Semilir angin pagi menyertai langkah kaki anak laki-laki yang parasnya Tampan dan rupawan. Keberangkatannya disertai senyuman Mama tercintanya. Usianya sudah memasuki 27 tahun, namun bisa di tutupi oleh paras nya yang baby face.
"Ayo pak kita berangkat " Ajaknya pada sang supir yang sedang menikmati kopi hitamnya.
" Tumben mas buru-buru?" Saut sang Supir sambil berjalan membukukan pintu untuk sang majikan.
" Hari ini ada klien penting Pak, dia gak punya waktu lama. Jadi saya harus buru-buru".
Mereka pun bergegas menyusuri jalanan yang cukup sejuk dan masih asri. Dia tinggal di komplek yang hanya orang-orang tertentu bisa tinggal disana.
Pandangan nya tiba-tiba saja beralih pada anak gadis yang sedang mencegat motor di tengah jalan.
" Pak menepi sebentar Pak". Tangannya menepuk bahu sang Supir, tapi pandangan nya fokus ke arah lain.
Dia di buat tertawa oleh tingkah konyol gadis remaja yang di lihatnya.
Tak sampai disitu, mobil tidak diarahkan menuju ke kantornya. Melainkan mengikuti kemana arah gadis itu pergi.
" Tidak kesiangan Pak?" sang Supir mengingatkan Tuannya agar tidak lupa tujuannya brangkat pagi-pagi buta.
"Sebentar, ada yang menarik perhatian saya Pak". balas nya lembut karena hatinya juga sedang bahagia.
Kekonyolan selanjutnya pun terjadi, lalu lintas mendadak ramai karena ulah gadis yang menyeberang sembarangan.
Dia tak ingat akan pertemuannya yang mendesak. Handphone nya yang berdering berkali-kali pun dia matikan. Tak mau di ganggu.
"Pak, berhenti disana. Saya mau mampir ke sekolahan sebentar"
" Tapi Pak, pertemuannya bagaimana?". Teriakan sang supir mengingatkan.
"Tenang saja, 15 menit lagi jemput di loby sekolah". Kaki nya langsung saja mengikuti gadisnya pergi.
Di depan pintu gerbang, dilihatnya gadis yang sedari tadi diikutinya sedang memohon dibukakan pintu gerbang yang sudah hampir tertutup.
Dia berdiri 10 langkah dibelakang gadis yang di ikutinya. Tangannya diisyaratkan pada penjaga sekolah agar segera membuka gerbang sekolah yang sudah hampir tertutup.
Penjaga sekolah pun mengiyakan perintah sang Pemilik sekolan. Hanya orang-orang yang kerja lama di sekolah yang mengetahui pemilik asli sekolah tersebut.
"Pagi Pak, maaf ya Pak. Anak-anak jaman sekarang memang suka nakal" Sapa Pak Imron pada Pemilik Sekolah.
Setelah melihat gadis yang di ikuti ya berbaris dilapangan, dia kembali melanjutkan perjalanan nya.
" Al, tolong cari tau identitas anak baru yang mengenakan hijab di Budi Kasih. Aku mau hari ini, jam makan siang laporkan. Kalo bisa lebih cepat". Perintahnya pada sekretaris perusahaan dari sambungan telponnya.
Kepalanya dipenuhi dengan wajah gadis pujaan hatinya. "Entah kenapa aku sangat menyukai nya, dia lucu sekali ". Gumamnya dalam hati.
Jam makan siang pun tiba, dia sudah menunggu sekretaris nya yang tak kunjung datang.
***
Tut.....tut....tut...."Ini pasti Pak Malik Saputra, untung saja laporannya sudah ada". Gerutu Aldo yang kadang kewalahan memenuhi perintah atasan nya yang agak gila.
Telpon yang berdering berkali kali tak ia hiraukan, langsung saja kakinya melangkah menuju meja kerja bos nya yang sudah tak sabaran.
" Tok tok tok !!!!!!! " sekertarisnya mengetuk pintu tak kalah gila dari bos nya.
Bersambung...........
Ayu menyantap makanan yang sudah dihidangkan diatas mejanya. Perutnya sudah tidak sanggup lagi menampung makanan.
"Alhamdulillah......, aku sudah kenyang Kak. Sudah tak sanggup aku Kak". Ku elus-elus perutku yang seakan membesar, padahal tidak sama sekali.
Tingkah kocak Ayu mengundang senyum merekah dari bibir Kak Oji. Dia hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan Ayu.
" Apa setelah ini bisa antar aku ke toko buku dekat dengan komplek rumah Mbak Murni? Aku mau mencari Spidol untuk tugas besok". Pinta Ayu ragu-ragu.
" Tentu saja, aku akan mengantar kemana pun Ayu mau". Matanya nakal memandangku, kepalaku masih saja memikirkan perkataan Jofan.
Aku bergidik ngeri membayangkan kalo Kak Oji ternyata adalah manusia serigala. Lalu aku......hehehhehee.....hayalan recehku mulai berterbangan di atas kepalaku.
"Yu, ayo". Tangan nya di ulurkan ke arahku. Aku memandang nya untuk beberapa saat. Sepertinya hayalanku benar-benar membuat kewarasanku hilang.
Aku menepuk-nepuk pipiku perlahan agar tetap sadar, tak ku sangka Kak Oji sangat kaget melihat tingkahku. Dia tiba-tiba saja berjongkok di depanku.
" Maaf Yu, aku tidak akan mengulanginya lagi. Ayu tidak boleh menyakiti diri sendiri". Kenapa dia berlebihan sekali, pipiku saja tidak sakit. Akukan hanya mau menyadarkan diri dari khayalanku saja.
" Kak, kenapa kamu berjongkok di depanku. Aku tidak menyakiti diriku, itu tidak sakit Kak". Aku mencoba membujuknya agar segera berdiri. Aku sangat tau saat ini sedang jadi pusat perhatian.
Secara aku saat itu pakai seragam sekolah, oh iya yah. Kenapa Kak Oji tidak pakai seragam yah? Apa dia sudah lulus?
Tapi raut wajah Kak Oji sangat serius penuh penyesalan, ini bukan lelucon. Dia benar-benar menganggap aku menyakiti diriku sendiri.
Drama kami pun di akhiri dengan kedamaian, sepertinya perkataan Jofan benar. Kak Oji agak berbeda. Tingkah nya kadang biasa saja. Tapi kadang juga sangat berlebihan. Bahkan kadang tidak masuk akal.
Diperjalanan pulang, tiba-tiba saja mataku tidak bisa dikondisikan. Perutku yang kenyang, AC mobil yang sejuk. Sangat mendukung untuk aku memejamkan mataku.
Sebenar nya aku sangat tidak nyaman, karena tidak sedikitpun Kak Oji mengalihkan pandangan nya dariku. Aku lebih memilih melihat keluar jendela. Berpura-pura tidak tau sedang di perhatikan.
" Baru saja sebentar dia sudah tidur, bisa bisanya kamu tidur di mobil orang yang kamu anggap tidak kamu kenal dengan baik Yu". Oji sangat gemas melihat Ayu yang tertidur, ingin sekali memindahkan kepalanya dipangkuanku, tapi dia tidak mau di sentuh sedikitpun.
Pak Ayub hanya geleng kepala melihat majikannya yang sedang kasmaran dari spion mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments