"Nyonya, ini tas Anda. Semoga semua isinya masih lengkap," Begitu Deanda mendekat ke arah Danella, Deanda menyodorkan tas milik Danella yang baru saja dicopet yang langsung diterima oleh salah seorang pria berpakaian rapi di samping Danella yang terlihat seperti pengawal pribadinya.
Melihat Deanda yang berdiri tepat di depannya, Danella langsung menarik kedua pergelangan tangan Deanda, mengamati Deanda dari atas ke bawah. Dengan wajah terlihat khawatir, untuk beberapa saat Danella terus mengamati keadaan gadis cantik yang berdiri di depannya.
"Nona..., apa kamu baik-baik saja? Apa pencopet itu menyakitimu? Tidak seharusnya kamu mempertaruhkan keselamatanmu hanya untuk sebuah tas," Deanda tersenyum dengan wajah kikuk mendapatkan perhatian dari wanita kaya yang tampaknya baik hati, yang ada di depannya.
Sepertinya tidak semua orang kaya merupakan orang jahat dan sombong. Nyonya ini begitu menghargai niat baik orang lain yang berusaha menolongnya. Bahkan dia terlihat begitu mengkhawatirkan aku, yang bahkan bukan merupakan salah satu kerabatnya, Deanda berkata dalam hati sambil berusaha melepaskan tangannya karena merasa tidak enak mendapatkan perhatian sebesar itu, perhatian yang biasanya tidak pernah dia dapatkan bahkan dari keluarganya sendiri.
"Saya baik-baik saja Nyonya, hanya saja maaf karena sudah membiarkan pencopet itu melarikan diri," Deanda berkata dengan nada penuh penyesalan, dan jujur saja mengingat bagaimana pencopet itu bisa lepas dari tangannya membuat hatinya kembali panas karena teringat tentang laki-laki yang dipanggil Tuan Alvi, laki-laki sombong yang menabraknya dan tidak tahu sopan santun tadi, bahkan sampai mereka berpisah tidak ada sepatah kata maaf pun yang Deanda dengar terucap dari bibir laki-laki bermata hazel itu.
Deanda benar-benar tidak mengerti, bagaimana ada seseorang yang setelah melakukan kesalahan tidak merasa perlu untuk meminta maaf, bahkan membiarkan orang lain yang merupakan pengawalnya menggantikan dia untuk meminta maaf. Deanda merasa begitu sial hari ini bisa bertemu dengan orang sesombong itu, dan benar-benar berharap ke depannya tidak akan pernah lagi bertemu dengan laki-laki itu lagi.
"Tidak..., tidak masalah, anakku akan mengurusnya, dia akan segera menangkap pencopet itu. Tenang saja.... Siapa namamu nak?" Deanda tersenyum mendengar perkataan wanita di depannya yang terlihat penuh percaya diri anaknya akan bisa menangkap pencopet itu, menunjukkan bahwa mereka merupakan orang penting di negara ini.
"Deanda..., Deanda Faderer Nyonya," Danella tersenyum mendengar nama yang disebutkan oleh Deanda.
"Deanda Faderer, arti namamu bagus sekali, kuat dan anggun. Benar-benar menggambarkan tentang dirimu yang cantik, kuat dan baik hati," Danella berkata sambil terus memandang ke arah Deanda dengan senyum di wajahnya, membuat Deanda merasa salah tingkah.
"Duchess Danella...," Mendengar salah seorang pria berpakaian rapi di dekat Danella memanggil namanya membuat Deanda tersentak kaget.
"Ma..af Duchess Danella, saya benar-benar tidak tahu bahwa Anda seorang Duchess," Deanda langsung membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat.
Melihat itu Danella langsung memegang kedua lengan Deanda dan menggerakkannya agar tidak perlu membungkuk di hadapannya seperti itu. Dengan ragu Deanda meluruskan kembali tubuhnya dan memandang ke arah Danella yang langsung menyambut tatapannya dengan sebuah senyum manis.
"Deanda, tunggulah sebentar sampai anakku datang supaya bisa ikut berterimakasih atas kebaikanmu menolongku hari ini. Kamu bisa meminta sesuatu padanya untuk membalas apa yang sudah kamu lakukan untukku," Deanda langsung berjalan mundur mendengar perkataan Danella.
"Tidak..., tidak perlu Duchess. Maaf..., saya harus segera menyelesaikan kembali pekerjaan saya yang tadi tertunda.... Permisi Duchess Danella," Dengan gerakan cepat Deanda kembali membungkukkan tubuhnya sebelum akhirnya membalikkan tubuh dan berlari menjauh.
"Eh..., tunggu Deanda!" Tanpa memperdulikan suara panggilan dari Danella, Deanda tetap berlari menjauh ke arah sepeda motornya kembali.
"Mom...," Danella segera menoleh mendengar sebuah suara bariton dari seorang laki-laki muda yang terdengar begitu dikenalnya.
Seorang pemuda tampan, berambut pirang, dan bermata hijau dengan pakaian khas kebangsawanannya mendekat sambil memanggil Danella setelah berlarian ke arah wanita itu dengan wajah terlihat begitu khawatir.
