Abizar menggigit bibir bawahnya dengan resah. Sejak tadi dia terus terbayang akan pemandangan pagi hari tadi. Meski rejeki itu datangnya tidak disengaja, tapi bujang lapuk itu sama sekali tidak bisa menepis bayangan Leona yang bulat di depannya.
"Ah, sial. Baru di spill gitu aja udah bikin cenat cenut si boy." Abizar menunduk menatap miliknya yang sejak tadi bereaksi.
"Fokus, Abi. Kamu sudah banyak buang-buang waktu. Jangan sampai kamu jatuh miskin." Abizar terus berbicara pada dirinya sendiri bak orang gila.
Dia kembali mengambil dokumen yang sejak pagi terus dia abaikan. "Semangat, Abi. Semangat. Calon mertua kamu Sultan dua duanya." Setelah Abizar berhasil menenangkan dirinya, pria itu segera menyelesaikan semua pekerjaannya. Dia ingin menemui pujaan hatinya di rumah Napoleon.
Sore harinya, Abizar memilih berkendara sendiri. Kali ini dia tidak mau melibatkan Haikal. Dia bahkan tidak mengatakan apapun pada asistennya kemana dia akan pergi.
Abizar merapikan jasnya. Tadi dia sempat mandi di ruangan pribadinya. Kali ini dia siap bertemu dengan Leona dan Napoleon. Dia akan melakukan pendekatan pelan-pelan pada gadis cinta pertamanya itu.
Setibanya di depan kediaman lama keluarga Subroto alias tempat tinggal Napoleon dan Alexiuz, Abizar tiba-tiba merasa gugup. Dia khawatir Leona sudah mengadukan dirinya pada kedua kakaknya.
"Huh, tenang, Abi. Kamu bukan anak kecil lagi. Hadapi mereka."
Abizar beberapa kali menarik napas, lalu kemudian dia keluar dari mobilnya. Abizar berdiri cukup lama di depan pintu. Hatinya masih sedikit ragu untuk mengetuk pintu.
Mungkin karena memang jodoh, di saat Abizar ragu untuk mengetuk pintu, pintu rumah kediaman lama Subroto tiba-tiba terbuka.
Dua insan yang berdiri saling berhadapan itu sama-sama mematung.
"Hai."
"Kamu!"
"Siapa, Dek?"
Napoleon berdiri di belakang Leona. Dia menatap kedatangan Abizar dengan alis memicing.
"Bang, kok tumben kemari. Ada perlu sama Alex, ya?" tanya Napoleon sok asik, padahal yang sebenarnya dia ingin menghadiahi Abizar dengan bogeman, Beraninya menculik adik kesayangannya. Dia sangat yakin dari dulu sampai sekarang Abizar mengincar adik kesayangannya. Napoleon menarik tangan Leona dan menyembunyikan Leona di belakang tubuhnya.
"Aku ada perlu dengan Leona."
"Kenapa? Memang abang kenal Leona?" tanya Napoleon, kali ini dia tidak bisa menutupi kemarahannya.
"Bahkan sejak kecil aku sudah kenal adikmu, Leon. Apa kamu marah padaku?"
Napoleon hendak menarik kerah jas Abizar, tapi suara Alex menghentikan gerakannya.
"Eh, Bang Bizar. Ada perlu apa, nih? Tumben nyamperin ke rumah. Biasanya nyari di showroom."
Napoleon hanya diam, suasana tampak canggung. "Kok, bang Leon ga ngajak bang Bizar masuk?"
"Kita kan mau keluar. Lilian udah nungguin pasti," kata Napoleon tanpa menatap Abizar.
"Iya juga, sih." Alexiuz menggaruk kepalanya bingung. Di sini lain, Abizar ini selain sahabat dari kakaknya, dia juga rekan bisnisnya. Alex juga harus memberi muka pada pria itu.
"Aku ga ikut aja. Siapa tahu bang Bizar ada urusan penting," kata Alex.
Abizar melirik Leona sesaat. Gadis itu juga diam-diam mengamati Abizae. Jujur saja Leona takut kalau Abizar akan menceritakan tragedi pagi tadi, terlebih lagi, tadi pria itu berkata ingin bertanggungjawab.
"Sebenarnya begini, Lex. Aku ...."
Tanpa di duga oleh Napoleon dan Alex, Leona tiba-tiba menerjang Abizar dan membungkam mulut pria itu sembari menariknya menjauh dari pintu. Baik Alexiuz maupun Napoleon ternganga melihat tingkah agresif adiknya.
