JEJAK YANG HILANG

Pagi menjelang, menyebar sinar lembut yang berusaha menembus kabut tebal di desa. Nur, Pujo, Ustad Eddy, dan Tri berkumpul di sebuah warung kecil, memanfaatkan waktu untuk merencanakan langkah selanjutnya. Aroma kopi dan nasi goreng memenuhi udara, memberikan sedikit kehangatan di tengah suasana yang dingin dan mencekam.

“Jadi, kita perlu mencari tahu lebih dalam tentang Suku Jari dan siapa saja yang terlibat dalam kematian Ki Ageng,” kata Nur sambil menyeruput kopi. “Ada baiknya kita mendatangi penduduk yang lebih tua atau mungkin mereka yang pernah berurusan langsung dengan Suku Jari.”

“Setuju,” kata Ustad Eddy. “Mereka mungkin memiliki informasi yang bisa membantu kita.”

Pujo menatap sekeliling, memastikan tidak ada yang mencurigakan. “Kita juga harus berhati-hati. Setiap langkah kita diawasi, dan kita tidak tahu siapa yang bisa saja mencoba menghalangi kita.”

Tri mengangguk, menambahkan, “Kita harus tetap bersatu. Jika ada satu orang yang mengalami masalah, yang lainnya harus siap membantu.”

Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah seorang kakek bernama Kakek Marto, yang dikenal sebagai penjaga sejarah desa. Kakek Marto adalah sosok yang dihormati dan selalu memiliki banyak cerita menarik tentang masa lalu desa.

Ketika mereka tiba di rumah Kakek Marto, mereka disambut dengan hangat. Kakek itu, dengan janggut putih dan mata yang tajam, menyambut mereka. “Selamat datang, anak-anak. Ada apa kalian datang kemari?”

“Kami ingin bertanya tentang Ki Ageng Wiro,” jawab Nur. “Kami mendengar banyak cerita tentang dia dan ingin tahu lebih banyak.”

Kakek Marto mengangguk, terlihat serius. “Ki Ageng adalah sosok yang penuh misteri. Dia memiliki banyak pengikut dan juga banyak musuh. Dia adalah penyembuh yang hebat, tetapi ada orang-orang yang merasa terancam dengan kekuatannya.”

“Siapa saja orang-orang yang merasa terancam itu?” tanya Ustad Eddy, penasaran.

“Selain Suku Jari, ada beberapa orang lainnya yang terlibat. Mereka yang memiliki kepentingan bisnis dan tidak ingin ada yang mengganggu usaha mereka. Mereka menganggap Ki Ageng sebagai ancaman bagi bisnis mereka,” jelas Kakek Marto.

Tri bertanya lagi, “Adakah yang tahu di mana kami bisa menemukan mereka?”

Kakek Marto berpikir sejenak. “Kalian harus berhati-hati. Beberapa dari mereka mungkin tidak ingin berbagi informasi. Jika kalian ingin mencari tahu lebih lanjut, kalian bisa mengunjungi pemukiman tua di sebelah timur desa. Banyak yang mengatakan bahwa di sana ada orang-orang yang masih mengingat peristiwa itu.”

“Terima kasih banyak, Kakek,” Nur berterima kasih, merasa bahwa mereka mendapatkan petunjuk penting. “Kami akan pergi ke sana.”

Setelah berpamitan, mereka bergegas menuju pemukiman tua. Di sepanjang jalan, suasana semakin mencekam. Kabut yang tebal membungkus segalanya, memberikan nuansa misterius di sekitar mereka.

Sesampainya di pemukiman tua, mereka disambut oleh rumah-rumah yang sudah lama ditinggalkan. Beberapa tampak sudah roboh, sementara yang lain masih berdiri dengan penyangga yang rapuh. Suasana sepi dan mencekam, membuat mereka berhati-hati melangkah.

“Kita harus mencari penduduk yang masih tinggal di sini,” saran Pujo. “Mungkin ada satu atau dua orang yang tahu sesuatu.”

Saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak, mereka mendengar suara samar dari salah satu rumah. Mereka berhenti dan saling berpandangan, lalu perlahan mendekat. Dari jendela yang pecah, mereka melihat seorang wanita tua sedang merapikan barang-barang di dalam rumah.

Nur mengetuk pintu. “Permisi, Bu. Apakah ada yang bisa kami bantu?”

Wanita itu mendongak, terlihat terkejut. “Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?”

“Kami ingin bertanya tentang Ki Ageng Wiro,” jawab Nur. “Kami mendengar banyak cerita tentang dia dan ingin tahu lebih banyak.”

“Ki Ageng?” suara wanita itu bergetar. “Ah, itu sudah lama sekali. Banyak yang tidak ingin mengingatnya lagi. Tapi dia adalah orang yang baik, meskipun banyak yang membencinya.”

“Apa yang terjadi padanya?” tanya Tri.

“Dia dibunuh,” jawab wanita itu pelan. “Orang-orang yang merasa terancam datang dan mengambil nyawanya. Dan setelah itu, banyak kejadian aneh yang terjadi. Banyak orang yang mengaku melihat sosoknya di malam hari.”

“Siapa yang membunuhnya? Apakah ada nama yang bisa Anda sebutkan?” tanya Ustad Eddy, berharap mendapatkan informasi lebih lanjut.

Wanita itu menggeleng. “Saya tidak tahu pasti. Tapi saya ingat satu nama. Orang itu sering disebut sebagai ‘Sang Penjaga Kegelapan’. Dia adalah orang yang memimpin kelompok itu.”

“Di mana kami bisa menemui Sang Penjaga Kegelapan?” tanya Nur.

Wanita itu menghela napas panjang. “Dia tinggal di tempat yang terasing, jauh dari desa ini. Mungkin kalian perlu mencari di hutan dekat gunung. Tetapi hati-hati, banyak orang yang menghilang di sana.”

“Terima kasih banyak, Bu. Informasi ini sangat membantu,” kata Nur.

Setelah mengucapkan terima kasih, mereka keluar dari rumah itu, merasa bahwa mereka semakin dekat dengan kebenaran. Namun, rasa cemas mulai menggerogoti pikiran mereka. Hutan di dekat gunung dikenal sebagai tempat yang angker.

“Kita harus bersiap-siap. Jika kita pergi ke hutan, kita harus membawa peralatan dan persiapan yang cukup,” kata Pujo.

Tri setuju, “Kita bisa pergi ke warung untuk membeli makanan dan peralatan yang kita butuhkan sebelum berangkat.”

Setelah membeli beberapa makanan dan peralatan, mereka bergegas menuju hutan. Jalan setapak menuju hutan terasa semakin mencekam, dengan suara-suara aneh yang menggema di sekitar mereka.

Sesampainya di tepi hutan, mereka mengatur perlengkapan dan membahas rencana. “Kita harus tetap bersama dan tidak terpisah,” pesan Nur. “Jika kita kehilangan arah, kita bisa tersesat.”

“Setuju,” kata Ustad Eddy. “Mari kita berdoa sebelum masuk ke dalam.”

Mereka berdoa bersama, berharap agar diberikan perlindungan dan petunjuk dalam perjalanan mereka. Setelah itu, mereka melangkah ke dalam hutan, menyusuri jalur yang semakin menyempit.

Suasana di dalam hutan terasa berbeda. Suara burung dan hewan lain seolah menghilang, digantikan oleh keheningan yang mencekam. Kabut tebal menyelimuti setiap langkah mereka, membuatnya sulit untuk melihat ke depan.

“Apakah kalian merasakan sesuatu yang aneh?” tanya Tri, mengamati sekeliling.

“Ya, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini,” jawab Pujo, merasakan ketegangan yang meningkat.

Mereka terus melangkah lebih dalam, hingga tiba di sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Di tengah area tersebut, mereka menemukan sebuah altar tua yang terbuat dari batu. Terdapat simbol-simbol kuno yang diukir di atasnya.

“Kita harus hati-hati di sini,” Nur berkata. “Ini bisa jadi tempat ritual.”

