Udara sangat panas di rasakan oleh Ayu. Dia melihat rumahnya sangat ramai. Banyak orang berbondong-bondong mendatangi rumahnya dengan raut wajah yang sangat sedih.
Tapi aneh nya tidak ada satupun dari mereka yang melihat keberadaan Ayu. Ayu mencoba mencari ke setiap sudut keberadaan orang tuanya.
Tidak ditemukan, mereka semua tidak ada. “Tidak ada yang bisa melihatku, aku ada dimana ini sebenarnya?”
Tak lama datang seseorang yang tidak Ayu kenal menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah yang di penuhi banyak orang memakai baju putih. Ayu melihat dirinya sedang tidur seperti orang yang sedang meninggal dunia.
Kaki Ayu tidak bisa digerakkan. Badannya basah keringat dingin. Menangispun percuma, tidak ada yang mendengar.
Apa aku benar-benar sudah tidak ada didunia ini?
Apa aku sudah Mati?
Kenapa bisa terjadi ?
“Ayu......Yu....Bangun Yu. Kamu mimpi Yu”. Kak Oji sangat khawatir karena Ayu tidur dengan raut wajah pucat, sepertinya sedang mengalami mimpi buruk. Tangannya meraih tangan Ayu agar Ayu segera terjaga.
Sudah beberapa kali dia memanggil, namun Ayu tidak merespon. “ Sepertinya dia benar-benar sedang mengalami mimpi buruk”. Gumam Oji dalam hatinya.
“Pak kita menepi sebentar, sepertinya Ayu tidak enak badan”. Perintahnya pada sang supir.
“ Baik Pak”. Tanpa di suruh, sang supir sudah tau jika sang majikan menginginkan dirinya keluar dari mobil.
Tanpa ragu-ragu, Oji memeluk tubuh Ayu dengan sangat erat. Oji mencoba dengan cara yang paling tidak Ayu suka. Ayu paling tidak suka di sentuh lawan jenisnya.
Ternyata usaha Oji berhasil, Ayu membuka matanya dengan cepat.
“Kak, apa aku benar-benar sudah mati? Tidak ada yang bisa mendengarku kak”. Mata Ayu berkaca-kaca.
Ayu tidak langsung melepaskan pelukan Oji, sepertinya otaknya masih belum merespon dengan baik.
Oji selalu saja mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bisa-bisanya dia punya ide gila untuk membangunkan Ayu dari mimpi buruknya.
“Auw....” Kepala Ayu kejedot kaca mobil karena mundur terlalu kencang. Otaknya sudah mulai bangun dari mimpinya.
Sekarang dia sadar bahwa tadi hanyalah mimpi buruk saja. Dan saat sadar, dia malah dikejutkan karena tangan Oji memeluknya dengan mesra.
Oji hanya tersenyum, dia sudah tau akan respon Ayu yang selalu saja mengejutkan jika disentuh olehnya.
“Apa tidak sakit? Boleh aku periksa?”. Ayu menolak tangan Oji yang akan menyentuh kepalanya.
“Aku mau pulang” Aku tak bisa menyembunyikan kesedihanku, masih terasa nyata mimpi yang aku alami.
“Baiklah, jangan dipikirkan. Mimpimu tidak akan jadi kenyataan. Aku akan melindungimu”. Oji baik sih memang, tapi aku tidak mau memikirkan hal-hal yang bukan jadi tujuan hidupku saat ini.
Aku ingin fokus pada sekolahku, aku ingin orang-orang yang menyayangiku bangga dengan prestasiku. Aku mau membuktikan bahwa aku bisa bersaing dengan anak-anak kota dan menjadi yang terbaik.
Tak lama kami pun sampai di depan rumah Mbak Murni. Kak Oji sepertinya tau kalo aku sedang sedih. Dia tidak banyak bertanya, dia hanya menyauti salamku tanpa banyak pertanyaan seperti biasanya.
***
Dret.....Dret......Dret.... Bunyi Hp Ayu yang di silent.
“Mbak Pulang malam Yu, lembur. Jangan lupa kunci rumah”. Ternyata Mbak Murni pulang malam, Mas Ali sendiri belum memberikan kabar padaku.
“Aduh aku lupa kan, gara-gara ketiduran aku jadi lupa beli spidol. Ada-ada saja”. Gerutu Ayu pada dirinya sendiri.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 Wib, Mbak Murni belum juga datang. Mas Ali juga sama, mereka berdua mungkin janjian pulang malam.
Aku memutuskan untuk tidur duluan tanpa menunggu mereka. Kuregangkan otot-ototku yang kaku (ngulet), kubaringkan tubuhku di atas kasur yang empuk. Baru saja beberapa menit, aku medengar suara ketukan pintu.
Tok....tok....tok...
Tok....tok...tok
Aku mengintip dari balik jendela, tampak Mas Ali tidak seperti biasanya. Bajunya berantakan, matanya merah seperti orang ngantuk.
Aku takut membukakan pintu, tapi jika tidak, aku bisa di omelin sama Mbak Murni.
Ceklekkk (Bunyi pintu terbuka)
“Kamu cantik Yu, pantas saja orang seperti itu mengejar-ngejar kamu. Kamu mau coba dulu tidak sama Mas? Nanti mas ajarin, YU....Yu.....” Ayu kabur lari sekencang mungkin meninggalkan Mas Ali yang tidak waras.
Sepertinya ini yang orang bilang mabuk, Aku meninggal kan rumah dan kabur meninggalkan Mas Ali. Aku takut akan terjadi hal-hal yang tidak-tidak jika aku tidak pergi.
Aku lebih memilih duduk di taman komplek sambil menunggu mbak murni pulang. Aku tidak membawa apapun, tidak kepikiran.
Tiba-tiba saja Mbak Murni menepukku dari belakang.
“kenapa malam-malam duduk disini, tadi tentangga bilang kamu lari ketaman, gak balik-balik lagi”.
“Ayu takut Mbak, Mas Ali gak waras sepertinya. Ngomongnya nglantur”.
"Memang begitulah dia, kalo lagi banyak masalah pasti larinya mabuk-mabukan". (sambil menggandengku pulang ke rumah).
Mbak Murni sepertinya sudah biasa menghadapi Mas Ali yang seperti ini.
Aku pun masuk ke kamarku.
Mimpi yang tadi sore saja masih terngiang, di tambah lagi kelakuan Mas Ali yang di luar dugaanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments