PENELUSURAN KEBENARAN

Setelah melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh kabut tebal, Nur, Pujo, Ustad Eddy, dan Tri akhirnya sampai di perpustakaan desa. Di hadapan mereka, bangunan tua itu berdiri angkuh, seolah menunggu untuk dibuka dan diungkap rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Dengan hati-hati, mereka melangkah masuk, merasakan hawa dingin yang menyelimuti ruangan.

“Ini tempat yang tepat,” bisik Nur, menyalakan lampu senter dan menerangi rak-rak buku yang berdebu. “Kita harus mencari catatan tentang dukun itu.”

Ustad Eddy melangkah lebih dulu, mengamati deretan buku kuno yang terletak di rak. “Buku-buku ini mungkin berisi informasi berharga. Mari kita mulai mencarinya.”

Tri mengangguk dan bergegas ke rak sebelah. “Aku akan mencari catatan sejarah desa ini. Mungkin ada yang bisa menjelaskan lebih lanjut tentang kejadian-kejadian aneh itu.”

Pujo berkeliling, merasakan aura dari setiap sudut ruangan. “Hati-hati, ada energi yang tidak stabil di sini. Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa mengundang hal-hal yang tidak diinginkan.”

Mereka mulai menjelajahi setiap sudut perpustakaan, menggesek debu dari permukaan buku-buku tua yang terabaikan. Nur membuka beberapa buku sejarah, menemukan catatan-catatan lama tentang desa dan penduduknya.

“Ini dia!” Nur berseru, mengangkat sebuah buku tebal yang berjudul "Sejarah Desa Kalimantan." “Banyak informasi tentang dukun yang disebutkan, dan sepertinya ada banyak kejadian yang terjadi setelah kematiannya.”

Ustad Eddy segera mendekat dan membaca halaman-halaman yang ditunjukkan oleh Nur. “Dukun itu bernama Ki Ageng Wiro. Dia dikenal sebagai penyembuh dan banyak disegani oleh penduduk. Namun, kematiannya dianggap misterius dan penuh intrik.”

“Misterius?” tanya Pujo, mendekat untuk mendengarkan.

“Menurut catatan ini, Ki Ageng Wiro dibunuh oleh sekelompok orang yang merasa terancam oleh kekuatannya. Mereka takut dukun ini akan mengungkap kebohongan mereka dan menyakiti mereka dengan ilmu hitam,” jelas Nur. “Setelah kematiannya, desa ini mulai dilanda berbagai kejadian aneh. Banyak penduduk yang melaporkan suara-suara misterius dan penampakan sosok dukun.”

Tri mencatat informasi penting itu. “Ini akan sangat berguna untuk ritual kita. Tapi kita perlu tahu lebih banyak tentang kelompok yang membunuhnya. Apakah ada catatan lebih lanjut?”

“Coba kita cari arsip berita lama atau catatan lokal lainnya,” saran Ustad Eddy.

Selama berjam-jam, mereka mencari di rak-rak lain, membongkar tumpukan buku dan catatan. Tiba-tiba, Nur menemukan sebuah folder yang terlihat lebih baru dibandingkan yang lainnya. Dengan rasa penasaran, dia membukanya dan menemukan beberapa artikel koran kuno yang melaporkan kejadian-kejadian aneh di desa.

“Lihat ini!” Nur berteriak, menarik perhatian semua orang. “Ini artikel tentang kematian Ki Ageng Wiro. Sepertinya dia tidak hanya dibunuh, tapi ada juga yang mengklaim melihat sosoknya setelah kematiannya.”

Pujo melihat gambar dalam artikel itu dan menatapnya dengan tajam. “Ini mungkin sosok yang kita lihat di cermin. Dia terlihat sangat mirip.”

Ustad Eddy membolak-balik halaman artikel tersebut. “Di sini dikatakan bahwa beberapa penduduk mengaku melihat bayangan Ki Ageng di malam hari, dan beberapa dari mereka mengalami hal-hal buruk setelahnya. Sepertinya kemarahan roh ini masih membara.”

Tri mencatat informasi itu dengan cermat. “Kita harus memperdalam penyelidikan ini. Jika kita bisa mengetahui siapa yang membunuhnya dan apa yang terjadi setelah itu, mungkin kita bisa membantu roh ini.”

Dengan semangat baru, mereka melanjutkan pencarian di dalam perpustakaan. Setelah beberapa waktu, Tri menemukan sebuah buku catatan tua yang berisi informasi tentang tradisi dan ritual desa. “Ini dia! Buku ini berisi berbagai ritual yang dilakukan penduduk desa, termasuk ritual pemanggilan dan pengusiran roh.”

Nur mengambil alih buku tersebut dan mulai membacanya dengan teliti. “Di sini disebutkan beberapa ritual yang bisa dilakukan untuk membebaskan roh yang terperangkap. Kita bisa memanfaatkan informasi ini untuk membantu Ki Ageng.”

Ustad Eddy tersenyum. “Ini sangat membantu. Kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sebelum kembali ke rumah tua itu.”

“Benar,” kata Pujo. “Kita juga perlu berhati-hati, karena ada kemungkinan roh-roh lain yang tidak bersahabat akan terbangun.”

Setelah merasa cukup mendapatkan informasi, mereka memutuskan untuk pergi dari perpustakaan. Malam semakin larut, dan kabut mulai menutupi jalanan desa. Mereka berjalan cepat, semangat untuk segera mempersiapkan ritual yang akan dilakukan.

Saat tiba di rumah tua, suasana kembali terasa mencekam. Nur menyalakan lampu senter, dan cahaya itu menembus kegelapan yang menyelimuti ruangan. “Kita harus mempersiapkan semua yang diperlukan di sini,” kata Nur sambil melihat sekeliling.

Ustad Eddy mengeluarkan buku ritual dan mulai membaca doa-doa yang akan digunakan. “Mari kita bersihkan tempat ini dari energi negatif sebelum memulai.”

Pujo menyiapkan jimat-jimat yang dia bawa dan menempatkannya di sekitar ruangan. “Ini akan membantu menjaga kita dari hal-hal buruk selama ritual.”

Tri mengambil posisi di tengah ruangan, bersiap untuk berkomunikasi dengan roh Ki Ageng. “Mari kita mulai. Semoga semuanya berjalan lancar.”

Dengan hati-hati, mereka menyusun altar kecil dari benda-benda yang mereka bawa. Ustad Eddy memimpin doa, suaranya bergema dalam ruangan yang sepi. “Ya Allah, kami datang dengan penuh harapan. Kami ingin membantu roh yang terperangkap untuk menemukan kedamaian. Berikan kami petunjuk dan kekuatan.”

Saat doa dibacakan, cahaya lilin mulai bergetar, dan suasana dalam ruangan berubah. Udara terasa semakin berat, dan bayangan-bayangan samar mulai muncul di sudut-sudut ruangan. Nur mengarahkan kamera ke arah Tri, yang berusaha untuk berkomunikasi dengan Ki Ageng.

“Roh Ki Ageng Wiro, kami memanggilmu,” Tri berseru dengan suara lantang. “Kami datang untuk membantumu. Tolong tunjukkan dirimu kepada kami.”

Setelah beberapa saat menunggu, tiba-tiba suasana menjadi hening. Semua orang menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi. Kemudian, suara berbisik kembali terdengar, “Siapa yang memanggilku?”

Tri menjawab dengan penuh percaya diri. “Kami adalah pencari kebenaran. Kami ingin membantu agar kau bisa bebas dari tempat ini. Apa yang kau butuhkan agar bisa pergi?”

“Aku tidak bisa pergi selagi keadilan belum ditegakkan,” suara itu kembali terdengar, kali ini lebih kuat. “Kau harus menemukan para pembunuhku dan mengungkap kebohongan mereka.”

Ustad Eddy melanjutkan doa, menciptakan energi positif di sekitar mereka. “Kami akan melakukannya. Beritahu kami apa yang perlu kami cari.”

“Bukti-bukti yang bisa membuktikan siapa yang bersalah. Temukan catatan-catatan yang tersembunyi, dan aku akan kembali,” jawab suara itu. “Hanya dengan itu, kedamaian akan datang.”

Nur mencatat semua informasi yang didapat dan merasa semangat membara di dalam hatinya. “Kita harus mencari tahu lebih dalam. Mungkin ada catatan di arsip desa yang bisa membantu kita.”

“Cepat! Waktu tidak berpihak padamu. Jika kau terlambat, semuanya akan terlambat,” suara itu menghilang, menyisakan keheningan yang menakutkan.

Mereka semua terdiam sejenak, merasakan beban berat yang masih ada di ruangan. Pujo menatap sekeliling, merasakan getaran energi yang masih tersisa. “Kita harus segera bertindak. Kita tidak bisa menunda lagi.”

Tri mengangguk, “Aku setuju. Mari kita kembali ke desa dan mencari catatan yang bisa membantu kita mengungkap kebenaran.”

Mereka berempat keluar dari rumah tua, merasa ada misi yang harus diselesaikan. Malam itu, mereka memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut di arsip desa. Kabut masih menyelimuti desa, tetapi semangat mereka tak tergoyahkan.

Di jalan menuju desa, mereka berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Nur berkata, “Kita perlu mendekati penduduk yang lebih tua, mungkin mereka tahu lebih banyak tentang kelompok yang membunuh Ki Ageng.”

Ustad Eddy menambahkan, “Jangan lupa untuk selalu menjaga diri. Energi negatif bisa muncul kapan saja jika kita tidak berhati-hati.”

Sesampainya di desa, mereka menuju rumah seorang penduduk tua yang dikenal sebagai sumber informasi tentang sejarah desa. Dengan penuh harap, mereka mengetuk pintu dan seorang wanita tua membuka pintu, memandang mereka dengan curiga.

“Ada apa? Siapa kalian?” tanyanya.

“Kami mencari informasi tentang Ki Ageng Wiro,” jawab Nur

. “Kami mendengar banyak cerita tentang dia dan ingin tahu lebih lanjut.”

Wanita tua itu terlihat ragu, tetapi akhirnya mengizinkan mereka masuk. Di dalam rumah, suasana terasa hangat, meskipun hati mereka masih diliputi ketegangan. Mereka duduk di depan wanita itu, yang mulai bercerita.

“Ki Ageng adalah sosok yang baik, tetapi dia juga banyak musuh,” jelas wanita itu. “Setelah kematiannya, banyak orang yang melaporkan penampakan dan suara-suara aneh. Mereka yang terlibat dalam pembunuhannya sering kali mengalami hal-hal buruk.”

Tri bertanya, “Siapa saja yang terlibat dalam pembunuhannya? Apakah ada nama yang bisa kami catat?”

Wanita tua itu menghela napas panjang. “Ada beberapa orang. Di antaranya adalah Suku Jari, seorang pengusaha yang merasa terancam oleh Ki Ageng. Dia punya kekuatan dan pengaruh di desa ini.”

“Apakah ada yang tahu di mana kami bisa menemui Suku Jari?” tanya Ustad Eddy.

“Dia tinggal di tepi desa, di rumah besar yang dikelilingi oleh pagar tinggi. Tapi hati-hati, dia bukan orang yang suka diganggu,” jawab wanita itu.

Nur mengangguk, “Terima kasih banyak, Bu. Informasi ini sangat berarti bagi kami.”

Setelah berbincang sebentar, mereka berpamitan dan bergegas menuju rumah Suku Jari. Malam semakin gelap, dan mereka merasakan ketegangan yang menyelimuti langkah mereka.

Saat tiba di depan rumah besar Suku Jari, mereka melihat pagar tinggi dan cahaya samar dari dalam. “Apakah kita benar-benar harus melakukannya?” tanya Tri, merasakan ketakutan di dalam hatinya.

“Ya, kita harus,” jawab Nur. “Ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan.”

Mereka berempat saling memberi semangat sebelum memutuskan untuk mendekati pintu. Dengan perlahan, Nur mengetuk pintu dan menunggu. Setelah beberapa detik, pintu terbuka dan seorang pria tinggi dengan tatapan tajam menyambut mereka.

“Ada apa? Siapa kalian?” tanyanya, suaranya dalam dan menggema.

“Kami datang untuk berbicara dengan Suku Jari,” jawab Ustad Eddy, berusaha tampil percaya diri.

Pria itu menyilakan mereka masuk dengan tatapan curiga. “Ikuti aku.”

