Angin malam menemani lamunan Ayu, tidak terfikir dalam benaknya perjalanan hidup membawa dirinya jauh dari dekapan sang Ibu. Rasa rindu yang sangat mendalam menimbulkan kesakitan yang tidak bisa di gambarkan.
Tiba-tiba saja buliran air mata menetes membasahi pipinya yang putih bersih. Kulit Ayu tergolong putih meskipun gadis dari desa. Sebab itu parasnya yang manis kerap kali membuat orang mengagumi Ayu sebagai gadis desa yang mempesona.
Cita-citanya yang sangat tinggi membuat tekad nya sangat kuat. Banyaknya halangan tak memudarkan semangatnya. Ayu berdiri mengepalkan tangannya keatas langit. Menandakan semangatnya sedang berkobar.
“Nak Ayu, lagi latihan drama yah? Kok di lihatin dari tadi menangis, terus bersemangat, sekarang kaya orang mau berperang. Heheheh”. Suara tetangga Mbak Murni menyadarkan Ayu dari dramanya yang penuh semangat.
“Hehehehe............maaf ya Bu. Jadi mengganggu Ibu yah?”. Ayu tersipu malu akan kelakuannya yang pasti dianggap sangat aneh oleh orang yang melihatnya.
“Sini mbak Ayu. Ibu habis masak banyak. Sini makan bareng sama anak-anak Ibu”. Ayu terharu, ternyata tidak semua orang Jakarta cuek dan tidak peduli satu sama lain seperti di cerita-cerita.
“Apa tidak merepotkan Bu? Ayu juga sudah makan Bu”. Ayu mencoba menolak dengan lembut.
“Sini-sini tidak papa nak Ayu, anak ibu banyak. Ada 5 orang, pasti jadi enak kalo makan rame-rame. Sini-sini masuk sini”. Ibu Tina menarik paksa Ayu.
Ayu sontak saja kaget melihat kegaduhan di dalam rumah bu Tina. Anak–anaknya masih kecil-kecil. Mata Ayu langsung saja berfokus pada gadis kecil berambut keriting yang sedang asik main sendirian.
“Yang ini siapa namanya? Cantik sekali rambutnya, keriting-keriting”. Ayu mencoba bermain dengan gadis kecil yang mencuri perhatiannya.
“Namanya Alsya. Rambutnya keriting mirip sama bapaknya Mbak”. Ibu Tina menahan tawanya dengan menutup mulutnya.
Malam itupun Ayu habiskan bermain bersama anak-anak Ibu Tina. Sebentar saja Ayu sudah akrab dengan anak-anak Ibu Tina.
Setelah pukul 9 malam, Ayu memutuskan untuk pulang ke rumah. Selama Mba Murni di kampung, Mas Ali memutuskan untuk menginap di tempat dinas nya. Dia menghindari kejadian yang sudah pernah terjadi.
Ayu pun sudah 2 hari ini tidur sendiri. Biasanya Ayu selalu bermanja dengan Ibunya. Ayu sangat kesepian malam ini, perasannya pun sangat tidak tenang malam ini. Entah apa yang akan terjadi.
Setelah malam yang panjang dengan penuh kegelisahan, Ayu pun terlelap dalam tidurnya. Ayu bangun mendengar alarmnya berbunyi. Karena tidak ada siapa pun, Ayu merasa hampa. Diraihnya lagi bantalnya yang sangat empuk.
Matanya yang semalaman kelelahan terlelap kembali.
Tiba-tiba saja suara tangisan anak Bu Tina mengagetkan Ayu.
Diliriknya jam dinding yang terpasang didepan kasurnya.
Ya Allah, sudah jam 6.30, sebentar lagi masuk.
Ayu berlari ke kamar mandi dan bergegas. Selesai bersiap-siap Ayu langsung saja berlari menuju ke jalan raya untuk mencari kendaraan.
Saat sedang buru-buru, tiba-tiba saja mobil putih membunyikan klaksonnya. Ayu berhenti dan menunggu saat-saat membahagiakan dalam hidupnya. Pasti mau ngajakin bareng sampe depan.
Orang di dalam mobil menurunkan kaca spionnya. “Mbak mau tanya boleh tidak?”. Ayu kecewa kali ini. Ternyata mau tanya alamat.
“Aku bukan orang sini Pak, jadi gak tau tempat-tempat sini Pak”. Ayu kembali berjalan.
“Mbak, mau tidak kalo di antar sampe sekolah?”. Kenapa suaranya sangat familiar? Ini seperti suara Kak Malik. Ayu membalikkan badannya, Ternyata benar. Suara berat yang di dengarnya adalah milik Laki-laki tampan yang kemaren membantunya.
“Kenapa diam saja Ayuna? Apa kau sedang terpesona?”. Malik mnencoba menyadarkan Ayu dari lamunanya.
“Maaf Kak, hehehehe. (Ayu emnggaruk kepalanya yang tidak gatal). Apa aku tidak merepotkan jika ikut sampai sekolah?”. Ayu memohon, dia tau akan telat jika tidak meminta bantuan. Dan pasti akan di hadang oleh Pak Imron.
Malik sangat senang melihat Ayu meminta bantuan padanya. Dengan senang hati Malik akan membantunya.
“Kenapa kau terlambat? Apa kau takut di rumah sendiri?”. Tau dari mana kalo aku di rumah hanya sendirian? Apa dia punya mata-mata? Apa dia orang yang tidak baik?
“Apa boleh lebih cepat? Aku benar-benar buru-buru Kak”. Ayu tidak merespon pertanyaan Malik. Dia malah penasaran kenapa Malik bisa tau dia sendirian di rumah semalaman.
Hanya tinggal menyebrang jalan saja, kenapa sangat macet sekali? Ayu bergumam sendiri di dalam hati.
“Tenang saja Yu, tidak akan marah pak Imron nya. Nanti Kaka bantu supaya gerbangnya terbuka”. Malik memasang wajah yang sangat manis di depan Ayu. Malik mampu memahami gerak tubuh Ayu yang sedang khawatir.
Kenapa dia sangat tampan sekali, bahkan tidak pantas jika aku curiga padanya.
“Aku turun di sini saja. Pasti akan lebih terlambat jika aku menunggu lampu merah ini berubah menjadi pelangi Kak”. Ada guratan senyum di wajah Malik mendengar perkataan Ayu. Ayu langsung saja membuka pintu mobil yang tidak di kunci.
“Ayu.....Yu....”. Malik berteriak ngeri melihat Ayu menerobos keramaian lalu lintas. Dia hanya tersenyum saat melihat Ayu sudah sampai di depan gerbang sekolah dengan selamat.
Malik pun melanjutkan perjalanan nya menuju ke tempat dia harus bekerja. Dia bingung karena jatuh hati pada anak ingusan seperti Ayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments