Siang ini Abizar ada janji bertemu dengan temannya. Teman semasa kuliahnya. Mereka dekat, tapi jarang bertemu, karena teman kuliah Abizar itu sejak muda sudah sibuk dengan belajar mengurus perusahaan. Ayahnya cukup keras dalam mendidik calon patriark di keluarganya.
"Apa kabar, Bro. Aku kira kamu sudah melupakanku," ucap Keynan teman Abizar.
"Ya ga, lah. Aku beneran sibuk mengurus perusahaan. Kamu tahu sendiri, sejak ayahku mundur dari jabatannya dan memilih mengurus perkebunan, aku jadi sangat sibuk," kata Abizar.
Keduanya saat ini sedang duduk di sebuah cafe. Keynan memesan kopi ekspreso doble shot sedangkan Abizar memesan greentea. Kedua pria itu tampak serius berbicara sampai-sampai mengabaikan orang-orang yang terus melihat mereka.
Baik Abizar dan Keynan merupakan pengusaha muda yang tampan. Sehingga tak jarang dimana pun mereka berada, Mereka akan selalu menarik perhatian, terlebih lagi kaum hawa.
"Jadi keluarga Subroto memusuhimu?"
"Eh, tapi tunggu dulu, deh. Ini agak aneh, sih," ucap Keynan.
Alis Abizar mengerut. Dia sedikit khawatir Keynan tidak bisa membantunya. Sebagai penerus pemilik perusahaan Food manufaktur, tidak mungkin dia tidak memiliki apa yang Abizar perlukan. Akan tetapi terkadang orang tidak melulu bisa membantu.
"Ada apa memang?" tanya Abizar cemas.
"Kemarin malam adikku menanyakan beberapa hal tentangmu. Katanya sahabat lamanya bertanya-tanya soal kamu. Mungkin kamu kenal gadis itu."
"Siapa?"
"Ya, Leona Subroto," ujar Keynan sambil terkekeh. Rasanya lucu melihat seorang Abizar kelabakan karena seorang gadis.
Wajah Abizar mendadak cengo, "Hah, siapa?"
"Gadis itu, menanyakan dirimu. Ku rasa dia peduli padamu, Bro, tapi sayangnya keluarganya sangat posesif. Lisa bahkan sering berkata merasa kasihan pada Leona. Dia dikelilingi begitu banyak saudara laki-laki dan selalu dikekang. Itulah kenapa dia memilih tinggal di kampung kumuh. Dia ingin bebas."
Abizar terdiam sembari mengangguk. Dia tidak menyangka Leona akan menanyakan tentangnya, tapi mengapa?
"Kata Lisa, Leona memintaku untuk membantumu. Padahal kita jelas-jelas bekerja di bidang yang berbeda."
"Jadi apakah menurutmu dia peduli padaku?"
"Sepertinya begitu. Asal kamu tahu, aku dulu sempat naksir dia. Aku bahkan sempat menyatakan rasa pada Leona ini, jaman dulu, sih, cuma karena penasaran aja. Dan kamu tahu, aku langsung didatangi oleh 5 orang saudara laki-lakinya. Mereka mengancam akan memukuliku, jika aku terus mengganggu Leona."
Seulas senyum terbit di wajah Abizar. Keynan menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya yang sedang jatuh cinta.
"Aku akan mendukungmu. Kejar dia dan buat semua saudara laki-lakinya kelabakan," ucap Keynan bersemangat. Kapan lagi dia bisa membalaskan dendamnya yang dulu, ya, kan? Meski saat itu dia hanya iseng, tetapi para saudara laki-laki Leona membuatnya menelan rasa malu.
"Aku sudah bersumpah tidak akan melepaskannya, tapi sepertinya perjuanganku akan semakin panjang," kata Abizar.
"Kamu tenang saja. Sebagai teman, aku akan membantumu, Perusahaanmu sudah cukup berkembang dua tahun belakangan. Aku yakin sebentar lagi perusahaanmu akan semakin besar dan menyamai bisnis keluarga Subroto. Lagipula aku senang jika sampai membuat para pria angkuh itu kalah saing darimu," kata Keynan. Abizar terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.
***
Pintu kamar Leona berhasil di buka. Semua orang yang tadi mencemaskan Leona melihat gadis itu tidur di atas ranjang king size miliknya. Sekilas dia terlihat tidur lelap. Akan tetapi mama Wulan melihat ada yang tidak beres dengan putrinya.
Saat mama Wulan mendekati ranjang, dia melihat wajah Leona memerah dengan bulir keringat yang membasahi dahi serta pipinya.
"Napoleon, cepat telepon dokter!" kata mama Wulan, panik. Dia duduk di tepi ranjang dan menyentuh kening Leona.