Pujo mendekati altar dan meraba simbol-simbol yang terukir. “Sepertinya ini adalah tempat yang digunakan oleh Sang Penjaga Kegelapan. Kita harus mencari tahu lebih banyak.”

Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari semak-semak di belakang mereka. Nur berbalik, merasakan jantungnya berdegup kencang. “Ada seseorang di sana!” serunya.

Mereka semua bersiap, mengarahkan senter ke arah suara tersebut. Dari kegelapan, muncul seorang pria berbadan besar dengan tatapan tajam. “Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyanya, suaranya dalam dan mengancam.

“Kami mencari kebenaran tentang Ki Ageng Wiro,” jawab Nur dengan berani. “Kami tidak bermaksud mengganggu.”

Pria itu mengangguk perlahan. “Kau memiliki keberanian yang baik. Namun, kebenaran bukanlah sesuatu yang bisa didapat dengan mudah.”

“Siapa kau?” tanya Ustad Eddy.

“Aku adalah penjaga tempat ini. Dan kau sedang berada di wilayah yang berbahaya,” jawab pria itu. “Banyak yang telah mencoba mencari kebenaran, tetapi tidak semua yang berhasil kembali.”

“Kami tidak takut,” kata Pujo, merasa terdesak untuk membuktikan keberanian mereka.

“Baiklah, jika kalian ingin tahu lebih banyak, kalian harus siap untuk menghadapi konsekuensi dari pencarian kalian,” pria itu memperingatkan. “Apa yang kalian cari mungkin akan mengubah segalanya.”

Mereka semua saling berpandangan, merasa tegang. “Kami siap menghadapi apapun,” kata Tri.

Pria itu mengangguk. “Ikuti aku. Aku akan membawamu ke tempat di mana kau bisa menemukan jawaban.”

Dengan ragu, mereka mengikuti pria tersebut masuk lebih dalam ke dalam hutan. Suasana semakin gelap, dan suara-suara aneh

mulai terdengar di sekitar mereka. Dalam hati, mereka merasa bahwa pencarian ini baru saja dimulai dan mungkin akan membawa mereka pada sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan.

Mereka melangkah maju, tidak tahu apa yang menunggu di depan, tetapi satu hal yang pasti: mereka akan menemukan kebenaran, apapun risikonya.

Episodes
1 LANGKAH AWAL
2 PERTANDA DIBALIK BAYANGAN
3 MISI PENCARIAN
4 PENELUSURAN KEBENARAN
5 JEJAK YANG HILANG
6 PINTU MENUJU KEGELAPAN
7 JEJAK DI BALIK BAYANGAN
8 BISIKAN DARI KEGELAPAN
9 KEHADIRAN YANG TAK TERLIHAT
10 RANTAI KEGELAPAN
11 JEJAK DIBALIK BANYANGAN
12 DIAMBANG KEBENARAN
13 KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI
14 PERTARUNGAN TERAKHIR
15 JEJAK JEJAK YAN TERTINGGAL
16 MENCARI KEBENARAN DI KEGELAPAN
17 PELINDUNG KEBENARAN
18 KEJAWEN DAN GHOIB
19 PERSIMPANGAN TAKDIR
20 KUNTILANAK MERAH
21 MENGUNGKAP TABIR PESUGIHAN BUTO IJO
22 DI BALIK KEGELAPAN DESA
23 JEJAK SETAN DIBALIK BAYANG
24 RANTAI GELAK DIBALIK SAYAP
25 JEBAKAN DAN KEKUATAN DARI DALAM
26 JEJAK KEGELAPAN YANG LEBIH DALAM
27 KEGELAPAN YANG MENUNGGU DIBAWAH
28 KEBERANIAN DALAM KEGELAPAN
29 DALAM JARING KEGELAPAN
30 KEGELAPAN YANG MENUNGGU
31 BAYANG DIUJUNG JALAN 1
32 BAYANG DIUJUNG JALAN 2
33 BAYANG DIUJUNG JALAN 3
34 SUARA DALAM KEGELAPAN
35 BISIKAN ALAM LAIN
36 MALAM PURNAMA
37 BAYANGAN DIBALIK HUTAN
38 ARTEFAk KUNO
39 PENGUASA KEGELAPAN 1
40 PERTANDA DARI KEGELAPAN
41 BAYANGAN DI BALIK KEGELAPAM
42 KEDATANGAN SOSOK TAK TERDUGA
43 BISIKAN
44 BAYANGAN MASA LALU
45 BAYANGAN DI ATAS ANGIN
46 JEJAK TERSISA
47 PERSIAPAN PERTEMPURAN
48 BAYANGAN DIHUTAN
49 KEMBALI KE DESA
50 PERTANDA YANG TAK TERDUGA
51 PETARUNGAN TERAKHIR
52 WARISAN YANG TERSISA
53 BAYANGAN TERAKHIR
54 DIUJUNG PENANTIAN
55 AMBANG MISTERI
56 PERJALANAN MENUJU KUIL
57 KETENANGAN YANG MENIPU
58 KEMBALI KE HUTAN
59 HARAPAN YANG BARU
60 BENANG MERAH TAKDIR
61 JEJAK YANG TERSISA
Episodes

