(Di negara Gracetian memiliki budaya minum teh di sore hari di kalangan para bangsawan dan keluarga kerajaan. Istilahnya dikenal dengan sebutan afternoon tea dan high tea, yang awalnya berasal dari kerajaan Inggris. Tujuan dari minum teh itu sendiri untuk mengganjal perut dengan cemilan yang disuguhkan dengan memakai piring bertingkat sambil minum teh sebelum tiba waktu makan malam sambil mengobrol dengan para sahabat atau keluarga. Orang yang menghadiri acara minum teh diwajibkan untuk mengenakan pakaian yang sopan dan resmi).
“Selamat sore Duchess Danella. Terimakasih untuk undangan minum teh sore ini,” Deanda memberikan salam kepada Danella dengan sedikit ragu, apalagi melihat bagaimana Evan yang masih duduk di tempatnya semula memandang ke arah Deanda tanpa berkedip.
Walaupun wajah Evan selalu menunjukkan keramahannya, tapi tatapan mata tajam dari Evan yang terbiasa bersikap penuh kehati-hatian membuat cara memandang Evan menjadi pandangan mata yang Deanda tidak tahu apa artinya, membuat Deanda merasa ada yang aneh dengan dirinya, dan membuatnya merasa begitu tidak percaya diri.
“Ayo, duduklah bersama kami,” Danella menarik pergelangan tangan Deanda dan mengajaknya duduk bersama dengan dirinya sendiri dan Evan.
“Bagaimana menurutmu dengan gaun itu? Sederhana tapi cantik sekali dipakai di tubuhmu. Sepertinya aku tidak salah memilihnya hanya dengan sekali memandangnya. Bahkan ternyata jauh lebih cantik setelah kamu mengenakannya,” Deanda tersenyum sambil memandang ke arah gaun yang sedang dikenakannya.
"Benar-benar cantik Duchess Danella, tidak seharusnya aku mengenakan pakaian sebagus ini," Mendengar kata-kata Deanda, Danella langsung menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Aku sengaja membelinya untuk kamu kenakan sore ini," Mendengar perkataan Danella, Deanda hanya bisa menyungingkan sebuah senyum tipis di bibirnya yang hari ini tanpa polesan lipstik terlihat merah alami.
Memang cantik, seumur hidupku aku belum pernah mengenakan gaun selembut dan secantik ini, tapi aku harus segera mengembalikannya setelah selesai acara minum teh sore ini, Deanda berkata dalam hati sambil sedikit menahan nafasnya, setelah itu kembali mendongakkan kepalanya, menatap ke arah Danella.
“Deanda, hari ini aku sengaja memaksa Duke Evan untuk mengajakmu kemari, karena aku ingin kamu ikut hadir di pesta makan malam yang diadakan oleh keluarga kami besok malam,” Danella berkata sambil melirik ke arah Evan yang baru saja mengalihkan pandangan matanya dari sosok Deanda, membuat Danella mengulum senyum di wajahnya karena dari mata hijau milik putra tunggalnya itu terlihat bahwa mata itu tidak bisa menyembunyikan tatapan terpesonanya saat menatap sosok cantik Deanda dengan rambut hitam sepanjang pinggangnya yang berwarna hitam legam dan berkilau indah, yang harus diakui oleh Danella kencantikannya bahkan tidak kalah dibandingkan dengan para putri keluarga kerajaan ataupun putri para bangsawan yang dikenalnya dengan baik dengan posisinya sebagai Duchess di negara ini.
“Maaf Duchess Danella jika saya tidak sopan, tapi bolehkah besok saya tidak hadir di pesta makan malam? Hari ini karena saya kemari, berarti saya harus membayar jam kerja saya hari ini dengan jam lembur besok,” Tanpa sadar Evan langsung tertawa geli mendengar alasan Deanda menolak undangan dari mamanya, membuat Danella hanya bisa tersenyum sambil sedikit memberikan kode melalui matanya agar Evan tidak menertawakan penjelasan polos dari Deanda.
“Apa Duke Evan tidak cukup baik mengaturkan untukmu undangan minum the hari ini dan pesta besok malam? Kalau begitu maafkan dia ya, putraku itu memang selalu kurang peka kalau sudah berurusan dengan gadis, karena selama ini dia selalu sibuk dengan pekerjaannya di kemiliteran kerajaan,” Deanda sedikit tersentak mendengar bahwa Evan ternyata adalah putra dari Danella, yang artinya rumah yang sedari tadi sejak datang ke tempat ini ditatapnya dengan pandangan mata begitu terkagum-kagum ternyata adalah rumah dari Evan juga.
Membayangkan tingkah polos dan kampungannya tadi di depan Evan membuat Deanda hanya bisa menggigit bibir bawahnya sambil melirik ke arah Evan yang dengan gaya elegannya meminum teh hangatnya dari cangkir kecil bewarna putih susu yang di bagian atasnya tampak melingkar garis bewarna kuning emas. Dan seperti kabar yang pernah dibaca oleh Deanda di berita, bahwa cangkir teh yang biasa digunakan oleh keluarga Duke dan keluarga kerajaan Adalvino merupakan cangkir mahal dengan garis melingkar di bagian atas cangkir bewarna emas yang benar-benar mengandung emas asli.
“Tenang saja Nona Deanda, aku sudah mengaturkan semuanya untukmu. Kalau tidak percaya sekarang juga kamu bisa menghubungi Tuan Logan, dia pasti tidak akan memintamu untuk kembali ke toko roti saat ini, bahkan jika untuk pesta besok kamu memutuskan untuk tidak masuk kerja, Tuan Logan pasti akan memberikan ijin kepadamu,” Deanda sedikit melotot mendengar penjelasan dari Evan yang terlihat mengatakannya dengan nada santai sambil senyum tersungging di wajahnya yang tampan dengan rambut pirangnya yang membuatnya semakin terlihat menakjubkan dengan sorotan dari sinar matahari sore yang memberikan efek sinar keemasan pada rambutnya.
“Nah, dengar apa yang dikatakan oleh Duke Evan. Semuanya akan baik-baik saja. Jadi tidak ada lagi alasan untukmu tidak bisa menghadiri pesta besok malam,” Danella berkata dengan wajah terlihat berseri-seri karena merasa senang dengan rencana kehadiran Deanda di pestanya besok malam.
“Tapi Duchess Danella…,”
“Tidak ada tapi-tapian. Besok kamu harus hadir di pesta kami besok malam,” Mendengar kata-katanya dipotong oleh Duchess Danella akhirnya Deanda memilih diam sambil memutar otak agar segera bisa menemukan alasan untuk tidak hadir di acara besok, karena jujur saja selain dia belum pernah sekalipun menghadiri acara seperti itu, yang pasti dia juga tidak memiliki satu gaunpun yang pantas untuk dia kenakan di acara pesta besok. Dan Deanda tahu pasti jika dia memaksa pergi itu sama artinya dengan mempermalukan dirinya sendiri dan Duchess Danella yang sudah mengundangnya.
Melihat wajah Deanda yang terlihat tidak tenang, Danella segera meraih tangan kanan Deanda dan menggenggamnya dengan erat. Evan hanya bisa melirik lewat sudut matanya apa yang sedang dilakukan oleh mamanya yang tampaknya begitu menyukai sosok Deanda.
“Deanda, katakan padaku. Bagaimana caraku untuk mengucapkan terimakasih kepadamu untuk pertolonganmu kemarin,” Mendengar pertanyaan Danella, Deanda buru-buru menarik tangannya dan menggerak-gerakkannya di depan wajahnya.
“Tidak Duchess Danella, saya tidak butuh apa-apa. Saya melakukan apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami kesulitan. Itu hanya tugas kita sebagai sesama manusia. Jangan terlalu dipikirkan,” Danella dan Evan sama-sama tersenyum mendengar perkataan Deanda yang diucapkannya dengan nada sedikit tinggi, yang mereka tahu bahwa itu bukan untuk menunjukkan ketidaksopanan Deanda, namun justru menunjukkan keseriusan hati Deanda.