"Bang, kok Leona sepertinya dekat banget sama bang Bizar. Jangan-jangan mereka ada hubungan di belakang kita semua," kata Alexiuz bingung. Pasalnya, Leona yang dia kenal begitu lembut dan jarang bersikap kasar, tapi kali ini sepertinya pengecualian.
"Jangan bicara omong kosong. Sebaiknya kita susul mereka, aku khawatir Leona diapa-apain sama bang Bizar," jawab Napoleon sembari bergegas menyusul Leona dan Abizar.
Sayangnya, Abizar sudah terlanjur dibawa pergi oleh Leona. Leona merebut kunci mobil Abizar dan menyuruh Abizar masuk ke dalam mobil. Tanpa basa-basi Leona mengemudikan mobil Abizar keluar dari pelataran kediaman kedua kakaknya.
Abizar memandangi Leona yang sedang menyetir dengan tatapan penuh kasih. Leona diam-diam merasakan tatapan mata Abizar tiba-tiba saja merinding seluruh badan. Leona berhenti di sebuah kafe yang letaknya agak jauh dari komplek kediaman kedua kakaknya.
Leona turun dari mobil diikuti oleh Abizar.
"Kamu ngajakin aku dinner?"
Leona menoleh dan menatap Abizar tajam. "Ish, apaan, sih. Aku mau ketemu pacar Bang Leon. Ini kunci mobil kamu. Lain kali ga usah nemuin aku atau abangku lagi."
"Tapi sebagai laki-laki yang bertanggungjawab, aku harus jujur sama keluargamu," kata Abizar santai. Dia menatap mata Leona yang bergerak gelisah dan juga wajahnya yang tiba-tiba menampakkan semburat merah. Entah marah atau malu, yang jelas Abizar sangat menikmati moment ini. Moment di mana Leona bisa sedekat ini dengannya.
Abizar berharap kedepannya dia dan Leona bisa terus tetap dekat seperti ini, atau bahkan bisa lebih dekat lagi.
"Kamu, ya! Aku ga butuh tanggung jawab kamu," ucap Leona ketus. "Emang dari dulu ga pernah berubah, ya, selalu aja ngeselin," lanjut Leona.
Mata Abizar kini melebar. Jadi Leona sudah tahu siapa dirinya yang sebenarnya? Siapa yang memberitahunya? Pasti Napoleon, hanya pria itu yang selalu menunjukkan aura permusuhan padanya sejak dulu.
Abizar berdehem sebelum kembali bicara. "Kamu mungkin ga butuh tanggungjawabku, tapi bagaimana pun aku sudah menodai."
"Menodai siapa, Hah?" Napoleon tiba-tiba muncul dan menarik kerah jas Abizar. Matanya memancarkan kemarahan yang sarat akan emosi tinggi.
"Gue menghargai lo sebagai temen abang gue, tapi gue ga nyangka lo sebang*at ini," ucap Napoleon, langsung memberi bogeman di pipi Abizar hingga sudut bibir Abizar mengeluarkan darah.
"ABANG!!" Pekik Alexiuz dan Leona bersamaan. Alexiuz menarik Napoleon begitu juga dengan Leona.
"Lepasin, Dek. Abang udah curiga pas lihat mata kamu sembab. Dia pasti udah apa-apain kamu, kan?"
Napoleon berusaha melepaskan diri dan hendak meraih Abizar yang bersandar di mobilnya. Mereka berempat jadi tontonan. Leona mengusap wajahnya malu.
Dia melirik Abizar. Meski hatinya kesal, terselip rasa iba melihat wajah pria itu yang memar karena bogeman Napoleon. Bagaimana juga, Leona tahu betul, jika kakak keduanya ini gemar sekali berlatih boxing.
"Lebih baik kamu pergi, jangan tunjukin wajah kamu lagi di keluargaku," ucap Leona mengusir Abizar. Dia hanya tidak ingin kedua kakaknya dan juga dirinya menjadi bahan tontonan.
"Ga bisa! Dia harus di sini," kata Napoleon mengejutkan Leona. "Alex hubungi bang Leo, mama dan papi. Suruh mereka kesini sekarang. Ba*ingan ini tetap harus tanggung jawab meski wajahnya menyebalkan," lanjut Napoleon.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Maria Ulfa
salah paham deh
2024-12-14
0
mamak"e wonk
di sini yg di untungkan jelas Abizar..😁
2024-09-17
0
sella surya amanda
lanjut
2024-09-10
1