Kamar Pengantin yang Terabaikan

Hari yang tidak pernah dinantikan oleh Liana pun tiba. Liana pada akhirnya sah menjadi istri dari Haris. Cucu kesayangan kakek Sudibyo. Liana tidak pernah berpikir untuk menikah secepat ini. Apalagi bukan dengan orang yang dia cintai. Bicara soal cinta, Liana bahkan belum pernah jatuh cinta kepada pria manapun. Satu-satunya pria yang dia cintai adalah ayahnya.

Sepanjang acara kakek tersenyum lebar, wajahnya tampak berseri-seri. Dia sangat bahagia bisa melihat cucunya menikah dengan putri dari anak angkat yang paling dia banggakan. Iya, kakek memang sangat bangga memiliki pak Gani kala itu. Lantaran ketulusan dan kejujuran pak Gani, yang tak pernah sedikitpun memanfaatkan status sosial dan harta milik kakek Sudibyo.

Hampir semua undangan turut berbahagia atas pernikahan Haris dan Liana. Bahkan Vanya pun tampak menyunggingkan senyumannya di hadapan banyak orang. Meski beberapa orang mempertanyakan statusnya dalam keluarga besar sang kakek.

Vanya selalu menatap Haris, ketika Haris mendengar cara dia memperkenalkan diri di hadapan tamu. Dia berharap Haris diam dan mengabaikannya, sesuai kesepakatan sebelumnya. Vanya memaksa hadir dengan status sebagai sepupu Haris. Dan keinginan Vanya itu tidak bisa diganggu gugat.

Semakin banyak rekannya yang berkenalan dengan Vanya, membuat Haris semakin merasa tak nyaman. Dia ingin sekali menarik Vanya dan mengatakan pada mereka, bahwa Vanya adalah istrinya. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Karena yang mengetahui status mereka hanya keluar besar kakek Sudibyo.

Vanya sadar suaminya tengah dilanda cemburu. Sehingga dia memilih undur diri, sebelum amarah Haris memuncak dan tak terbendung lagi. Karena bisa berakibat fatal pada keberlangsungan acara pernikahan mereka.

"Mau kemana, nak?" tanya bu Ameena.

Vanya tersentak, dia celingukan sebelum membalas mama mertuanya.

"Maa, aku mau kembali ke kamar." jawab Vanya.

"Mama minta maaf, kamu harus berada dalam situasi seperti ini..." sang mama mengusap bahu Vanya.

"Aku tidak apa-apa, maa. Apa mama lupa kalau aku punya andil atas semua ini." Vanya justru tersenyum.

"Mama tahu itu, dan mama juga tahu kamu menyembunyikan rasa sakit di sini." bu Ameena menyentuh dada Liana dengan lembut.

"Ma, aku kembali dulu, ya." Vanya tak ingin semakin melow gara-gara mertuanya, sehingga dia segera pamit ke kamar.

Bu Ameena menatap Vanya yang sudah berlalu jauh dari hadapannya. Dia menyayangkan keteguhan hati Vanya, yang tetap memilih menjadi istri siri.

Beberapa jam berlalu, acara pun selesai digelar. Beberapa sanak keluarga sudah pergi meninggalkan hotel.

"Liana..., ayo mama antar kamu ke kamar. Kamu pasti sangat lelah ya..." ujar bu Ameena.

"Iya, ma." jawab Liana.

Dia pergi bersama mama mertuanya, dan mengabaikan Haris yang masih ngobrol dengan temannya.

___

Tok... Tok... Tok...

Vanya yang sedang melamun di kamarnya tersentak oleh suara ketukan pintu. Dia pun beranjak dari kasur, kemudian mendekati cermin untuk memastikan penampilannya masih baik-baik saja.

Saat membuka pintu dia lebih terkejut lagi, karena yang berada di hadapannya adalah Haris.

"Mas..., apa..."

Vanya tidak sempat melanjutkan kata-katanya, karena Haris lebih dulu mendorong tubuhnya dan dengan langkah cepat memasuki kamar tanpa permisi.

"Kenapa kamu kemari, mas? Harusnya kamu bersama Liana." ujar Vanya.

Haris berbalik badan, menatap Vanya dengan wajah kesal, cemburu, emosi, semua campur aduk jadi satu.

"Puas kamu, hah?! PUUUAAASS...!!" teriak Haris dengan sangat lantang.

Teriakan Haris membuat Vanya kaget. Tapi Vanya tetap mendekati Haris yang kini terduduk di sofa dengan hati-hati.

"Mas, kembalilah ke kamar kalian. Tidak baik mas Haris ada di sini." ujar Vanya sambil duduk di samping Haris.

Haris melepas dasi yang sedari tadi bertengger di lehernya dengan kasar. Dia membuka satu kancing kemejanya dengan cepat. Dadanya kembang kempis seolah mau meledak saja.

"Mudah sekali bagimu bicara seperti itu, hah?!" Haris menatap tajam mata sang istri.

"Aku tidak akan pergi ke kamar sialan itu!" tegasnya.

"Mas..., apa kamu mau kakek semakin membenciku? Pergilah, mas. Kalau sampai kakek tahu kamu di sini, dia akan sangat marah." ujar Vanya yang terus berusaha membujuk suaminya itu.

"Kalau begitu ikutlah bersamaku!" Haris berdiri dan menarik tangan Vanya.

"Mas, jangan konyol!!"

Terjadilah adegan tarik menarik di kamar hotel yang ditempati Vanya. Lantaran Vanya tidak ingin ikut bersama suaminya ke kamar pengantin yang bukan miliknya.

"Aaarrgghh...!!!" teriak Haris frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri.

Mata Haris memerah, dia benar-benar membenci takdir yang menimpanya.

"Mas, please...!!" Vanya mengusap pipi suaminya itu. "Kembalilah ke kamar bersama Liana. Dia pasti sangat kesepian. Kasihan..." bujuk Vanya.

"Hanya dua minggu kan, setelah itu kita bersama lagi." Vanya mengecup bibir Haris.

Haris menarik Vanya dalam pelukannya. Begitu erat, seakan Haris tak ingin melepaskannya. Vanya mengerti ini sangat berat bagi Haris. Tapi Vanya harus melakukan semuanya karena sebuah alasan.

"Maafkan aku, mas Haris..." batin Vanya.

"Pergilah, mas..." Vanya sedikit memaksa Haris untuk melepas pelukannya.

"Aku mencintaimu..." ujar Haris pelan.

"Aku lebih mencintaimu, mas. Pergilah..." Vanya tersenyum manis.

Setelah mengecup bibir Vanya, Haris pun meninggalkan kamar Vanya. Lalu dia pergi ke kamar pengantin.

___

Liana sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, ketika Haris datang. Melihat kedatangan pria yang tiba-tiba jadi suaminya itu, Liana lantas menaruh alat pengering itu di atas meja.

"Mas mau disiapkan air hangat?" tanya Liana.

Hening, tak ada jawaban apapun dari suaminya.

Liana cukup sadar diri, dia pun memilih untuk diam. Dia tahu ini bukan kehendaknya. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Sesimpel itu cara berpikir Liana. Dia seakan tidak merasa terbebani dengan pernikahan yang terkesan dipaksakan ini.

"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan, semua adalah takdir dari Tuhan. Haaah..., jalani saja Liana..., kamu pasti bisa."

Liana beranjak dari tempat duduknya, dia memilih pergi dan duduk di sofa. Liana memang diam, tapi hatinya benar-benar berisik.

"Kasihan juga mas Haris. Karena keegoisan istrinya, dia harus seperti ini."

"Lha, ngapain juga kasihan sama orang. Aku juga perlu dikasihani kali. Kuliah belum selesai sudah dipaksa nikah. Tanpa orang tua lagi..."

Liana teringat mendiang kedua orang tuanya. Bulir bening tiba-tiba menetes di sudut matanya. Lalu dengan cepat dia menghapusnya.

Sedangkan Haris tampak memasuki kamar mandi. Dia akan berendam lama untuk menyegarkan tubuh, hati, dan pikirannya. Setelah cukup lama, Haris keluar dari dalam sana. Dia menatap kasur yang bertabur bunga di atasnya. Kemudian dia mengeringkan rambutnya.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, Haris menoleh ke sofa tempat dimana Liana berada. Dari jarak yang tidak begitu jauh, Haris bisa memastikan kalau Liana sudah tertidur pulas. Tapi Haris tidak peduli akan hal itu, sekalipun Liana tidur tanpa selimut.

Haris melangkahkan kakinya menuju sofa yang lain, yang berhadapan dengan kasur king size bertabur bunga. Dia memilih tidur di sana. Tubuhnya sangat lelah. Dia berpikir, kalau saja pengantin perempuannya Vanya. Mungkin dia akan lebih bersemangat malam ini. Haris hanya bisa tersenyum miring, karena faktanya perempuan yang kini berada di kamar bersamanya adalah orang lain.

Dua orang asing tiba-tiba menikah. Tanpa cinta, tanpa rasa peduli. Membuat suasana malam pengantin berbeda dengan yang seharusnya. Kasur bertabur bunga mawar, kamar yang semerbak aroma terapi, nyatanya malam ini terabaikan. Kedua manusia yang sudah berstatus suami istri sah itu, memilih tidur di atas sofa yang berbeda. Sibuk dengan pemikiran masing-masing, hingga mereka terlelap.

......................