Mereka memasuki ruang tamu yang luas dengan perabotan mahal dan dinding yang dipenuhi lukisan. Suku Jari duduk di kursi besar, memandang mereka dengan senyuman yang dingin.

“Ada apa kalian datang kemari?” tanyanya.

“Kami ingin tahu tentang Ki Ageng Wiro dan kematiannya,” Nur menjawab, menatap Suku Jari langsung di matanya.

Mendengar nama itu, ekspresi Suku Jari berubah. “Ah, Ki Ageng. Orang yang berusaha mengganggu bisnisku. Kenapa kalian tertarik padanya?”

Tri berusaha tenang. “Kami ingin mengungkap kebenaran tentang kematiannya. Banyak orang di desa merasa terpengaruh setelah kejadian itu.”

Suku Jari tertawa kecil. “Kebenaran? Kebenaran apa yang kalian cari? Semua orang di desa itu bodoh. Ki Ageng adalah ancaman.”

Ustad Eddy tidak tinggal diam. “Dia mungkin ancaman, tetapi dia juga seorang penyembuh. Kami hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

“Mereka yang berada di jalanku akan membayar harganya,” jawab Suku Jari dengan nada dingin.

Nur merasa ketegangan meningkat. “Kami tidak ingin berkonfrontasi. Kami hanya ingin mengumpulkan informasi.”

Suku Jari menatap mereka dengan tajam, kemudian tersenyum sinis. “Baiklah, aku tidak akan menghalangi kalian. Tetapi ingat, mencari kebenaran bisa berbahaya. Kadang, lebih baik tetap dalam kegelapan.”

Mereka semua merasakan ancaman dalam kata-kata itu, tetapi mereka tahu mereka tidak bisa mundur. “Kami akan mengambil risiko itu,” kata Nur, menegaskan keberanian mereka.

Setelah perbincangan itu, mereka keluar dari rumah Suku Jari, merasa bahwa mereka telah mengambil langkah penting dalam pencarian mereka. Tetapi di dalam hati, mereka tahu bahwa bahaya telah mengintai.

“Jadi, apa yang kita lakukan selanjutnya?” tanya Tri.

“Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang Suku Jari dan kelompok-kelompok lain yang terlibat,” kata Pujo. “Dan kita juga harus bersiap-siap untuk apa pun yang akan terjadi.”

Dengan langkah pasti, mereka meninggalkan rumah itu, bertekad untuk menemukan kebenaran yang telah lama tersembunyi. Malam itu, saat kabut semakin tebal, mereka menyadari bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Masih banyak misteri dan kegelapan yang menanti untuk diungkap.

Petualangan mereka baru saja dimulai, dan mereka harus siap menghadapi segala tantangan yang akan datang.

Episodes
1 LANGKAH AWAL
2 PERTANDA DIBALIK BAYANGAN
3 MISI PENCARIAN
4 PENELUSURAN KEBENARAN
5 JEJAK YANG HILANG
6 PINTU MENUJU KEGELAPAN
7 JEJAK DI BALIK BAYANGAN
8 BISIKAN DARI KEGELAPAN
9 KEHADIRAN YANG TAK TERLIHAT
10 RANTAI KEGELAPAN
11 JEJAK DIBALIK BANYANGAN
12 DIAMBANG KEBENARAN
13 KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI
14 PERTARUNGAN TERAKHIR
15 JEJAK JEJAK YAN TERTINGGAL
16 MENCARI KEBENARAN DI KEGELAPAN
17 PELINDUNG KEBENARAN
18 KEJAWEN DAN GHOIB
19 PERSIMPANGAN TAKDIR
20 KUNTILANAK MERAH
21 MENGUNGKAP TABIR PESUGIHAN BUTO IJO
22 DI BALIK KEGELAPAN DESA
23 JEJAK SETAN DIBALIK BAYANG
24 RANTAI GELAK DIBALIK SAYAP
25 JEBAKAN DAN KEKUATAN DARI DALAM
26 JEJAK KEGELAPAN YANG LEBIH DALAM
27 KEGELAPAN YANG MENUNGGU DIBAWAH
28 KEBERANIAN DALAM KEGELAPAN
29 DALAM JARING KEGELAPAN
30 KEGELAPAN YANG MENUNGGU
31 BAYANG DIUJUNG JALAN 1
32 BAYANG DIUJUNG JALAN 2
33 BAYANG DIUJUNG JALAN 3
34 SUARA DALAM KEGELAPAN
35 BISIKAN ALAM LAIN
36 MALAM PURNAMA
37 BAYANGAN DIBALIK HUTAN
38 ARTEFAk KUNO
39 PENGUASA KEGELAPAN 1
40 PERTANDA DARI KEGELAPAN
41 BAYANGAN DI BALIK KEGELAPAM
42 KEDATANGAN SOSOK TAK TERDUGA
43 BISIKAN
44 BAYANGAN MASA LALU
45 BAYANGAN DI ATAS ANGIN
46 JEJAK TERSISA
47 PERSIAPAN PERTEMPURAN
48 BAYANGAN DIHUTAN
49 KEMBALI KE DESA
50 PERTANDA YANG TAK TERDUGA
51 PETARUNGAN TERAKHIR
52 WARISAN YANG TERSISA
53 BAYANGAN TERAKHIR
54 DIUJUNG PENANTIAN
55 AMBANG MISTERI
56 PERJALANAN MENUJU KUIL
57 KETENANGAN YANG MENIPU
58 KEMBALI KE HUTAN
59 HARAPAN YANG BARU
60 BENANG MERAH TAKDIR
61 JEJAK YANG TERSISA
Episodes

