Bab 1: Semua Berawal Disini

Daratan Merah, Tahun ketiga ...

Setelah begitu lama, aku memutuskan pulang ke rumah. Inilah rumah yang kutinggalkan tiga tahun lalu.

Setelah sekian lama, Gilda Phoenix mengalami banyak perubahan, dari jumlah anggota, peraturan, hingga kepengurusan. Banyak hal telah kulewatkan selama aku menggelandang di luar sana. Setelah kembali seharusnya aku merasa 'rumah' ini memiliki suasana asing, tapi dia, gadis itu membuat semua ini terasa sama, waktu seakan tidak pernah berjalan, petualangan yang kulalui selama di luar Gilda Phoenix seakan tidak nyata dan pupus begitu dihadapannya.

Phoenix menyambut kepulanganku dalam pakaian nuansa merah emas yang memberinya kesan sebagai figur penguasa. Sosoknya tidak akan salah dikenali sebagai wanita pemangku kedudukan tertinggi di Gilda. Tapi gadis itu masih seperti yang kuingat, hatiku mencelus melihat kehangatan senyumnya yang tidak asing, ada perasaan bergejolak tapi aku coba menekan dan mengabaikan itu. Kali ini tidak, jangan lagi.

Phoenix tiba-tiba cemberut dan memarahiku. "Akh... aku kangen tahu."

Kubiarkan dia memukuli dadaku, sambil pura pura kesakitan aku memikirkan lelucon yang biasanya selalu membuat gadis-gadis cekikikan. Belum lagi mengatakan apa-apa, gadis lain yang tidak kukenali ternyata memperhatikan kami. Phoenix berhenti bercanda padaku lalu sebelum pergi menemui gadis itu dia berkata begini;

"Tunggu sebentar ya."

Aku angkat bahu. "Oke."

Dari balik punggung Phoenix, gadis yang tidak kukenal itu mendelik padaku. Beberapa gadis memang seperti itu, menarik.

Selain Phoenix tidak ada yang menyambutku atau tepatnya tidak ada yang mengenalku, sayang sekali padahal aku ini menyilaukan macam matahari. Yah, yang lain-lain pasti bergabung menjadi anggota setelah aku pergi termasuk gadis yang sedang bicara dengan Phoenix.

Pembicaraan mereka tak kunjung selesai, dari raut wajah keduanya mereka pasti sedang membicarakan sesuatu yang serius. Ketika akhirnya Phoenix menangkap tatapanku, aku lebih dulu memberi isyarat padanya bahwa sebaiknya aku jalan jalan saja.

Ada begitu banyak orang, tapi yang menarik perhatianku adalah pemuda berpakaian mewah dengan aksen biru laut yang sedang bercakap-cakap dikelilingi beberapa gadis cantik. Cemerlang, tampan itulah Ling. Ternyata dia masih disini. Amat disayangkan kenalan lama itu tidak melihatku. Lalu aku belum melihat Jendral Erlang. Wah, wah, abang payah itu kemana?

Saat ini seharusnya dia tahu kepulanganku ini. Setelah bertemu dengannya, aku penasaran apa yang akan dia katakan.

"Sialan, dasar bocah nakal, kemana aja kau selama ini?"

"Orang kabur kagak bilang kemana mereka pergi."

"Sialan kau ..."

Aku meliukkan badan, menghindar dari kepalan Jendral Erlang yang tiba-tiba melayang hendak menjotos lenganku. Bersedekap, aku mengikik. "Meleset, bang."

Sesaat berikutnya, aku menghindari rentetan serangan Jenderal Erlang dengan santai.

Aku tertawa ketika tidak satupun serangan mengenaiku, lalu aku balas mengepalkan tinju dan mulai menerjang. Jendral Erlang sama luwesnya menghindar, menangkis seranganku. Dalam beberapa saat kami saling serang ala bocah. Phoenix malah tersenyum melihat kekonyolan kami.

Diam-diam aku menyeringai padanya. Benar, Lagi-lagi jantungku bedegup, rasanya benar-benar dejavu.

Pletak, Jendral Erlang berhasil menjitak kepalaku.

"Apa?" kata Jenderal Erlang menaikkan alisnya sambil menahan tawa. "Lagi-lagi kau lengah karena cewek."

"Sembarangan, memangnya kau tidak... " Sambil berkata begitu aku kembali melayangkan serangan. Jenderal Erlang mengelak. "Memangnya aku tidak tahu berapa banyak gadis yang kau simpan?"

Aku nyaris terbahak begitu melihat raut wajah Jenderal Erlang yang terkejut lalu Jenderal Erlang yang hendak melayangkan serangan, menurunkan tangan dan mulai ikut tergelak. Kami sama-sama mengingat masa masa itu.

"Akh, sial! Aku kangen sama kau."

Jenderal Erlang menepuk lenganku, kali ini aku sengaja tidak menghindar.

"Hehe iya bang, adikmu ini juga." kuusap usap lenganku sambil meringis.

Phoenix berjalan ke arah kami.

"Kagak asik dah, kau main pergi aja."

