"Tuan, pengiriman expedisi kapal kargo kita tertahan. Jika begini estimasi barang sampainya akan tertunda dan kita bisa terkena pinalti," ucap Haikal panik.
Bagaimana tidak panik coba? Sejak kemarin dia kesulitan menyewa kapal Kargo dan lalu setelah dia mendapatkan kapal kargo, sekarang tiba-tiba kapal Kargo nya tertahan. Haikal merasa gagal menjalankan tugas dari atasannya itu. Abizar menghela napas panjang, Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi koleganya.
Sekarang dia benar-benar sedang menghadapi masalah besar. Entah kebetulan atau tidak, tapi Abizar yakin ini ada campur tangan dari keluarga Subroto.
Abizar berbicara panjang lebar dengan koleganya. Beruntung koleganya mau mengerti dan menerima penjelasan darinya.
Abizar memijat pangkal hidungnya. Sepertinya hari hari kedepan akan menjadi semakin sulit untuknya. Dia tahu betul siapa orang yang telah dia singgung, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa melepaskan Leona begitu saja.
Ini ujian untukmu Abizar, kamu harus bisa menunjukkan value-mu sebagai calon menantu keluarga Subroto. Semangat, Abi."
Abizar mengepalkan tangannya. Haikal merinding merasakan aura bosnya yang begitu kuat. Abizar mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang mungkin memiliki pengaruh sama besarnya dengan keluarga Subroto.
Di lain tempat dan di waktu yang sama, Leona saat ini sedang duduk termenung di balkon kamarnnya. Sudah berkali-kali beberapa sepupunya mengetuk pintu. Namun, Leona mengabaikan mereka. Entah mengapa ada sedikit penyesalan telah menceritakan kejadian yang menimpa dirinya pada kakak keduanya.
Tatapan mata Leona menerawang jauh. Dia yakin saat ini kakeknya pasti akan mempersulit Abizar. Leona menggulir layar ponselnya dan melihat kontak siapa yang bisa dia hubungi untuk tahu kabar mengenai pria itu sekarang.
"Ah, pusing sekali."
Waktu semakin larut, tapi Leona sepertinya enggan beranjak dari sana. Leona tersenyum saat ada satu nama yang muncul di layar ponselnya. Dia pun segera mengirim pesan padanya.
Lisa, bisa aku minta bantuanmu.
Tak lama balasan dari lisa muncul. Tanpa sadar Leona tersenyum.
Bantuan seperti apa yang kamu mau. Kamu menghubungiku hanya untuk meminta bantuan?
Tidak. Aku sebenarnya ingin menemuimu, tapi aku sedang ada masalah. Kamu tahu saat ini aku sedang menjadi tahanan rumah.
Lisa di seberang sana tertawa mendengar keluhan Leona. Dia tahu betul perangai sahabatnya itu. Jadi sudah bisa dia bayangkan masalah seperti apa yang Leona timbulkan.
Leona menceritakan sebagian garis besarnya. Namun, dia belum menyebutkan orang yang terlibat dengannya. Beruntung Lisa mau membantu. Keluarga Lisa hampir memiliki kekayaan dan kekuasaan yang sama dengan kakek Leona. Hanya saja kedua keluarga memiliki bidang yang berbeda. Jika keluarga besar Leona memiliki bisnis impor ekspor dan juga textile, maka keluarga Lisa memiliki bisnis di bidang ritel dan juga food manufaktur. Lisa memiliki seorang kakak laki-laki. Pria itulah yang kelak akan menjadi patriark di keluarga Lisa.
Jadi bantuan seperti apa yang kamu mau?
Bantu aku untuk mencari info mengenai Abizar Ghifari Widjaja dan awasi perusahaannya.
Lisa terkejut. Dia pun segera melakukan panggilan untuk memvalidasi apa yang baru saja dia baca. Leona peduli pada seorang laki-laki? Ini adalah sejarah.
Dengan malas Leona mengangkat panggilan Lisa. Dia sudah tahu apa yang akan Lisa bahas.
"Ada apa, Lisa?"
("Katakan padaku, apakah Dia Abizar yang sama seperti yang aku bayangkan?")
"Hmm, Abizar Widjaja."
("Leon, kamu diam-diam sudah menyukai pria?") kata Lisa memekik. Leona menjauhkan teleponnya.
"Lisa bukan seperti itu. Kamu tahu sendiri masalah ini berawal dariku, meski kesalahan sepenuhnya dimulai oleh dia, tapi kamu tahu kakekku tidak mudah dihadapi."
Lisa menghela napas panjang. ("Baiklah, aku akan membantumu, tapi aku tidak bisa menjanjikan bantuan sepenuhnya. Kamu juga tahu bagaimana keluargaku.")
"Terima kasih, Lisa. Kamu boleh memakai namaku ketika meminta bantuan paman Fahri. Aku yakin paman Fahri tidak akan menolaknya."
("Kamu cukup percaya diri, Leon. Apa kamu lupa kamu sudah pernah menolak kakakku?")
Leona mengusap wajahnya. Dia hampir melupakan point ini, tapi seharusnya pria itu tidak akan mengatakan masalah ini pada ayahnya, kan? Jika dia sampai mengadu, betapa memalukannya itu.
Keduanya sepakat untuk bertemu lusa. Lisa mengatakan akan mengusahakan semua yang dia bisa untuk membantu Leona. Leona akhirnya menarik napas lega.
Tak lama ponsel Leona bergetar sebuah pesan masuk dari Lisa.
Ini nomor ponsel Abizar. Kakakku ternyata mengenal pria ini. Aku akan mengorek semua yang kamu butuhkan.
Leona tersenyum dan menatap nomor Abizar. Dia melirik jam disudut ponselnya. "Huh, ternyata sudah jam satu. Pantas saja udara semakin dingin." Leona akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Dia masih terus memegang ponselnya, tidak tahu harus berbuat apa.
Leona meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia masuk ke kamar mandi. Leona mengisi bathtub dengan air hangat dan menuang beberapa tetes minyak aroma terapi. Leona memasukkan bubbly bar, lalu busa mulai memenuhi bathtub.
Leona melepas pakaiannya dan mulai masuk ke dalam bathtub. Dia merebahkan dirinya dengan santai. Gadis itu sesekali memejamkan matanya menikmati relaksasi dari minyak aroma terapi yang dia masukkan ke dalam air.
Tanpa disadari, Leona benar-benar tertidur di dalam bathtub. Dia baru terbangun saat waktu menunjukkan pukul setengah empat pagi. Leona bangun dengan kepala yang terasa berat, tapi meski begitu dia tetap membilas tubuhnya dan mandi pagi seperti biasanya.
"Ma, Leona sejak kemarin belum keluar?" tanya Napoleon. Meski sedikit menyebalkan, tapi Napoleon benar-benar sangat peduli pada adik perempuannya itu.
Mama Wulan menggelengkan kepalanya. "Apa coba abang ke kamarnya. Siapa tahu dia mau ngomong sama abang," kata mama Wulan.
Napoleon mengangguk setuju. Dia pun bergegas ke kamar Leona. Napeleon dengan pelan-pelan mengetuk pintu kamar Leona. Namun, hingga beberapa kali ketukan, Leona tak kunjung membuka pintu. Bahkan Napoleon mengetuk dengan keras, pintu itu tetap tertutup rapat. Hal itu tentu saja membuat Napoleon panik. Dia berlari turun untuk mencari ibunya.
"Ma, mama, mana kunci cadangan kamar Leona?" ucap Napoleon dengan cemas.
"Memangnya ada apa, Bang?"
"Itu, Ma, aku udah coba berkali-kali mengetuk pintu kamar Leona, tetapi pintunya tidak kunjung dibuka. Aku khawatir Leona kenapa-napa."
Wajah mama Wulan seketika pias. "Kamu udah coba ketuk pintunya keras?"
"Udah, ma."
"Ada apa ini, Mbak?" Nurma, istri Byakta datang mendekat.
"Ga tahu, kata Leon, Leona tidak membuka pintunya setelah Leon lama mengetuk pintu. Apa menurutmu terjadi sesuatu pada Leona?" Mama Wulan terlihat sangat cemas.
"Mungkin dia sedang tidur, Mbak."
"Tapi ga biasanya begini, Nurma."
"Sabar, Mbak. Kalau begitu bawa kunci cadangan. Ayo kita lihat dia. Semoga saja dia hanya tidur."
"Ya, udah, sebentar. Aku ambil kuncinya dulu." Mama Wulan bergegas ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan yang dia simpan di lacinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut kak
2024-09-28
0
nyaks 💜
💪💪💪💪
2024-09-27
0
jaran goyang
һძ⍴ ძᥣm sᥲᥒgkᥲr ᥱms ᥡg 𝗍r𝗍һᥒ ᥣᥱ᥆ᥒᥲ... ძі ᥣᥕᥲᥒ ᥣһ᥆
2024-09-27
0