Calon Istri Kedua

Tiba-tiba ada rasa gelisah dalam hati bu Ameena, setelah dia mendapatkan kabar dari sang ayah, yakni kakek Sudibyo. Bahwa Liana berkenan menikah dengan putranya, Haris. Tanpa menunggu suaminya pulang dari luar kota, bu Ameena segera meluncur ke kediaman sang ayah.

Tok... Tok... Tok...

Bu Ameena menunggu dengan tak sabar, Liana membuka pintu kamarnya. Beberapa saat kemudian sosok yang ingin dia temui akhirnya membuka pintu.

"Bu..." tentu saja Liana terkejut dengan kehadiran bu Ameena.

"Bisa bicara sebentar, sayang?" tanya bu Ameena.

Liana hanya menjawab dengan anggukan kepala, lalu dia mundur agar bu Ameena bisa masuk ke kamarnya.

Bu Ameena menghirup nafas panjang, lalu membuangnya pelan-pelan. Dia sedang berusaha merilekskan dirinya, sebelum mengutarakan untaian kata yang sedari tadi bermain dalam benaknya.

"Sayang..." ujar bu Ameena.

"Iya, bu..." balas Liana.

Bu Ameena menghembuskan nafas dengan pasrah, ketika Liana masih belum berkenan memanggilnya mama. Seperti permintaannya waktu pertama kali mereka bertemu.

"Panggil, mama..." bu Ameena mengusap pipi Liana dengan lembut.

Lagi-lagi Liana terbuai dengan sikap lembut keibuan seorang perempuan berhijab itu.

"Ah, iya, bu... Em..., mama..." balas Liana.

"Mama dengar dari kakek, kamu bersedia menikah dengan Haris. Apa itu benar?" tanya bu Ameena tanpa basa-basi.

Liana mengangguk.

"Tadinya mama senang waktu kakek berniat menjodohkan Haris dengan kamu. Tapi beberapa hari yang lalu, setelah mama tahu kamu menyetujuinya, mama jadi kepikiran tentang kamu dan Haris." wanita itu menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Nak, sayang..." bu Ameena mengangkat kepalanya. Lalu meraih tangan Liana. "Sebenarnya Haris itu sudah menikah." ungkapnya.

"Aku tahu, maa..." balas Liana.

Bu Ameena menatap lekat manik indah gadis di hadapannya.

"Kakek sudah mengatakan semuanya padaku. Mama tenang saja, aku sudah katakan pada kakek. Meskipun aku bersedia, tapi kalau mas Haris tidak berkenan, jangan dipaksa." Liana berusaha memberikan senyuman terbaiknya, agar dia terlihat baik-baik saja.

"Kalau kamu tahu akan menjadi istri kedua, kenapa kamu bersedia? Apa kakek mengancammu, nak?! Katakan pada mama...!" bu Ameena tampak sedikit memaksa Liana agar berbicara dengan jujur.

Liana justru tersenyum sambil mengusap punggung tangan bu Ameena.

"Apalagi yang harus aku katakan, maa. Yang jelas kakek sama sekali tidak mengancamku. Justru kakek mendatangiku dan menceritakan situasi yang sebenarnya, setelah aku menyetujui permintaannya." akunya.

"Aku hanya ingin memenuhi keinginan almarhum ayah. Dan membalas kebaikan kakek yang sudah menolongku. Karena aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi." begitu ujarnya lagi.

Bu Ameena tiba-tiba tergerak untuk merengkuh tubuh Liana dalam pelukannya.

"Mama takut nantinya kamu dan Haris merasa tersakiti dengan memenuhi permintaan kakek." gumam bu Ameena.

"Bukankah aku yang akan tersakiti, karena tiba-tiba berada di sini. Dan akan dinikahkan dengan pria beristri. Menjadi istri kedua..."

___

Sementara itu Haris dan Vanya yang sudah kembali ke apartemen, sedang duduk berdua menyantap makan malam mereka.

"Kamu sudah bertemu dengan calon istri mudamu, mas?" tanya Vanya.

Seketika Haris menaruh kembali garpu dan sendoknya dengan kasar.

"Bisa tidak, jangan bahas soal itu saat ini?!" suara Haris memang pelan, tapi terdengar sangat menyeramkan.

"A..., aku..., hanya bertanya. Maaf..." balas Vanya dengan gugup.

"Sekali lagi aku ingatkan, masih ada waktu untuk mengubah keputusan. Pikirkan lagi, Vanya." Haris meninggalkan meja makan.

"Keputusanku sudah bulat, mas. Aku tidak masalah, sungguh." Vanya tersenyum manis.

Dia kepalang percaya diri bahwa keputusannya untuk mengizinkan suaminya menikah adalah keputusan yang paling tepat. Padahal hal itu justru sangat menyakiti hati Haris.

Haris meremas jemarinya dalam genggaman, hingga kukunya memutih dan urat tangannya tampak menonjol.

Haris pergi ke balkon sekedar untuk menghirup udara malam. Pikirannya terasa penat dan hatinya pun terasa sakit. Dia mencoba mencari kenyamanan dari angin malam. Saat sedang termenung, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya dari belakang.

"Sayang..." suara sayu itu membuat Haris menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan.

"Tidak bisakah kamu ubah keputusanmu?" Haris berbalik badan, dia memegang pundak istrinya.

"Vanya, kamu tahu betapa aku mencintaimu. Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?" tanya Haris. "Masalah ini sepele, kalau saja kamu bersedia menikah secara resmi denganku." lagi-lagi kalimat itu dia lontarkan.

"Karena mas Haris mencintaiku, maka aku mohon mas mengerti keadaanku..." mata Vanya mulai berkaca-kaca.

Haris yang selalu tak berdaya dengan air mata Vanya pun, segera menarik tubuh Vanya dalam pelukannya.

"Maafkan aku, sudah membuat mas Haris melakukan semua ini." gumamnya dengan suara bergetar dalam dekapan Haris.

"Aku juga minta maaf, sudah memaksamu." balas Haris sambil membelai rambut Vanya yang sedikit bergelombang.

"Mulai saat ini, jangan pernah mempertanyakan apapun soal itu. Acara itu sebentar lagi. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu, sebelumya aku berbagi waktu dengan yang lain." tutur Haris.

Sungguh berat sebenarnya bagi Haris. Tapi cinta Haris pada Vanya seolah membutakan mata hatinya. Sehingga dia tidak bisa berpikir jernih. Yang terpenting baginya adalah Vanya merasa bahagia dan nyaman bersamanya. Sampai-sampai dia tidak sadar, kalau dia butuh dimengerti juga.

Pernah terbesit dalam benak Haris untuk mendatangi orang tua Vanya seorang diri, dan meminta restu. Bahkan Haris sudah bertekat akan membayar dan memenuhi apapun mahar yang disyaratkan oleh orang tua Vanya. Tapi lagi-lagi itu hanya ada dalam wacana. Haris tak bisa melakukannya karena Vanya memohon padanya demi kesehatan ayahnya yang sedang sakit-sakitan.

Sewaktu Vanya mengunjungi mereka pun, Haris dilarang ikut. Karena Vanya mengaku pada mereka, dia sudah tidak menjalin hubungan dengan Haris lagi. Sehingga Haris hanya mengantar sampai bandara.

"Tidur, yuk. Di sini makin dingin..." ujar Vanya.

"Masuklah duluan, aku akan mengunci pintunya." kata Haris.

"Baik, sayang..." Vanya pun melenggang dengan anggun menuju ke kamarnya.

......................

