Kamu benar-benar gadis yang begitu penuh dengan kejutan. Gadis pertama yang pernah diajak Putra Mahkota Alvero berdansa sekaligus gadis pertama yang berani menolak ajakan dansa seorang Putra Mahkota, dan bahkan melarikan diri dari hadapannya tanpa merasa bersalah, gadis lugu dan cantik yang sungguh menarik, Evan berkata dalam hati sambil tersenyum melihat kepergian Deanda dan entah kenapa malam ini Evan menarik nafas dalam-dalam, merasa begitu lega melihat Deanda yang buru-buru pergi tanpa memberikan kesempatan kepada Alvero untuk berdansa dengannya.
"Ya Yang Mulia...," Erich yang melihat kode dari Alvero untuk mendekat ke arahnya langsung berjalan dengan gerakan cepat dan segera menyapa Alvero.
"Aku akan pulang, segera persiapkan semuanya, aku akan menyapa Duke Evan untuk berpamitan kepadanya," Alvero berkata dengan matanya masih memandang ke arah di mana terakhir sosok Deanda dilihatnya dan menghilang dari pandangan matanya.
"Tapi Yang Mulia, karena Yang Mulia tadi ingin tinggal beberapa lama lagi di sini, ada beberapa para bangsawan yang ingin bertemu dengan Yang Mulia," Erich berkata dengan matanya melirik ke arah beberapa orang yang sedang menunggu kesempatan untuk bertemu dengan Alvero.
"Sudah tidak ada yang menarik di sini. Aku akan segera pulang. Jika mereka hanya ingin berbasa-basi denganku, aku tidak punya banyak waktu. Jika mereka ingin membicarakan bisnis, silahkan menghubungi kantor di jam kerja dan aturkan jadwal pertemuan dengan mereka, jika memeang apa yang mereka tawarkan menarik, jika tidak, skip dari jadwalku," Setelah menyelesaikan kata-katanya Alvero langsung berjalan ke arah Evan.
"Siap Yang Mulia," Erich segera menjawab perintah Alvero dan langsung membalikkan tubuhnya sambil memerintahkan kepada para pengawal untuk segera menyiapkan kepulangan Alvero kembali ke istana melalui earpiece.
(Earpiece atau penyuara telinga merupakan salah satu alat komunikasi rahasia yang menempel di telinga yang biasanya digunakan anggota pasukan pengawal khusus negara-negara di dunia. Salah satunya, Secret Service atau Pasukan Pengawal Presiden Amerika Serikat. Dilansir dari Slate, Senin 18 Februari 2019, kebiasaan mengangkat satu tangan, lalu menyentuh salah satu telinga adalah ciri khas kerja Secret Services ketika sedang mengawal presiden. Tujuannya agar mereka bisa mendengar laporan atau perintah dengan lebih baik. Untuk perintah, biasanya dalam bentuk kode atau pesan lain. Earpiece tampil dengan beberapa warna dan para agen, sebutan bagi pasukan pengawal khusus, sering memilih yang cocok dengan warna kulit ataupun rambut mereka. Earpiece akan menyimpan suara dari kata-kata yang sudah diucapkan. Alat ini terhubung dengan perangkat seperti smartphone maupun two-way radio atau perangkat radio dua arah, dengan mengirimkannya lewat Bluetooth).
# # # # # # #
"What?" Deanda yang baru saja melihat layar handphone Abella terpekik kaget begitu melihat berita heboh pagi ini di medsos yang memberitakan tentang acara pesta di kediaman Evan semalam.
Tapi bukan berita tentang pesta mewah itu yang membuat Deanda begitu terkejut, tapi judul berita sekaligus foto-foto yang terpasang di laman berita itu. Dua foto terlihat terpampang secara berdampingan. Satu foto di sebelah kanan menunjukkan foto ketika Alvero dan Deanda saling bergandengan tangan menuju lantai dansa walaupun akhirnya Deanda memilih untuk segera pulang sehingga tidak jadi berdansa dengan Alvero. Di sebelah kiri tampak foto Deanda bersama dengan Evan juga sedang bergandengan tangan menuju lantai dansa. Di halaman depan berita ditulis judul dengan huru-huruf berukuran besar, dengan judul : "SEORANG GADIS MISTERIUS DIPEREBUTKAN OLEH DUKE EVAN DAN PUTRA MAHKOTA ALVERO".
Beberapa laman berita lain memberikan bermacam-macam judul yang cukup membuat heboh publik. Judul-judul itu diantaranya adalah: Gadis pemikat yang berhasil menarik hati Duke dan Putra Mahkota, Perebutan seorang gadis oleh dua pria yang paling diidam-idamkan di Gracetian, Sosok misterius gadis perebut hati para pria tampan, Inikah sosok calon Duchess atau calon Permaisuri Gracetian di masa depan?
