yang tidak sabaran! Beliau mengatakan pengiriman rotimu hari ini terlambat lebih dari 10 menit! Dan kamu tahu bagaimana sifat dari Baron Nico! Kamu membuatku menerima kemarahan dari Baron Nico karena tindakan tidak bertanggung jawabmu!" Deanda sedikit meringis sambil memegang tengkuknya mendengar omelan dari Logan yang sepertinya tidak akan bisa menerima penjelasan apapun darinya.
"Maaf Tuan, tadi baru saja ada pencopet yang berusaha mencopet tas seorang Nyonya di depan mall yang ada di sebelah selatan bangunan kantor Baron Nico," Deanda berkata dengan suara pelan, berusaha menjelaskan apa yang terjadi sehingga membuatnya terlambat untuk mengantar roti pesanan Baron Nico.
Mendengar penjelasan dari Deanda, bukannya membuat kadar kemarahan Logan menurun, justru semakin membuat pelototan mata Logan bertambah besar karena marah. Melihat api kemarahan di mata Logan semakin membesar, Deanda hanya bisa sedikit menundukkan kepalanya, menatap lantai ruang produksi roti dimana sekarang Logan sedang meluapkan kejengkelannya.
"Kebiasaan burukmu ya Deanda! Sok jadi pahlawan di siang bolong! Apa kamu tahu kepuasaan pelanggan merupakan yang nomer satu bagi kita dibanding hobimu yang suka ikut campur urusan orang lain! Memang kenapa dengan wanita yang dicopet itu! Toh dia bukan Mamamu! Bukan saudara ataupun kenalanmu! Jangan harap dengan sikap sok pahlawanmu itu suatu ketika kedudukanmu sebagai rakyat jelata bisa naik! Kecuali kamu mau menikah dengan Baron Nico!" Logan berteriak keras, membuat beberapa pegawai yang sedang bekerja di sekitar ruangan itu tersentak kaget.
Deanda melap keringat di dahinya dengan telapak tangan kanannya, sambil sedikit menarik nafas lega dari sela-sela bibirnya, merasa beruntung karena paling tidak teriakan dari Logan yang memakinya dan menghinanya hanya terdengar oleh para pegawai, bukan para pelanggan yang sedang duduk di luar sana. Para pegawai yang melihat Deanda mendapatkan makian dari Logan hanya bisa melihat tanpa berani untuk menolong apalagi membelanya karena tidak ingin mereka mendapatkan makian juga, yang bukan hanya menyakitkan telinga, tapi seringkali juga begitu terasa menyakitkan di hati.
"Sampaikan permohonan maaf saya ke Baron Nico, Tuan Logan. Saya benar-benar menyesal, walaupun sebenarnya baru kali ini saya terlambat mengantarkan roti pesanan beliau. Saya harap karena ini kesalahan pertama saya, beliau berkenan memaafkan saya,"
"Kalau kamu merasa bersalah harusnya kamu terima saja lamaran Baron Nico! Kamu ini...!" Sebelum Logan meneruskan kata-katanya yang masih dipenuhi dengan nada emosi, Reyna, yang merupakan istri Logan langsung menarik tangan suaminya, berusaha menghentikan kemarahan Logan yang sudah membabi buta kepada Deanda. Dengan cepat Reyna menarik tangan Logan ke arah ruangan kecil yang biasa digunakan Logan untuk kantornya.
"Sudahlah! Toh selama ini Deanda tidak pernah sekalipun terlambat mengantar roti ke Baron Nico, kenapa juga kamu harus mengungkit-ungkit tentang pernikahan itu terus. Kamu tahu berapa usia Baron Nico! Sudah lebih dari 60 tahun, Deanda masih berusia 22 tahun. Baron Nico umurnya sudah sperti ayah Deanda. Bagaimana bisa kamu tetap berpikir bahwa Deanda akan bahagia hidup dengan laki-laki itu," Logan memandang wajah Reyna dengan tatapan terlihat begitu jengkel.