"Ada apa dengan Leona, Mbak?" tanya Nurma, istri Byakta.
"Dia demam, Nur."
Nurma segera ikut mendekat dan menyentuh Leona. Dia merasa tersengat begitu bersentuhan dengan pipi Leona.
"Kenapa bisa demam?" Nurma segera berdiri dan mengambil handuk kecil lalu dia mengisi baskom dengan air dan kembali ke ranjang Leona.
Sementara itu, mama Wulan berusaha membangunkan Leona dari tidurnya. "Sayang, Leona. Bangun, Nak!"
Namun, sayangnya Leona tidak merespon panggilan ibunya. Mama Wulan menjadi semakin panik. Tak lama di ruangan kamar Leona tiba-tiba menjadi penuh sesak karena semuanya berkumpul dengan cemas.
"Kenapa tiba-tiba sakit? Apakah gara-gara kemarin kalian mengolok-olok keturunan Widjaja itu?" tanya Gio.
Semuanya menatap Gio tajam. Gio seketika langsung mengerutkan lehernya. Alex menggelengkan kepalanya, melihat respon semua anggota keluarganya.
Leona baru siuman setelah dokter selesai memasang infus. Dia menatap semua anggota keluarganya dengan mata sayunya. Papi Sabara duduk di ranjang Leona sembari menggenggam tangan Leona yang tidak terluka.
"Bagaimana perasaanmu, Sayang?"
"Sudah jauh lebih baik, Pi."
"Kenapa bisa sampai sakit, hmm?"
"Mungkin karena aku ketiduran sewaktu berendam," kata Leona sembari berpikir. Semua yang mendengar alasan Leona, merasa Leona mengada-ada. Tiba-tiba mereka merasa ucapan Gio tadi lebih masuk akal. Namun, mereka langsung menepis pikiran itu.
"Baiklah, sebaiknya kalian keluar. Biarkan Leona istirahat," kata papi Sabara.
Semuanya mengangguk setuju dan meninggalkan kamar Leona. Leona menatap semua saudaranya dengan perasaan bersalah. Setelah hanya menyisakan mama Wulan dan papi Sabara, papi Sabara menatap putrinya dengan lembut.
"Sekarang, apa kamu mau menceritakan sesuatu pada kami? Leon, kamu anak yang jarang sakit, tapi papi lihat setelah kamu bertemu dengan keturunan Widjaja itu kamu berubah. Bahkan sekalipun kamu ceroboh, kamu tidak pernah mengalami luka serius. Sekarang lihat! Kamu sampai memiliki luka di tanganmu. Jujur sama papi, apa kamu menyukai Abizar?"
Leona menatap papinya dengan mata bulat besarnya. Dia terlihat terkejut mendengar analisis tak berdasar itu.
"Papi berpikir terlalu jauh. Aku hanya merasa bersalah. Seharusnya masalah ini tidak perlu menjadi sepanjang ini. Semua salah Leona, Pah."
"Lihat! Kamu membela pria itu."
Leona mengusap pelipisnya yang berdenyut. "Pi, aku-"
"Papi akan memanggil pria itu, Besok. Nanti papi harus bicara dulu dengan kakekmu dan saudaramu yang lain," ucap papi Sabara menyela ucapan Leona. Sepertinya dia tidak siap, jika sampai Leona mengatakan dia menyukai Abizar.
Mama Wulan yang mendengar drama papi Sabara hanya bisa geleng kepala. Mereka begitu keras kepala. Padahal putrinya belum mengatakan apa-apa.
"Sebaiknya kamu istirahat dulu, Sayang. Sebentar lagi mungkin kakekmu akan sampai," kata Mama Wulan. Wanita paruh baya itu menarik suaminya, meninggalkan Leona seorang diri. Leona menghela napas panjang. Gadis itu menutup mata dengan lengannya. Tak lama dia kembali jatuh tertidur.
Saat dia terbangun, suasana di kamarnya sudah kembali ramai, kali ini kakeknya juga ikut bergabung. Pria tua itu duduk di sisi ranjang Leona dan dengan lembut tersenyum.
"Kamu sudah, bangun? Katakan pada kakek bagaimana kakek harus berurusan dengan Abizar itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ainisha_Shanti
susah juga jadi satu2 nya princess dalam keluarga
2024-09-29
0
sella surya amanda
lanjut kak
2024-09-29
0
jaran goyang
mmmmmm.... ɾіᑲᥱ𝗍 ȷg kᥣ᥆ ȷძ ᥣᥱ᥆ᥒ... ⍴᥆sᥱsі𝖿 smᥙᥲ
2024-09-29
0