Membaca semua judul-judul berita tentang dirinya bersama Evan dan Alvero cukup membuat Deanda hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dengan wajah bingung. Tidak menyangka kejadian tadi malam menjadi sedemikian hebohnya pagi ini. Walaupun foto-foto itu diambil dari arah belakang dan wajah Deanda sengaja dikaburkan oleh pihak yang memuat berita tersebut, namun Deanda tidak yakin jika orang tidak mulai mencari kebenaran tentang sosoknya.
"Deanda..., kamu ikut ke pesta di kediaman Duke Evan kan tadi malam? Tolong beritahu aku siapa gadis beruntung yang sedang diperebutkan oleh Duke Evan dan Putra Mahkota Alvero," Abella berkata sambil menunjuk ke arah layar handphonenya.
Dengan cepat Deanda menarik tangan Abella dan mengajaknya menjauh, mencari sudut sepi di pojok ruang pembuatan roti. Sekilas Deanda menoleh ke kanan dan ke kiri dengan wajah gusar.
“Abella, jangan memmbicarakan apapun tentang berita itu denganku di depan orang lain. Bisa jadi masalah besar nantinya,” Abella memandang ke arah Deanda dengan tatapan bertanya-tanya, sebentar kemudian Abella membeliakkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
“Deanda…, jangan bilang kalau gadis itu…, adalah ka…,mu…,” Abella berkata dengan suara selirih mungkin dan begitu melihat anggukan kepala Deanda, mata Abella semakin membulat kaget.
“Deanda…,”
“Husttt…, aku mohon. Jangan membahasnya lagi, anggap saja kamu tidak tahu apa-apa. Aku sudah cukup repot menjelaskan kepada Nyonya Liliana dan Olivia karena pulang dengan wajah masih dengan riasan. Untung saja aku sudah melepaskan gaun pesta dan merapikan rambutku kemarin malam sebelum pulang. Karena itu aku hampir saja pulang tengah malam. Kalau itu benar-benar terjadi, aku tidak tahu apakah malam ini aku diperbolehkan pulang ke rumah atau tidak oleh mereka, apalagi kalau mereka sampai tahu kemarin malam aku menghadiri pesta Duke Evan tanpa memberitahu bahkan tidak mengajak mereka, bisa-bisa aku digantung oleh mereka, ,” Deanda berbisik di telinga Abella sambil matanya sibuk menatap ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada orang lain yang sedang mendengar pembicaraan mereka.
Deanda baru saja hendak melanjutkan bicaranya ketika dilihatnya Logan memasuki ruang produksi sehingga membuat Deanda dan Abella langsung berjalan berlawanan arah dan menjauh dari pojok ruangan itu. Logan yang baru saja masuk ke ruang produksi roti berjalan dengan sedikit bergegas dengan matanya berkeliling seolah sedang mencari sesuatu.
“Deanda!” Begitu dilihatnya sosok Deanda, Logan langsung berjalan dengan cepat ke arahnya.
“Aduh Deanda! Kemana saja kamu! Aku mencarimu kemana-mana!” Logan langsung berteriak begitu bertemu Deanda.
“Maaf Tuan Logan, saya akan segera kembali ke café untuk melayani pengunjung,” Deanda sudah bersiap keluar dari ruang pembuatan roti ketika tiba-tiba tangan Logan menarik tangannya.
“Tunggu Deanda!”
“Iya Tuan?” Deanda membalikkan tubuhnya kembali menghadap ke arah Logan dan segera melepaskan cekalan tangan Logan ke tangannya.
“Kenapa Tuan?” Mendengar pertanyaan Deanda, Logan menggaruk-garuk keningnya yang sebenarnya tidak gatal dengan wajah bingung.
“Begini…, sebenarnya di luar ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Ehmmm…, beberapa hari ini banyak orang penting yang berkunjung di café kita. Orang yang mencarimu hari ini mungkin bukan seorang bangsawan, tapi walaupun begitu dari pakaian mahal yang dikenakannya dan mobil mewah miliknya yang diparkir di depan toko kita, dia pasti salah satu orang kaya di negeri ini. Tolong…, layani dia dengan baik agar bisa membawa banyak keuntungan untuk toko roti kita,” Deanda sedikit mengernyitkan dahi mendengar perkataan Logan.
“Ada yang mencari saya Tuan? Siapa ya?”