Episodes
1 Tamu Asing
2 Ayah Jatuh Sakit
3 Kembalinya Ibu Tiri
4 Pelukan Terakhir
5 Jaminan Hutang
6 Rumah Baru
7 Keluarga
8 Menikah Lagi
9 Bimbang
10 Keputusan
11 Calon Istri Kedua
12 Istri Calon Suamiku
13 Kamar Pengantin yang Terabaikan
14 Suami Menyebalkan
15 Kesedihan Kakek
16 Benih Kecemburuan
17 Honeymoon...??!!!!
18 Istri di Atas Kertas
19 Teman
20 Semakin Akrab
21 Tak Tenang
22 Perasaan Damar
23 Kado untuk Liana
24 Salah Pilih Rival
25 Ada Apa Sebenarnya?
26 Mencari Pak Wira
27 Tak Seperti Biasanya
28 Maaf, ibu...!
29 Vanya Frustasi
30 Rencana Haris
31 POV : Haris
32 Rasa Nyaman
33 Maunya Kamu
34 Perubahan Haris
35 Kembali Asing
36 Damar Berulah
37 Jeritan Hati Rosa
38 Jangan Menyentuhku
39 Cerai
40 Reward
41 Kembali ke Rumah
42 Suasana Baru
43 Aku akan Kembali
44 Aku akan Melindungimu
45 Ingin Jadi Satu-satunya
46 POV : Liana
47 Firasat
48 Pertemuan
49 Menghindar
50 Membawa Liana Pergi
51 Mesra dan Gelisah
52 Hamil
53 Ketemu
54 Hukuman dari Kakek
55 Ketakutan Liana
56 Vanya Lagi
57 Luka Kecil
58 Perdarahan
59 Flashback
60 Sang Pelaku
61 Mencintai Rosa
62 Haris Cemburu
63 Pengusik Datang Lagi
64 Akhir Sebuah Penantian
65 Demam
66 Mendatangi Kakek Sudibyo
67 Juan...!!
68 Berpisah Saja
69 Takut Kehilangan
70 Takut Keblabasan
71 Insiden di Swalayan
72 Sakit Lagi
73 Kabar Bahagia
74 Bukan Perempuan Bayaran
75 Permainan Dimulai
76 Apa Dia di Pihakku?!...
77 Nasihat Kakek
78 Bumil Posesif
79 Ancaman
80 Sebuah Video
81 Permintaan Maaf
82 Klarifikasi
83 Tiba-tiba Ingin
84 Kabar Duka
85 Kamera Tersembunyi
86 Ngidam Day
87 Perkara Melon
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Tamu Asing
2
Ayah Jatuh Sakit
3
Kembalinya Ibu Tiri
4
Pelukan Terakhir
5
Jaminan Hutang
6
Rumah Baru
7
Keluarga
8
Menikah Lagi
9
Bimbang
10
Keputusan
11
Calon Istri Kedua
12
Istri Calon Suamiku
13
Kamar Pengantin yang Terabaikan
14
Suami Menyebalkan
15
Kesedihan Kakek
16
Benih Kecemburuan
17
Honeymoon...??!!!!
18
Istri di Atas Kertas
19
Teman
20
Semakin Akrab
21
Tak Tenang
22
Perasaan Damar
23
Kado untuk Liana
24
Salah Pilih Rival
25
Ada Apa Sebenarnya?
26
Mencari Pak Wira
27
Tak Seperti Biasanya
28
Maaf, ibu...!
29
Vanya Frustasi
30
Rencana Haris
31
POV : Haris
32
Rasa Nyaman
33
Maunya Kamu
34
Perubahan Haris
35
Kembali Asing
36
Damar Berulah
37
Jeritan Hati Rosa
38
Jangan Menyentuhku
39
Cerai
40
Reward
41
Kembali ke Rumah
42
Suasana Baru
43
Aku akan Kembali
44
Aku akan Melindungimu
45
Ingin Jadi Satu-satunya
46
POV : Liana
47
Firasat
48
Pertemuan
49
Menghindar
50
Membawa Liana Pergi
51
Mesra dan Gelisah
52
Hamil
53
Ketemu
54
Hukuman dari Kakek
55
Ketakutan Liana
56
Vanya Lagi
57
Luka Kecil
58
Perdarahan
59
Flashback
60
Sang Pelaku
61
Mencintai Rosa
62
Haris Cemburu
63
Pengusik Datang Lagi
64
Akhir Sebuah Penantian
65
Demam
66
Mendatangi Kakek Sudibyo
67
Juan...!!
68
Berpisah Saja
69
Takut Kehilangan
70
Takut Keblabasan
71
Insiden di Swalayan
72
Sakit Lagi
73
Kabar Bahagia
74
Bukan Perempuan Bayaran
75
Permainan Dimulai
76
Apa Dia di Pihakku?!...
77
Nasihat Kakek
78
Bumil Posesif
79
Ancaman
80
Sebuah Video
81
Permintaan Maaf
82
Klarifikasi
83
Tiba-tiba Ingin
84
Kabar Duka
85
Kamera Tersembunyi
86
Ngidam Day
87
Perkara Melon

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!