"Iya bang, iya, minta maaf dah." Kutangkupkan kedua tanganku di depan dada dan sedikit membungkuk dengan memasang wajah semenyesal mungkin. Tapi dia tahu aku hanya menggodanya.

"Maap, maap apa, kagak, kagak ada."

"Jangan begitu bang," aku merengek seperti bocah.

"Sialan kau, mana oleh-oleh buatku."

"Gak ada oleh-oleh, aku bukan dari wisata. Harusnya kau yang kasih hadiah atas kepulangan adik kesayangan ini."

"Hadiah? Ini hadiah."

Jendral Erlang menjitak kepalaku lagi dan aku lagi lagi tidak menghindar, membiarkan Jenderal Erlang memiting dan memukuli bokongku.

"Bocah ini harus diberi pelajaran." kata Jenderal Erlang begitu Phoenix telah bergabung bersama kami.

"Siap senior," ledekku.

Sekali lagi Phoenix menggeleng melihat tingkah unfaedah kami, kalau penglihatanku tidak keliru, saat itu Phoenix kelihatan berkaca-kaca.

Phoenix benar-benar sibuk, beberapa hari mendatang Gilda akan mengadakan even perburuan. Sebagai ketua, Phoenix tentulah harus mengecek segala persiapan, jadi Jenderal Erlang bersedia menunjukkan kamarku, lalu kami berjalan beriringan tanpa bicara.

"Nah, semoga kau kagak keberatan tidur disini." kata Jenderal Erlang begitu kami sampai di depan sebuah pintu geser berpelitur.

Jenderal Erlang menepuk bahuku sebelum kami berpisah. Dia membiarkanku untuk beristirahat.

Ini memang bukan kamarku tiga tahun lalu, tapi tidak apa-apa, malah sekarang lebih nyaman tanpa embel-embel jabatan yang digantung di depan pintu. Kamar ini lebih terbebas dari beban dan aku merasa jadi seorang bocah tanpa diawasi orang tua untuk tidak atau harus melakukan kewajiban ini itu.

Beberapa saat kemudian, dalam kesendirian, aku memikirkan tentang keberadaanku kembali disini. "Sialan apa yang kulakukan disini? Bisa bisanya aku datang ke sini lagi. Apa yang membawaku kembali?"

Tanpa tedeng aling-aling, aku menonjok kasur yang sedang kududuki. "Sialan!"

Sambil merebahkan diri aku tahu jawabannya.

Phoenix. Ah, tentu saja gadis itu! Sial! Kenapa dia masih begitu cantik! Dari dulu gadis itu memang memikat, seperti namanya 'Phoenix' jiwanya, energinya begitu berapi-api, pesonanya membakarku.

Tidak! Belum. Sebelum dia kembali membakarku dalam angan, tiba-tiba aku teringat anak-anak perempuan manis yang kutinggalkan di Meloxia. Walau aku merasa bersalah, untuk sementara aku sama sekali tidak berniat memberitahu mereka bahwa aku pulang ke Gilda lamaku, karena tentu ini adalah penghianatan.

"Sudah berapa banyak penghianatan yang kulalukan?"

Dalam waktu yang sama aku teringat gadis lainnya Niken, mantan partnerku.

"Sialan, aku ini buaya."

***

Di dunia ini, orang hidup dalam kelompok yang dinamakan Gilda, ketika seseorang memutuskan untuk tidak bergabung dalam Gilda manapun, mereka menamai diri dengan sebutan orang bebas. Meloxia salah satu tempat tak bertuan, belakangan bersama beberapa pengikutku yang tersisa aku hidup disana dengan aturan yang kami buat, sebelum kedatangan pesan naga dari Phoenix.

Pesan naga adalah cara di dunia kami berkomunikasi jarak jauh. Orok naga, hijau, gembret seperti habis nelan telur gajah akan melayang layang dengan sayapnya yang kecil di depan hidung kita, baru akan menjadi kata-kata apabila kita sentuh. Yah naga naga hijau ini bukan hewan dan bukan naga sungguhan.

Orok naga hijau kiriman Phoenix meletus jadi serangkaian kata yang melayang saat kucolek.

Yang bunyinya;

"Dewandaru kau masih hidup?"

Aku mengirim naga hijau balasan.

"Hehe masih."

Naga hijau berikutnya terlalu lambat datang.

"Dewandaru pulang ya, kumohon."

Aku tidak perlu mengatakan bagaimana perasaanku saat itu, yah intinya betapa payahnya diriku jika menyangkut tentangnya.

Selama tiga tahun terakhir aku berusaha menghindari dia, tapi hari itu aku telah mengambil keputusan.

"Iya, aku akan pulang."

Bukannya aku menunggu dia memintaku agar aku pulang maka aku akan pulang, sejak kepergianku dulu, dia telah berusaha menahanku agar tidak pergi tapi aku tetap dengan pendirianku. Hingga setelah tiga tahun tidak ada komunikasi dan dia tiba-tiba kembali membujukku, mau tidak mau aku jadi berpikir apa ada yang sedang terjadi di Gilda Phoenix? Sesuatu yang mendesak?