"Apa salahnya menikah dengan pria berusia lebih dari 60 tahun kalau bisa membuat Deanda menaikkan statusnya, dan juga bisa membuatnya bergelimang harta. Membuat kehidupannya jauh lebih baik dari sekarang yang sudah seperti gembel," Reyna menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar kata-kata kasar suaminya.
“Jangan berkata seolah-olah kamu memperdulikan Deanda. Aku tahu perjanjianmu dengan Baron Nico. Dia akan memberimu sejumlah besar uang jika kamu berhasil membujuknya untuk menikah dengannya. Dengar Logan, Deanda gadis baik-baik yang tidak melakukan hal yang tidak pantas untuk uang. Jika tidak, gadis secantik dia akan dengan mudah menarik hati para pria kayak di negara ini. Tapi kamu tahu sendiri bagaimana selama ini dia begitu bekerja keras untuk dirinya sendiri yang sudah tidak memiliki orantua dan bahkan mau menanggung mama tiri dan kakak tirinya yang hanya tahu tentang berdandan dan menghabiskan uang hasil keringatnya,” Mendengar kata-kata istrinya, Loga hanya bisa terdiam, dari balik kaca jendela kantornya diliriknya Deanda yang sudah kembali sibuk berlarian ke sana kemari mengantarkan pesanan para pelanggan yang datang dengan wajah cerianya dan senyum manisnya, seolah-olah barusan tidak ada yang terjadi padanya.
“Kamu lihat! Seburuk apapun kamu memperlakukan dia, gadis itu tetap melakukan pekerjaannya dengan baik dengan wajah penuh senyumnya, seolah-olah dia tidak mengalami kemarahanmu yang sudah seperti gunung api barusan,” Logan tidak menanggapi perkataan istrinya, dengan langkah cepat dia justru membalikkan tubuhnya, duduk di kursi dekat meja kerjanya.
“Terserahlah! Tapi aku tidak akan berhenti mengusahakan agar dengan rela Deanda mau menikah dengan Baron Nico,” Mendengar kata-kata Logan yang bersikeras tentang pernikahan Deanda, Reyna hanya bisa menarik nafas panjang, merasa kasihan kepada Deanda.
# # # # # # #
Deanda menarik nafas dalam-dalam sambil berjalan dengan sedikit berdendang, merasa puas semua perkerjaannya akhirnya bisa selesai dengan baik. Dan hari ini, merupakan suatu kebetulan jam 6 sore dia sudah bisa pulang, sedangkan biasanya dia harus lembur sampai lebih dari jam 10 malam, membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk menjenguk pamannya yang sekarang ini mengelola tempat perlatihan beladiri yang dulunya dibentuk oleh almarhum ayah dan ibu Deanda.
Abella yang berdiri di samping Deanda hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah dari Deanda hari ini. Abella Adelmo, seorang gadis cantik seumuran Deanda yang sejak kecil sudah menjadi sahabat Deanda. Mereka berdua sama-sama bekerja di toko roti milik Logan. Karena rumah mereka searah, saat berangkat maupun pulang kerja mereka selalu bersama.
Hari ini baik Abella maupun Deanda memutuskan untuk sedikit menikmati suasana sore di pusat kota Tavisha setelah beberapa lama sejak mereka bekerja, sulit sekali untuk mencari waktu barang sebentar untuk menikmati keindahan pusat ibukota. Abella dan Deanda yang berjalan santai di trotoar dekat alun-alun terhenti sejenak begitu melihat salah satu televisi berukuran besar yang terpasang di empat sudut alun-alun kota itu.
Televisi itu biasa menyiarkan acara-acara resmi kerajaan maupun berita ter update yang sedang terjadi di lingkungan kerjaan. Dan tentu saja seringkali televisi itu menjadi hiburan bagi rakyak banyak karena seringnya menampilkan para anggota kerajaan yang rata-rata merupakan para pria tampan dan wanita cantik yang terlihat elegan apalagi dengan pakaian mahal dan mewah mereka.
“Lihat itu Deanda! Sosok idolamu muncul di sana!” Abella menunjuk ke arah televisi yang sedang menampilan sosok Putra Mahkota Alvero Adalvino yang terlihat begitu tampan dengan pakaian resmi kerajaan yang sedang dikenakannya.