"Apa yang terjadi Mom? Bagaimana kondisimu?" Begitu pemuda tampan itu berdiri di hadapannya, Danella segera memegang lengan pemuda itu.
"Seorang pencopet berusaha mengambil tasku. Tapi tenang saja, gadis cantik itu sudah mengembalikannya padaku," Danella berkata sambil menunjuk ke arah Deanda yang sudah kembali mengendarai sepeda motornya.
"Evan. Gadis itu bukan gadis sembarangan. Aku sangat menyukainya. Kamu harus mencari info detail tentang siapa dan dimana rumah gadis itu. Cari tahu tentang keluarganya agar aku bisa mengunjunginya. Bahkan aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya dan memberikan imbalan yang cukup pantas atas pertolongannya tadi, dia sudah berlari menjauh dan menghilang. Sayang sekali dia pergi dengan cepat sehingga tidak sempat bertemu denganmu," Danella berkata dengan nada penuh penyesalan kepada Evan yang menyipitkan mata hijaunya agar dapat melihat sosok gadis itu dengan lebih jelas dari jauh. Tidak terlalu jelas, namun seperti kata mamanya, Evan bisa melihat bahwa sosok gadis yang diceritakan mamanya memang terlihat cantik dengan kulitnya yang pucat, terlihat kontras dengan rambut hitam legamnya yang dimasukkan ke dalam topinya.
"Namanya Deanda Federer. Cari semua hal tentang dia. Aku ingin mengajaknya minum teh di rumah kita," Evan menoleh kaget ke arah mamanya, dengan kening mengernyit karena tidak biasanya mamanya ingin mengajak seorang gadis untuk minum teh bersamanya, yang ada biasanya Danella selalu memaksanya untuk ikut makan malam atau menghadiri pesta di mana ada banyak gadis cantik untuk dijodohkan dengannya.
"Minum teh Mom?" Danella langsung mengangguk pasti mendengar pertanyaan Evan.
"Kenapa? Mama bahkan tidak keberatan jika harus langsung melamar gadis itu untuk menjadi istrimu jika kamu juga menyukainya. Gadis itu bukan seperti gadis cantik yang biasanya manja," Evan langsung terbeliak kaget mendengar perkataan mamanya, sesaat kemudian dia tertawa renyah.
"Jangan bercanda Mom. Bahkan aku belum mengenalnya, dan wajahnyapun aku hanya melihatnya dari jauh. Bagaimana bisa hari ini Mom langsung begitu tertarik dengan seorang gadis biasa seperti dia?" Danella tertawa mendengar respon Evan terhadap perkataannya.
"Evan, percayalah pada Mama. Selama bertahun-tahun Mama tidak pernah salah menilai seseorang yang baru Mama temui," Danella berkata sambil memegang lengan bawah putra kesayangannya itu.
"Oke, oke. Kalau ada waktu aku akan menemani Mama minum teh bersamanya," Evan berkata dengan senyum geli masih tersisa di wajahnya.
"Yang terpenting sekarang. Secepatnya kamu cari info tentang dia. Semua info tentang dia. Mama ingin segera bertemu kembali dengannya. Mama berharap dia bisa menjadi menantu di Keluarga Carsten. Ingat! Namanya Deanda Faderer. Jangan sampai kamu lupa nama gadis cantik itu," Danella berkata sambil membalikkan tubuhnya untuk kembali ke mobil bersama para pengawalnya.
"Deanda..., Deanda Federer," Bibir Even membisikkan pelan nama Deanda dengan matanya kembali menoleh ke arah di mana tadi Deanda mengendarai sepeda motornya walaupun Evan tahu dengan pasti bahwa Deanda sudah menghilang dari tempat itu.
# # # # # # #
"Deanda!" Suara nyaring teriakan dari Logan, pria paruh baya yang menjadi majikannya tempat Deanda bekerja di sebuah toko roti, membuat Deanda yang baru saja kembali menginjakkan kakinya ke dalam toko roti itu tersentak kaget.
"Ya Tuan Logan," Deanda buru-buru menjawab teriakan Logan yang memanggil namanya dan segera berlari mendekat ke arah majikan laki-lakinya itu.
Dari wajahnya, Deanda dengan cepat bisa mengerti bahwa Logan benar-benar marah saat ini, dan Deanda bisa menebak pasti ada hubungannya dengan pengiriman roti kepada Baron Nico yang terlambat hari ini karena dia berurusan dengan pencopet tadi. Dan seperti biasanya, Deanda tahu dengan sifat Baron Nico yang semena-mena pasti beberapa hari ke depan dia akan mengalami kesulitan. Menyadari akan ada masalah yang menimpanya, Deanda hanya bisa menarik nafas panjang, dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan terjelek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
whiterose91
semangat
2024-06-19
0
Kak Zu
intro cerita seronok juga
2022-08-06
0
Neni Amelia
bagus ceritanya. danella hbs dicopet
2022-05-08
0