Terlepas apapun yang direncanakan Phoenix, toh aku sudah bersedia ada disini lagi. Alasan lainnya juga bisa kukatakan. Ketika pertama kali menginjakkan kaki lagi di sini aku merasa inilah akhir dari petualanganku, rasanya tiga tahun sudah cukup bagiku dibangkitkan, dan merasakan kehidupan seperti manusia, sudah banyak hal yang kulakukan disana sini (maksudnya kekacauan disana sini). Disinilah akhir petualanganku, dimana dulu semua petualangan berawal ditempat ini juga.

Terpopuler

Comments

🍄Big Papa🍄

🍄Big Papa🍄

Tata kira Phoenix itu nama burung, ternyata nama perempuan ya.../Sweat/

2024-11-26

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Gegara teledor liat si ponix

2025-02-04

0

Abu Yub

Abu Yub

lanjut thor

2025-03-22

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1: Semua Berawal Disini
3 Tantangan Duel
4 Duel Pedang
5 Dua Berandal
6 Kotak Hadiah
7 Perkumpulan Pengemis
8 Berburu
9 Tiba Di Kota
10 Gilda Phoenix
11 Hantu Gilda
12 Phoenix Yang Terbakar
13 Sistem Baru
14 Lembah Orang Hilang
15 Sang Kreator
16 Penginapan Teratai
17 Segel
18 Amarah Hantu
19 Pelukan Kegelapan
20 Penghianatan
21 Harga Yang Telah Dibayarkan
22 BAB 2: Panggilan Turnamen
23 Pilar Langit
24 Oase Langit
25 Cermin Nasib
26 Aula Naga Langit
27 Kakek Penjaga Kuil
28 Sang Pembawa Pesan
29 Kunci Keberhasilan
30 Cahaya dan Bayangan
31 Takdir Putra Iblis
32 Selamat Datang di Tantangan Kedua
33 Lawan Pertama
34 Reruntuhan Kuno
35 Penuh Jebakan
36 Akar-akar Yang Menari
37 Tanpa Perlawanan
38 Pertarungan Terakhir
39 Kemenangan Gemilang
40 Beri Berkhasiat
41 Bersinarlah Jenderal
42 Erlang vs Dewandaru
43 Titik Balik
44 Iblis Sungai
45 Akhir Aliansi Bai Rong
46 Waktu Yang Damai
47 Berlatih Pedang
48 Menuju Desa
49 Tianji Haven
50 Pesta Kecil
51 Teratai Bulan
52 Silakan Mencoba
53 Pasar Pertukaran
54 Permainan Xuanyu
55 Jalan Bunga
56 Kelopak Tak Bernama
57 Langkah Membelah Angin
58 Ide Cemerlang Dewandaru—(Jangan Ditiru di Rumah)
59 Pencuri Batu, Pencuri Panggung, Pencuri Hati (Katanya)
60 Erlang, Dosa Pertamamu Manis Sekali
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1: Semua Berawal Disini
3
Tantangan Duel
4
Duel Pedang
5
Dua Berandal
6
Kotak Hadiah
7
Perkumpulan Pengemis
8
Berburu
9
Tiba Di Kota
10
Gilda Phoenix
11
Hantu Gilda
12
Phoenix Yang Terbakar
13
Sistem Baru
14
Lembah Orang Hilang
15
Sang Kreator
16
Penginapan Teratai
17
Segel
18
Amarah Hantu
19
Pelukan Kegelapan
20
Penghianatan
21
Harga Yang Telah Dibayarkan
22
BAB 2: Panggilan Turnamen
23
Pilar Langit
24
Oase Langit
25
Cermin Nasib
26
Aula Naga Langit
27
Kakek Penjaga Kuil
28
Sang Pembawa Pesan
29
Kunci Keberhasilan
30
Cahaya dan Bayangan
31
Takdir Putra Iblis
32
Selamat Datang di Tantangan Kedua
33
Lawan Pertama
34
Reruntuhan Kuno
35
Penuh Jebakan
36
Akar-akar Yang Menari
37
Tanpa Perlawanan
38
Pertarungan Terakhir
39
Kemenangan Gemilang
40
Beri Berkhasiat
41
Bersinarlah Jenderal
42
Erlang vs Dewandaru
43
Titik Balik
44
Iblis Sungai
45
Akhir Aliansi Bai Rong
46
Waktu Yang Damai
47
Berlatih Pedang
48
Menuju Desa
49
Tianji Haven
50
Pesta Kecil
51
Teratai Bulan
52
Silakan Mencoba
53
Pasar Pertukaran
54
Permainan Xuanyu
55
Jalan Bunga
56
Kelopak Tak Bernama
57
Langkah Membelah Angin
58
Ide Cemerlang Dewandaru—(Jangan Ditiru di Rumah)
59
Pencuri Batu, Pencuri Panggung, Pencuri Hati (Katanya)
60
Erlang, Dosa Pertamamu Manis Sekali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!