Updated 61 Episodes

1
LANGKAH AWAL
2
PERTANDA DIBALIK BAYANGAN
3
MISI PENCARIAN
4
PENELUSURAN KEBENARAN
5
JEJAK YANG HILANG
6
PINTU MENUJU KEGELAPAN
7
JEJAK DI BALIK BAYANGAN
8
BISIKAN DARI KEGELAPAN
9
KEHADIRAN YANG TAK TERLIHAT
10
RANTAI KEGELAPAN
11
JEJAK DIBALIK BANYANGAN
12
DIAMBANG KEBENARAN
13
KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI
14
PERTARUNGAN TERAKHIR
15
JEJAK JEJAK YAN TERTINGGAL
16
MENCARI KEBENARAN DI KEGELAPAN
17
PELINDUNG KEBENARAN
18
KEJAWEN DAN GHOIB
19
PERSIMPANGAN TAKDIR
20
KUNTILANAK MERAH
21
MENGUNGKAP TABIR PESUGIHAN BUTO IJO
22
DI BALIK KEGELAPAN DESA
23
JEJAK SETAN DIBALIK BAYANG
24
RANTAI GELAK DIBALIK SAYAP
25
JEBAKAN DAN KEKUATAN DARI DALAM
26
JEJAK KEGELAPAN YANG LEBIH DALAM
27
KEGELAPAN YANG MENUNGGU DIBAWAH
28
KEBERANIAN DALAM KEGELAPAN
29
DALAM JARING KEGELAPAN
30
KEGELAPAN YANG MENUNGGU
31
BAYANG DIUJUNG JALAN 1
32
BAYANG DIUJUNG JALAN 2
33
BAYANG DIUJUNG JALAN 3
34
SUARA DALAM KEGELAPAN
35
BISIKAN ALAM LAIN
36
MALAM PURNAMA
37
BAYANGAN DIBALIK HUTAN
38
ARTEFAk KUNO
39
PENGUASA KEGELAPAN 1
40
PERTANDA DARI KEGELAPAN
41
BAYANGAN DI BALIK KEGELAPAM
42
KEDATANGAN SOSOK TAK TERDUGA
43
BISIKAN
44
BAYANGAN MASA LALU
45
BAYANGAN DI ATAS ANGIN
46
JEJAK TERSISA
47
PERSIAPAN PERTEMPURAN
48
BAYANGAN DIHUTAN
49
KEMBALI KE DESA
50
PERTANDA YANG TAK TERDUGA
51
PETARUNGAN TERAKHIR
52
WARISAN YANG TERSISA
53
BAYANGAN TERAKHIR
54
DIUJUNG PENANTIAN
55
AMBANG MISTERI
56
PERJALANAN MENUJU KUIL
57
KETENANGAN YANG MENIPU
58
KEMBALI KE HUTAN
59
HARAPAN YANG BARU
60
BENANG MERAH TAKDIR
61
JEJAK YANG TERSISA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!