Updated 61 Episodes

1
LANGKAH AWAL
2
PERTANDA DIBALIK BAYANGAN
3
MISI PENCARIAN
4
PENELUSURAN KEBENARAN
5
JEJAK YANG HILANG
6
PINTU MENUJU KEGELAPAN
7
JEJAK DI BALIK BAYANGAN
8
BISIKAN DARI KEGELAPAN
9
KEHADIRAN YANG TAK TERLIHAT
10
RANTAI KEGELAPAN
11
JEJAK DIBALIK BANYANGAN
12
DIAMBANG KEBENARAN
13
KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI
14
PERTARUNGAN TERAKHIR
15
JEJAK JEJAK YAN TERTINGGAL
16
MENCARI KEBENARAN DI KEGELAPAN
17
PELINDUNG KEBENARAN
18
KEJAWEN DAN GHOIB
19
PERSIMPANGAN TAKDIR
20
KUNTILANAK MERAH
21
MENGUNGKAP TABIR PESUGIHAN BUTO IJO
22
DI BALIK KEGELAPAN DESA
23
JEJAK SETAN DIBALIK BAYANG
24
RANTAI GELAK DIBALIK SAYAP
25
JEBAKAN DAN KEKUATAN DARI DALAM
26
JEJAK KEGELAPAN YANG LEBIH DALAM
27
KEGELAPAN YANG MENUNGGU DIBAWAH
28
KEBERANIAN DALAM KEGELAPAN
29
DALAM JARING KEGELAPAN
30
KEGELAPAN YANG MENUNGGU
31
BAYANG DIUJUNG JALAN 1
32
BAYANG DIUJUNG JALAN 2
33
BAYANG DIUJUNG JALAN 3
34
SUARA DALAM KEGELAPAN
35
BISIKAN ALAM LAIN
36
MALAM PURNAMA
37
BAYANGAN DIBALIK HUTAN
38
ARTEFAk KUNO
39
PENGUASA KEGELAPAN 1
40
PERTANDA DARI KEGELAPAN
41
BAYANGAN DI BALIK KEGELAPAM
42
KEDATANGAN SOSOK TAK TERDUGA
43
BISIKAN
44
BAYANGAN MASA LALU
45
BAYANGAN DI ATAS ANGIN
46
JEJAK TERSISA
47
PERSIAPAN PERTEMPURAN
48
BAYANGAN DIHUTAN
49
KEMBALI KE DESA
50
PERTANDA YANG TAK TERDUGA
51
PETARUNGAN TERAKHIR
52
WARISAN YANG TERSISA
53
BAYANGAN TERAKHIR
54
DIUJUNG PENANTIAN
55
AMBANG MISTERI
56
PERJALANAN MENUJU KUIL
57
KETENANGAN YANG MENIPU
58
KEMBALI KE HUTAN
59
HARAPAN YANG BARU
60
BENANG MERAH TAKDIR
61
JEJAK YANG TERSISA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!