BUKAN CINDERELLA BIASA
"Tolong! Pencopet!" Mendengar teriakan seorang wanita berumur paruh baya, Deanda yang sedang membawa kotak berisi roti pesanan dari pelanggan yang harus diantarnya, segera meletakkan kardus itu di atas sepeda motornya, dan dengan cepat gadis itu berlari ke arah sumber suara yang meneriakkan pencopet.
“Nyonya, ke arah mana larinya pencopet tersebut?” Deanda langsung mendekat ke arah wanita paruh baya itu, memegang bahunya lembut dan segera menanyakan tentang pencopet yang abru saja diteriaki oleh Nyonya yang dari pakaiannya Deanda bisa tahu bahwa wanita itu berasal dari kalangan keluarga bangsawan, atau paling tidak keluarga yang cukup kaya raya.
“Ke arah sana, memakai topi biru dengan kaos bewarna merah,” Wanita itu menunjuk ke arah pencopet itu berlari. Deanda menyipitkan matanya, melihat sosok seorang laki-laki yang berlari tanpa memperdulikan sekitarnya sehingga menabrak beberapa orang yang berjalan di sekitarnya, membuat beberapa orang yang bersenggolan dengannya berteriak dan mengumpat ke arah laki-laki itu untuk menunjukkan kekesalannya karena tubuh mereka harus bersenggolan dengan cukup keras dengan tubuh pencopet itu.
“Nyonya tunggu di sini, saya akan menangkap pencopet tersebut,” Deanda berkata sambil tersenyum, seolah berusaha meyakinkan wanita korban pencopetan itu bahwa semua akan baik-baik saja.
“Eh, Nona, jangan mencari masalah! Berbahaya!” Tanpa memperdulikan teriakan dari wanita korban pencopetan itu Deanda berlari dengan gesit ke arah pencopet yang masih berusaha melarikan diri sambil sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada seseorang apalagi petugas keamanan yang mengejarnya.
“Hei! Pencopet! Berhenti!” Mendengar ada teriakan dari seorang gadis ke arahnya, pencopet itu dengan sengaja berlari ke arah salah satu gang yang sepi sekaligus buntu.
Dan untuk beberapa saat kemudian Deanda yang berhasil menyusul pencopet itu berhenti di gang sepi dan buntu itu sambil berusaha mengatur nafasnya setelah berlari cukup kencang untuk beberapa saat tadi. Pencopet berwajah garang itu tampak sengaja berdiri di ujung gang buntu itu menghadap ke arah jalan, seolah-olah dengan sengaja sedang menunggu kehadiran Deanda dengan senyum miringnya yang menunjukkan bahwa pencopet itu benar-benar bukan pria baik-baik.
“Hei! Kembalikan tas yang baru saja kamu copet itu!” Pencopet yang dengan sengaja menanti sosok Deanda mendekat ke arahnya justru bibirnya menyeringai melihat sosok seorang gadis cantik yang dengan sengaja mengejarnya tanpa takut, berniat menjadi seorang pahlawan kesiangan baginya.
“Hei Nona cantik, aku kembalikan tas ini, tapi kamu harus menukarnya dengan tubuhmu!” Pencopet tersebut berjalan mendekat ke arah Deanda dengan matanya yang mengamati sosok cantik Deanda dari kepala sampai ke ujung kaki dengan tatapan penuh nafsunya dan lidahnya yang menjilati bibirnya yang tiba-tiba terasa kering melihat bagaimana cantiknya sosok gadis di depannya walaupun mengenakan pakaian yang terlihat murahan dengan rambut terikat dan tertutup oleh topi yang dikenakannya.
Pencopet itu terus mendekat ke arah Deanda sambil menyodorkan tas yang dipegangnya dengan tatapan mesum melihat bagaimana cantiknya sosok gadis yang terlihat sedang memandangnya dengan tajam, seolah tidak menyadari bahaya yang sedang mengancam dirinya saat ini.