Episodes
1 Tamu Asing
2 Ayah Jatuh Sakit
3 Kembalinya Ibu Tiri
4 Pelukan Terakhir
5 Jaminan Hutang
6 Rumah Baru
7 Keluarga
8 Menikah Lagi
9 Bimbang
10 Keputusan
11 Calon Istri Kedua
12 Istri Calon Suamiku
13 Kamar Pengantin yang Terabaikan
14 Suami Menyebalkan
15 Kesedihan Kakek
16 Benih Kecemburuan
17 Honeymoon...??!!!!
18 Istri di Atas Kertas
19 Teman
20 Semakin Akrab
21 Tak Tenang
22 Perasaan Damar
23 Kado untuk Liana
24 Salah Pilih Rival
25 Ada Apa Sebenarnya?
26 Mencari Pak Wira
27 Tak Seperti Biasanya
28 Maaf, ibu...!
29 Vanya Frustasi
30 Rencana Haris
31 POV : Haris
32 Rasa Nyaman
33 Maunya Kamu
34 Perubahan Haris
35 Kembali Asing
36 Damar Berulah
37 Jeritan Hati Rosa
38 Jangan Menyentuhku
39 Cerai
40 Reward
41 Kembali ke Rumah
42 Suasana Baru
43 Aku akan Kembali
44 Aku akan Melindungimu
45 Ingin Jadi Satu-satunya
46 POV : Liana
47 Firasat
48 Pertemuan
49 Menghindar
50 Membawa Liana Pergi
51 Mesra dan Gelisah
52 Hamil
53 Ketemu
54 Hukuman dari Kakek
55 Ketakutan Liana
56 Vanya Lagi
57 Luka Kecil
58 Perdarahan
59 Flashback
60 Sang Pelaku
61 Mencintai Rosa
62 Haris Cemburu
63 Pengusik Datang Lagi
64 Akhir Sebuah Penantian
65 Demam
66 Mendatangi Kakek Sudibyo
67 Juan...!!
68 Berpisah Saja
69 Takut Kehilangan
70 Takut Keblabasan
71 Insiden di Swalayan
72 Sakit Lagi
73 Kabar Bahagia
74 Bukan Perempuan Bayaran
75 Permainan Dimulai
76 Apa Dia di Pihakku?!...
77 Nasihat Kakek
78 Bumil Posesif
79 Ancaman
80 Sebuah Video
81 Permintaan Maaf
82 Klarifikasi
83 Tiba-tiba Ingin
84 Kabar Duka
85 Kamera Tersembunyi
86 Ngidam Day
87 Perkara Melon
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Tamu Asing
2
Ayah Jatuh Sakit
3
Kembalinya Ibu Tiri
4
Pelukan Terakhir
5
Jaminan Hutang
6
Rumah Baru
7
Keluarga
8
Menikah Lagi
9
Bimbang
10
Keputusan
11
Calon Istri Kedua
12
Istri Calon Suamiku
13
Kamar Pengantin yang Terabaikan
14
Suami Menyebalkan
15
Kesedihan Kakek
16
Benih Kecemburuan
17
Honeymoon...??!!!!
18
Istri di Atas Kertas
19
Teman
20
Semakin Akrab
21
Tak Tenang
22
Perasaan Damar
23
Kado untuk Liana
24
Salah Pilih Rival
25
Ada Apa Sebenarnya?
26
Mencari Pak Wira
27
Tak Seperti Biasanya
28
Maaf, ibu...!
29
Vanya Frustasi
30
Rencana Haris
31
POV : Haris
32
Rasa Nyaman
33
Maunya Kamu
34
Perubahan Haris
35
Kembali Asing
36
Damar Berulah
37
Jeritan Hati Rosa
38
Jangan Menyentuhku
39
Cerai
40
Reward
41
Kembali ke Rumah
42
Suasana Baru
43
Aku akan Kembali
44
Aku akan Melindungimu
45
Ingin Jadi Satu-satunya
46
POV : Liana
47
Firasat
48
Pertemuan
49
Menghindar
50
Membawa Liana Pergi
51
Mesra dan Gelisah
52
Hamil
53
Ketemu
54
Hukuman dari Kakek
55
Ketakutan Liana
56
Vanya Lagi
57
Luka Kecil
58
Perdarahan
59
Flashback
60
Sang Pelaku
61
Mencintai Rosa
62
Haris Cemburu
63
Pengusik Datang Lagi
64
Akhir Sebuah Penantian
65
Demam
66
Mendatangi Kakek Sudibyo
67
Juan...!!
68
Berpisah Saja
69
Takut Kehilangan
70
Takut Keblabasan
71
Insiden di Swalayan
72
Sakit Lagi
73
Kabar Bahagia
74
Bukan Perempuan Bayaran
75
Permainan Dimulai
76
Apa Dia di Pihakku?!...
77
Nasihat Kakek
78
Bumil Posesif
79
Ancaman
80
Sebuah Video
81
Permintaan Maaf
82
Klarifikasi
83
Tiba-tiba Ingin
84
Kabar Duka
85
Kamera Tersembunyi
86
Ngidam Day
87
Perkara Melon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!