Thalia memarkirkan mobilnya di slot kosong di area parkir swalayan. Ia melepaskan seat beltnya, dan membaca pesan yang dikirim Andre.
◉ Aku sudah sampai Sayang. Berikan ciuman untukku.
Thalia tersenyum, kemudian membalas chat suaminya dengan stiker kissing. Thalia masih menatap layar ponselnya, menunggu balasan dari Andre yang sedang mengetik pesan. Tak lama, balasan itu pun masuk.
◉ Terimakasih Sayang. Bibirmu sangat manis.
Senyum Thalia semakin lebar. Ia menggerakkan jemari lentiknya membalas pesan tersebut.
◉ Perayu.
Dengan senyuman merekah, ia mengembalikan ponsel ke dalam tas. Thalia pun keluar sambil, menyematkan tas di bahunya. Wanita itu melenggangkan kaki terlihat anggun dengan menggunakan dress motif bunga berbahan chiffon, begitu pas di tubuh langsingnya. Rambut panjangnya di cepol asal, dan tidak ada riasan di wajahnya, meski begitu, Thalia tetap terlihat cantik, sederhana, dan juga elegan.
Begitu sampai, Thalia menarik troli menuju rak bagian susu. Ia mengambil beberapa kardus susu dengan berbagai merk. Selanjutnya, ia membeli pampers, berbagai cemilan, dan kebutuhan lainnya untuk di panti.
"Sepertinya sudah semua." Gumam Thalia setelah memeriksa belanjaannya, kemudian ia mendorong lagi troli ke meja kasir. Sambil menunggu antrian, Thalia mengeluarkan ponselnya membaca pesan dari Andre yang masuk beberapa menit lalu.
◉ Oh ya sayang, aku hampir saja lupa mengabari. Hari Minggu nanti, Mama akan menginap di rumah.
Membaca pesan dari suaminya, Thalia menghembuskan napasnya kasar. Raut wajahnya berubah murung. Kedatangan Ibu dari suaminya, seperti mimpi buruk bagi Thalia. Bukan karena Ia tidak menyukai wanita paruh baya itu, akan tetapi sikap tidak suka yang ditunjukkan Ibu mertuanya itu membuat Thalia bersedih. Apalagi, ucapan yang terlontar dari wanita itu yang kerap menyindirnya karena belum bisa memberikan keturunan.
Awal pernikahan dengan Andre, sang Ibu mertua memperlakukannya sangat baik. Setiap datang ke Surabaya, mereka kerap pergi bersama, berbelanja, bahkan pergi ke salon pun bersama. Selain itu, Thalia diperlakukan layaknya anak sendiri, sehingga membuat Thalia merasakan kasih sayang seorang Ibu lagi. Namun, setahun terakhir ini sikap wanita itu berubah. Bersikap acuh, dan suka menghinanya.
Thalia pernah bertanya kenapa? Belum hadirnya seorang anak menjadi jawaban Ibu mertuanya. Selama ini, Thalia sudah berusaha melakukan yang terbaik. Ia sudah menjalani program hamil, namun apa yang bisa di perbuat jika Tuhan belum memberikan kepercayaan-Nya untuk memiliki keturunan?
Thalia menggerakkan lagi jemarinya membalas pesan suaminya,
◉ Iya Mas, Aku akan meminta Mbok untuk mempersiapkan kamar untuk Mama.
Setelah pesan terkirim, Thalia memasukkan ponsel ke dalam tas. Dilihatnya, orang yang mengantri di depannya selesai, Thalia mendorong troli sampai meja kasir.
"Thalia!"
🍂🍂🍂
Setelah seharian menghabiskan waktu bermain dengan anak-anak di Panti, saat ini Thalia sudah pulang dan berada di dapur. Wanita itu memasak menu makan malam yang diinginkan Andre.
Lagu favoritnya bersama Andre diputar, membaur dengan suara lembutnya. Thalia bersenandung, moodnya kembali membaik berkat anak-anak panti yang menghiburnya tadi.
Thalia mengaduk kare yang baru saja matang, ia menghirup dalam-dalam aroma rempah dari masakannya.
"Mbok, coba cicipi masakan saya." Mbok Sum yang sedang mencuci piring pun mendekat. Thalia menyendokkan kare ayam, memberikan kepada Mbok Sum . "Bagaimana? apa rasanya sudah pas?" menggunakan sendok lain Thalia mencicipi masakannya juga.
"Sudah, Nyonya. Kare Ayamnya sangat lezat, pasti Tuan Andre sangat suka." Mbok Sum meletakkan sendok bekasnya ke tempat cucian piring.
"Si Mbok bisa saja, " Thalia mematikan kompor. Ia melepas celemek dan menggantungnya di dinding.