“Jangan bicara seenaknya!” Tanpa menunggu laki-laki itu mendekat ke arahnya, Deanda bergerak dengan cepat ke arah laki-laki itu dan langsung melakukan tendangan memutar ke arah wajah pencopet itu, sehingga membuat laki-laki itu terjatuh, dan tas yang tadi dipegangnya dengan erat terlepas.
Dengan santai Deanda berjalan mendekati pencopet itu dan meraih tas yang terlepas dari tangan pencopet itu, lalu mengalungkannya ke leher jenjangnya.
“Sial! Berani sekali kamu menantangku!” Dengan susah payah, laki-laki itu berusaha bangun dari jatuhnya, sedang Deanda masih berdiri di depannya, sengaja menunggu laki-laki itu bangkit berdiri.
“Apa belum jera juga?” Mendengar perkataan Deanda, laki-laki itu mengambil pisau yang dia selipkan di pinggangnya.
Dengan mata melotot dan wajah memerah karena marah, laki-laki itu mendekat ke arah Deanda dengan pisau di tangan kanannya, menghujamkannya ke arah tubuh Deanda yang dengan cepat langsung menendang perut laki-laki itu, tangan Deanda bergerak dengan cepat menepiskan tangan kanan laki-laki yang sedang memegang pisaunya, dan dengan gerakan yang bahkan tidak sempat disadari oleh laki-laki itu, Deanda memutar tubuhnya ke arah belakang tubuh laki-laki itu dan mengunci kedua lengan laki-laki itu di belakang tubuhnya sendiri dengan sedikit memuntirnya.
“Akhhh…! Lepaskan aku!” Laki-laki itu berteriak kesakitan.
Mendengar teriakan kesakitan dari laki-laki itu Deanda justru semakin mengencangkan kuncian tangannya, membuat wajah laki-laki itu semakin meringis karena menahan kesakitannya. Sebentar kemudian Deanda mendekatkan wajahnya ke telinga laki-laki itu.
“Kenapa? Apa kamu masih menginginkan tubuhku sebagai ganti tas ini? Dasar mesum! Aku akan membiarkanmu menyesali perbuatanmu di penjara!” Deanda berbisik dengan keras ke arah telinga pencopet tersebut yang hanya bisa meringis menahan sakit sekaligus amarah karena merasa malu, dengan mudahnya dikalahkan oleh seorang gadis cantik yang bahkan jika dilihat sekilas seperti seorang gadis yang lemah dengan tubuh kurus dan kulit putihnya.
“Ayo, berdiri! Kalau tidak ingin aku buat tidak bisa berjalan! Supaya polisi bisa langsung membawamu ke rumah sakit!” Deanda mendorong lengan yang terkunci di punggung laki-laki tersebut, sedikit menendang betis laki-laki itu, memberi tanda agar laki-laki itu berjalan keluar dari gang tempat mereka berbaku hantam barusan.
“Ke kanan!” Deanda memberi perintah agar laki-laki berjalan ke arah kanan, kembali ke tempat wanita yang menjadi korban pencopetan itu sedang menunggunya.
Wajah wanita berumur paruh baya itu terlihat cemas, dengan mata terus memandang ke arah Deanda pergi mengejar pencopet tadi. Walaupun dia merasa tidak rela kehilangan tasnya, namun dia juga mengkhawatirkan gadis itu. Bagi wanita itu bukan karena harga tas atau uangnya yang mahal yang membuatnya tidak ingin kehilangan tas itu, tapi semua kartu identitas dan kartu-kartu penting lainnya yang ada di dalam dompetnya yang membuatnya merasa tidak ingin kehilangan tas itu.
“Duchess Danella…,” Seorang pria berpakaian rapi yang berdiri di belakang wanita itu memanggil wanita itu dengan mata mengikuti ke arah di mana wanita itu mengamati, diikuti oleh seorang pria lain yang berpakaian sama dengannya.
“Aduh, kasihan gadis itu kalau sampai terjadi apa-apa,” Wanita paruh baya yang dipanggil Duchess itu berkata dengan nada khawatir.