“Aku tidak tahu. Tapi seperti kataku tadi, sepertinya dia bukan orang biasa. Cepatlah keluar untuk menemuinya sekarang. Dia berada di ruang VIP nomer 203. Biar karyawan lain yang melayani pesanan tamu itu. Ingat, tetaplah bersikap sopan dan penuhi semua permintaan tamu penting kita hari ini,” Logan berkata sambil mendorong bahu Deanda agar segera keluar dari ruang pembuatan roti dan segera menemui tamunya.
Memang siapa sih yang sepagi ini sudah mencariku? Semoga bukan pelanggan aneh yang akan meminta hal aneh padaku, Deanda berkata dalam hati sambil dengan segan melangkah menuju ruang VIP di café itu. Ruang VIP dengan nomer 203, seperti yang diinfokan oleh Logan.
Begitu Deanda membuka pintu geser di ruang VIP nomer 203 itu, dilihatnya sosok Alvi yang duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya ke atas kakinya yang lain, sedang di sebelah kanannya berdiri Ernest yang awalnya dengan tubuh membungkuk tampak membisikkan sesuatu di telinga Alvi. Namun begitu dilihatnya sosok Deanda memasuki ruangan itu, Ernest langsung menegakkan tubuhnya sambil tersenyum dengan wajah ramahnya ke arah Deanda.
“Nona Deanda sudah di sini Tuan,” Mendengar suara lirih dari Ernest, Alvi yang awalnya sedang meminum segelas kopi langsung memakai kembali maskernya dan menoleh lalu meletakkan kopinya ke atas meja yang ada di depannya.
Ah, Tuan besar Alvi ternyata. Kenapa pagi-pagi begini sudah mencariku? Benar-benar merusak moodku, Deanda berkata dalam hati sambil berdiri di depan meja yang memisahkan tubuh Deanda dengan sosok Alvi yang duduk di sofa dengan wajah seperti biasanya, tertutup rapat oleh masker.
“Pagi Tuan Alvi,Tuan Ernest. Ada yang bisa saya bantu?”
“Duduklah,” Alvi berkata sambil menatap dalam-dalam ke arah wajah Deanda yang terlihat jelas begitu malas melihat kehadirannya saat ini.
“Maaf Tuan, saya hanya pegawai di sini. Mana pantas duduk bersama Tuan sebagai tamu VIP dari toko roti kami,” Mendengar penolakan Deanda, Alvi langsung melirik ke arah Ernest yang langsung mendekat ke arah Deanda.
“Maaf Nona, silahkan duduk. Atau saya perlu memanggil pemilik toko ini agar mengijinkan Nona untuk duduk bersama Tuan Alvi?” Deanda langsung terbeliak mendengar kata-kata bernada lembut dari Ernest tapi yang pasti sedikit berisi ancaman, membuat Deanda hanya bisa menahan nafasnya sesaat sebelum akhirnya menuruti perintah Alvi untuk duduk di sofa bersamanya.
“Terimakasih untuk pengertian Nona Deanda,” Ernest berkata pelan, setelah itu kembali berjalan dan berdiri di samping Alvi duduk.
“Nona, kedatangan Tuan Alvi hari ini sengaja untuk menanyakan jawaban Nona atas lamaran Tuan Alvi beberapa waktu lalu,” Mendengar perkataan Ernest, Deanda lagi-lagi hanya bisa terbeliak kaget.
“Tuan Ernest…, bukannya waktu saya masih ada beberapa hari lagi?”
“Maaf Nona, tapi Tuan Alvi ingin segera mendengar jawaban Nona sebelum berita heboh tentang Nona dan para pria berpengaruh di Gracetian pagi ini semakin membuat ribut para penduduk negeri ini,” Ernest langsung menjawab pertanyaan Deanda yang membuat Deanda langsung menatap tajam, bertanya-tanya bagaimana Ernest tahu pasti bahwa gadis di berita tadi pagi adalah dia, sedang sosok yang dia temui tadi malam bernama Erich.
“Tuan Ernest…, sebelum saya menjawab pertanyaan Anda…, tolong jawab dengan jujur pertanyaan saya. Apa Anda memiliki nama lain? Erich mungkin?” Deanda bertanya dengan matanya menatap dalam-dalam ke arah Ernest yang tetap memasang senyum ramah di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
ria aja
knp deande MSI perduli kluarga sih yg jlz jhat
2022-11-16
0
Devi Triandani
Ernest dan Erich adalah org yg sama. tp knp sifatnya jd berbeda
2022-08-09
0
Nailott
mungkin erikc saudaranya. stsu iramg yg sama
2022-05-05
0