Mbok Sum meletakkan Mangkuk besar, Thalia memindai kare ke dalam mangkuk tersebut. Tidak lupa ia menaburkan bawang goreng agar masakannya bertambah lezat. Semua menu yang di masaknya selesai, komplit berserta kerupuk udang.
Dibantu Mbok Sum, Thalia menata makan malam diatas meja makan.
"Mbok, saya tinggal ke atas dulu ya, mau mandi. Mbok istirahatlah, ajak Pak Rahmat, dan Tita untuk makan lebih dulu."
"Inggih, Nyonya."
Thalia memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Butuh setengah jam untuk Thalia membersihkan diri dan bersiap.
Malam ini, Thalia tampil berbeda dari biasanya. Ia memberikan sedikit riasan di wajahnya, dan menyemprotkan parfum aroma vanila, wangi kesukaan suaminya, serta rambut indahnya di biarkan tergerai.
Andre paling suka melihat rambutnya tergerai seperti ini. Merasa penampilannya sudah oke, Thalia pun turun.
Menit berlalu. Tak terasa Tiga jam sudah terlewati, Thalia masih duduk setia di ruang tamu menunggu suaminya pulang. Bahkan, Ia mengabaikan rasa lapar yang sudah dirasakannya sejak tadi. "Dimana Mas Andre? kenapa sampai jam segini belum pulang?" Thalia mencoba menghubungi. "Tidak diangkat. " Gumamnya.
Sementara itu, di apartemen Mona, suara desahann panjang menjadi akhir percintaan mereka. Andre mengusap peluh di kening Mona, lalu memberikan kecupan. "Kau sangat luar bisa, Baby. Aku selalu puas denganmu." Puji Andre masih berada di atas tubuh polos kekasihnya.
"Aku senang mendengarnya." Ujar Mona manja
Ponsel Andre bergetar lagi diatas meja. "Thalia menghubungimu lagi, Sayang." Mona mengusap tengkuk leher Andre, membelai lembut sampai ke rahang tegas Andre. "Angkatlah."
"Nanti saja, " bisik Andre parau, lalu memberikan kecupan di bibir Mona. "Aku mau lagi. " Tidak menunggu jawaban, Andre kembali menyatukan lagi bibirnya di bibir sensual Mona. Keduanya berpangutan, mesra.
Suara petir menggelegar membuat Thalia tersentak. Wanita itu bangun, berjalan mendekati jendela. Ia membuka sedikit tirai, mengintip keluar. Sunyi dan nampak kilatan di langit.
"Sebentar lagi hujan."
Thalia kembali menghubungi Andre, ya lagi-lagi ponsel suaminya tidak bisa dihubungi, membuat Thalia dilanda gelisah dan juga ketakutan. Thalia berjalan mondar-mandir melihat pesan chatnya yang belum juga dibaca suaminya.
Thalia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. "Kamu sebenarnya dimana Mas? kenapa kamu mengingkari janjimu lagi?" lirih Thalia, Manik coklatnya mengembun terasa panas.
Thalia melangkahkan kakinya ke ruang makan dengan perasaan yang hampa. Ia membuka tutup saji, melihat masakannya masih utuh tak tersentuh, seperti tadi ketika ia menyajikannya.
"Bagaimana masakanku Mas?"
"Luar biasa Sayang, masakanmu sangat lezat. Aku ingin nambah."
Thalia tersenyum lirih, cairan bening yang melapisi maniknya menetes membelai pipinya. Thalia harus menelan lagi rasa kecewa, sebab Andre tidak menepati janji bahkan panggilannya tak ada satupun yang diterima pria itu.
Thalia menempati salah satu kursi. Wanita itu menyendokkan nasi putih ke piringnya. Hanya nasi. Thalia memaksakan dirinya menikmati makan malam dengan kesendirian seperti sebelum-sebelumnya.
Suara dan tawa Andre terngiang, begitu juga dengan momen kebersamaan mereka melintas di benaknya.
Dengan susah payah, Thalia menelan makanannya lalu air matanya menetes lagi. Dadanya sesak mengingat itu semua.
⭐ VISUAL CTB VERSI AKU 🤭 SILE YANG G COCOK BISA HALU SENDIRI DENGAN TOKOH MASING²
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
kebayang nyesekkk serasa gak dihargai sebagai istri,udah cape berjibaku di dapur,menunggu suami pulang untuk makan malam bersama taunya dia ingkar dan lebih nyesekk dan sakit ternyata suami sedang bermesraan dengan wanita lain
2024-09-06
17
⁵
Monaa kamuuu canteek bgt🤭
2024-11-16
0
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
thalia km harus kuat yaa
2024-11-11
0