“Ah, Putra Mahkota benar-benar tampan ya,” Deanda berkata sambil menarik nafas panjang dengan wajah kagum menatap ke arah layar televisi dan menggerakkan siku tangannya ke lengan Abella yang langsung tersenyum geli.
“Tampan sih, tapi terlalu banyak gosip tidak menyenangkan di sekitarnya. Eh, sepertinya ada pengumuman penting dari istana,” Abella yang tidak dapat mendengar suara dari arah televisi itu, segera membuka handphonenya untuk mencari berita yang sedang ditayangkan di televisi khusus milik istana itu.
"Dengan usia Putra Mahkota Alvero Adalvino yang akan memasuki usia ke 27 tahun 6 bulan lagi. Para bangsawan dan pejabat istana meminta agar Putra Mahkota segera menetapkan calon istri untuknya paling lambat sehari sebelum Putra Mahkota tepat berusia 27 tahun, seperti ketetapan yang sudah ada secara turun temurun di dalam istana bahwa seorang Putra Mahkota harus memilih seorang calon istri sebelum tepat berusia ke 25 tahun dan menikah sebelum usia 27 tahun. Selama hampir dua tahun ini Putra Mahkota selalu mengatakan bahwa di usia yang ke 27 tahun dia akan langsung menikah dengan istri pilihannya sehingga selalu menghindari pemilihan calon istri sejak usianya sudah mencapai 25 tahun hampir dua tahun yang lalu,” Mendengar berita yang dibacakan oleh pembawa berita itu, baik Abella maupun Deanda terlihat terkejut dengan mulut mereka sedikit terbuka karena kagetnya mendengar berita besar sore itu.
“Wahhh…, dengar Deanda, Putra Mahkota yang selama ini selalu kamu idolakan harus menikah di tahun ini, kalau tidak ingin kehilangan posisinya sebagai Putra Mahkota,” Deanda menggigit bibirnya mendengar perkataan Abella.
“Semoga Putra Mahkota mendapatkan gadis terbaik dan mereka bisa hidup dengan bahagia, memajukan negara ini, bisa mengurangi angka kemiskinan,” Abella melotot mendengar doa yang diucapkan Deanda untuk Putra Mahkota yang selama ini begitu dikagumi oleh Deanda.
“Kenapa kamu mengatakan itu? Bukankah kamu tahu gosip-gosip yang beredar? Bahwa Putra Mahkota seorang gay (penyuka sesama jenis)?” Deanda langsung menutup mulut Abella dan menyeretnya menjauh dari kerumunan orang mendengar ucapan Abella barusan.
“Jangan bicara sembarangan! Jika didengar oleh salah satu orang istana kamu akan diseret ke penjara. Apalagi Putra Mahkota selama ini dikenal sering berganti-ganti pasangan, para wanita cantik, pasti dia sedang berusaha memilih salah satu dari mereka untuk dijadikan calon istri. Apa susahnya Putra Mahkota memilih istri sesuai keinginannya. Lagipula mana ada gadis yang menolak jika Putra Mahkota menjatuhkan pilihan padanya," Abella mencibirkan bibirnya mendengar perkataan Deanda.
“Dari gosip yang aku dengar, tidak ada satu gadispun yang bertahan di samping Putra Mahkota lebih dari 1 bulan. Apa menurutmu itu tidak mencurigakan? Pasti berita tentang dia adalah gay itu benar. Apalagi kamu tahu, bibiku yang bekerja di dalam istana mengatakan. Semua pelayan, pengawal, sekretaris, pokoknya semua orang yang berkerja secara langsung dengan Putra Mahkota semuanya pria, tidak ada satupun wanita yang diijinkan mengisi posisi tersebut,” Abella berkata sambil melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada seorangpun yang menguping pembicaraan mereka barusan atau itu akan menjadi masalah besar untuknya dan Deanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Fera Susanti
baca ulang2 lagi...susah move on sama pasangan ini...
2025-01-12
0
wanita tangguh@
udah baca yg ke 3x nya tp ga bosen😁
2025-04-07
0
Nabila Maharani
pertama kali baca langsung❤️
2022-10-25
1