“Duchess Danella, maaf kami datang terlambat,”
“Ah, tidak masalah, hanya saja sekarang aku jadi mengkhawatirkan gadis itu. Semoga dia baik-baik saja. Ada baiknya kalian berdua pergi ke sana untuk memastikan gadis itu baik-baik saja,” Kedua orang laki-laki itu langsung saling berpandangan mendengar perintah dari wanita itu.
“Kami tidak berani Duchess, Duke Evan sudah berpesan agar kami selalu menjaga keamanan Duchess Danella,” Wanita setengah baya yang dipanggil dengan sebutan Duchess Danella itu hanya bisa menarik nafas panjang mendengar perkataan dari pengawalnya.
Begitu mata Danella dari jauh melihat sosok seorang laki-laki berpakaian kaos bewarna merah dengan seorang wanita yang berdiri di belakangnya, Danella langsung tersenyum lega.
Deanda hampir saja mencapai posisi Danella yang berada di depan pintu mall terbesar di kota itu ketika tiba-tiba saja seseorang yang sedang berlari menabraknya dengan keras, sampai Deanda terjatuh, membuat tangannya yang sedang mengunci tangan pencopet itu terlepas, dan kesempatan itu benar-benar tidak disia-siakan oleh pencopet itu untuk melarikan diri, sedang laki-laki yang baru saja menabrak Deanda terhenti sejenak, terlihat mengelus bahunya yang sakit karena menabrak tubuh Deanda.
“Eh,” Deanda langsung menarik pergelangan tangan laki-laki yang baru menabraknya begitu melihat laki-laki itu hendak berjalan menjauhinya.
“Dasar tidak sopan! Sudah menabrak orang tidak mau minta maaf, mau langsung pergi begitu saja!” Deanda memandang ke arah laki-laki yang baru saja menabraknya dengan sedikit mendongak karena tubuh laki-laki itu menjulang tinggi jauh di atasnya. Laki-laki yang baru menabraknya itu terlihat memakai masker di wajahnya, menutupi sebagian hidung, bibir dan setengah dari wajahnya, namun Deanda tahu bahkan masker yang dikenakannya tidak bisa menutupi wajah tampan laki-laki itu.
Deanda mengamati wajah laki-laki di depannya. Laki-laki dengan tinggi hampir 190 cm, mata yang terlihat bening sekaligus tajam, mata hazelnya yang terlihat begitu indah, dengan alis melengkung sempurna di atasnya, keindahan mata hazel tersebut ditambah lagi dengan bulu mata lentik yang tebal dn melengkung indah. Walaupun tertutup masker Deanda bisa melihat dengan jelas bahwa pria di depannya sekarang memiliki hidung mancung yang terpahat indah di wajahnya. Pemilik mata hazel itu terlihat cukup terkejut dengan tindakan berani Deanda yang menarik pergelangan tangannya dan menahannya untuk pergi melanjutkan urusannya yang tertunda karena tanpa sengaja bertabrakan dengan Deanda.
(Warna mata hazel merupakan salah satu yang langka sebab jumlah melanin yang terdapat pada stroma iris mata jauh lebih rendah dari pada bola mata berwarna biru. Seseorang sering merasa keliru ketika menentukan warna bola mata ini, yang lebih sering disebut cokelat bahkan hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan mata hazel memiliki ciri-ciri lingkar cokelat dipupilnya. Warna mata ini sering ditemukan di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Warna hazel biasanya terdiri dari iris yang berwarna cokelat muda dan hijau keemasan. Warna ini sangat umum dimiliki orang-orang di Amerika Serikat dan Eropa, namun warna ini sangat jarang ditemui orang di daerah Timur Tengah, Afrika, dan Asia).
Tampan, tapi sayangnya tidak punya sopan santun, Deanda mengomel dalam hati dengan mata tetap menatap tajam ke arah laki-laki tampan di hadapannya, memandang laki-laki itu dengan pandangan mata yang mengamati dengan berani sekaligus menantangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Pantasan berani mengejar tuh pencopet ternyata bisa bela diri...
2022-10-03
1
Aprianita Pasaribu
novel nya keren kk
2022-08-12
0
Pink Cat
hai hai... mampir k karya baru aku yuk! Cowok Cantik Milik Zahra
2022-08-11
0