“Ayolah, mintalah sesuatu kepadaku, kamu boleh meminta uang, atau kamu ingin pekerjaan yang jauh lebih baik?Atau aku harus membantumu membuka toko rotimu sendiri? Aku sudah mendengar bahwa sebenarnya kamu lulusan terbaik dari jurusan pengolahan makanan di kampusmu,” Deanda langsung tertawa mendengar penawaran dari Danella.
“Jangan Duchess Danella. Jangan memberikan apapun kepada saya sebagai ucapan terimakasih. Itu justru akan membuat saya ke depannya tidak bisa memiliki hati yang tulus saat harus menolong orang lain. Saya tidak ingin menjadi orang yang kehilangan prinsip hidup saya karena mengharapkan keuntungan lebih saat hendak melakukan kebaikan kepada orang lain,” Danella dan Evan sedikit terbeliak mendengar kata-kata bijak dari seorang gadis miskin dan polos seperti Deanda, sebentar kemudian baik Evan dan Danella saling berpandangan dan tersenyum.
“Baiklah, tidak masalah. Kalau kamu menolak ucapan terimakasih dariku, paling tidak ijinkan mulai sekarang kita berteman. Bisakah?” Deanda sedikit ragu-ragu untuk menjawab permintaan dari Danella.
Berteman dengan seorang Duchess? Jika mama dan kakak tirinya mengetahui itu Deanda bisa memastikan jika mereka akan mencari cara agar bisa mengambil keuntungan dari hubungan itu. Dan itu benar-benar sesuatu yang selama ini begitu dihindari oleh Deanda, memanfaatkan orang lain. Suatu hal yang sangat dibencinya.
“Ah, merupakan suatu kehormatan bagi saya,” Akhirnya Deanda hanya bisa mengucapkan kata-kata itu untuk menanggapi perkataan dari Duchess Danella.
# # # # # # #
“Seperti kataku, gadis itu bukan gadis biasa,” Danella berkata kepada Evan yang masih menikmati teh di gelasnya setelah Deanda berpamitan untuk kembali ke toko roti dengan diantar oleh sopir pribadi Evan.
“Evan…, katakan sesuatu,” Evan meletakkan cangkir di tangannya ke atas meja bulat di depannya dan memandang wajah Danella dengan lembut.
“Mom, apa yang Mom inginkan untuk aku katakan sekarang?”
“Ah, Evan…, kamu tahu aku begitu ingin melihat kamu segera menikah sebelum aku mati. Tapi lihat, sebanyak apapun gadis yang berusaha aku kenalkan padamu selalu berakhir dengan penolakan darimu. Ingat usiamu yang sudah mendekati angka 30. Kamu bukan lagi seorang laki-laki remaja lagi,” Mendengar kata-kata mamanya Evan langsung menarik tangan mamanya, lalu menggenggamnya dengan erat dengan kedua telapak tangannnya.
“Aku akan mencobanya. Tapi biarkan semuanya berjalan dengan alami. Aku tidak mau Mom terlalu ikut campur,” Kedua mata Danella langsung membulat karena kaget dengan apa yang barusan diucapkan oleh Evan.
“Benarkah? Ah, senang sekali Mama mendengarnya Evan,” Danella langsung berkata dengan nada terpekik karena begitu senang mendengar bagaimana Evan mengatakan akan mencobanya, setelah sekian lama dengan banyaknya gadis cantik yang berusaha dikenalkannya kepada Evan, belum pernah sekalipun Evan mengatakan akan mencobanya, yang ada justru tanpa mengatakan apapun Evan akan mencari alasan untuk segera pergi menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
ria aja
hmmm bgiann in.ad dua pria baik
2022-11-15
0
Zhellyaa Cewe Aquariius
yg di cari-cari akhirnya ketemu juga.
2022-06-24
0
Nailott
sh. duke evan .mulai bucinsma. deanda
2022-05-05
0