Bab Tiga

Mobil mewah milik Abizar membelah jalan, dibutuhkan waktu setidaknya 30 menit untuk berkendara dari bandara hingga tiba ke rumah keluarga besar Abizar.

Setibanya di depan gerbang rumah Abizar, mobil mewah itu berhenti. Leona memandang sekilas pelataran rumah Abizar tanpa berniat untuk turun. Abizar sudah membukakan pintu untuk Leona. Akan tetapi, gadis itu memilih untuk tetap duduk diam.

"Ayo turun."

"Aku tidak mau. Kita selesaikan saja urusan kita sekarang. Kenapa harus membawaku ke rumahmu segala?" Leona menatap Abizar dengan tatapan penuh permusuhan.

"Turun saja dulu kalau kamu ingin masalah ganti rugi ini cepat selesai," ujar Abizar sambil menatap Leona dengan tatapan tajamnya. Alisnya yang tebal membuat Abizar tampak garang walau hanya memandang biasa saja.

Leona berdecak. Mau tak mau dia ikut keluar. Haikal menunggu kedua insan itu dengan sabar, meski dalam hatinya sekarang berdebar-debar. Masalah besar mungkin sedang menantinya. Dia harus menyiapkan jawaban untuk masalah ini. Sementara tuannya sama sekali tidak memberitahunya apa yang membuatnya harus berurusan dengan gadis ini.

Abizar lagi-lagi menarik tangan Leona, tapi bedanya kali ini tarikannya tidak sekasar tadi. Keduanya naik ke buggycar karena jarak rumahnya dari gerbang masih agak jauh. Haikal mengendarai buggycar itu menuju ke kediaman keluarga Widjaya.

Saat buggycar yang dikendarai Haikal berhenti, Abizar langsung menarik Leona.

"Ish, sakit tauuk!" Leona melihat pergelangan tangannya memerah. Abizar langsung melepas pegangannya. Dia menggenggam tangan Leona dan melihat bekas cengkeramannya. Leona mematung saat Abizar menunduk melihat pergelangan tangannya. Aroma musk dari parfum Abizar langsung menyerang indera penciuman Leona.

Leona menahan napas dan menggigit bibir bawahnya. Sejak dulu tidak ada teman prianya yang berani mendekati dirinya karena dia memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat posesif. Jantung Leona tiba-tiba berdebar tak karuan.

"ABI! Sedang apa kamu?"

Abizar langsung menoleh. Dia melihat ibunya berkacak pinggang dengan mata melotot. Di sebelahnya ada seorang gadis yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Abizar mendengus. Dia menarik tangan Leona. Kali ini tarikannya hanya seperti genggaman tangan orang yang sedang pacaran.

Leona memperhatikan dua wanita beda usia di depannya dengan ragu. Jangan bilang kalau dia harus berpura-pura jadi kekasih pria ini. Leona jadi ngeri sendiri membayangkan adegan dia dilempari cek agar meninggalkan Abizar, atau kalau tidak dia akan diusir dan dicaci. Pikiran Leona berkecamuk, sampai-sampai dia tidak sadar sudah tiba di depan kedua wanita itu.

"Abi, siapa dia? Bisa kamu jelaskan!"

"Kita bicara di dalam saja, Mah."

Wanita yang dipanggil mama oleh Abizar mendengus marah dan lalu dia membawa gadis muda di sampingnya. Sebelum pergi dia melirik Leona dengan tatapan penuh permusuhan.

Masuk ke dalam rumah mewah Abizar, lagi-lagi reaksi Leona tampak biasa saja. Dia sama sekali tidak takjub dengan isi rumah mewahnya Abizar.

"Wah, ada siapa ini?" Suara seorang pemuda kekanak-kanakan menyapa telinga Leona. Leona segera menoleh, melihat ke sumber suara. Rupanya ada seorang pemuda berseragam SMA masuk dengan gaya slengean.

Abizar membawa Leona duduk di sampingnya tanpa mempedulikan tatapan permusuhan dari ibunya. Gadis yang ada di samping ibu Abizar semakin menatap Abizar dengan sedih.

"Sekarang jelaskan siapa wanita ini pada mama, Abi!"

"Dia Leona, pacarku," kata Abi dengan enteng. Namun, tanpa diduga reaksi pemuda tadi, Leona dan juga mama Abizar sama. Ketiganya melotot karena terkejut.

"Kamu itu gimana, sih, Bi? Tiara dari tadi pagi nungguin kamu, loh, tapi kamu malah bawa gadis sembarangan ke rumah kita."

"Dia bukan gadis sembarangan, Mah," kata Abizar.

Jika saja Leona tidak berurusan dengan Abizar sebelumnya, mungkin dia akan luluh mendengar ucapan pria itu. Dia akan tersentuh dengan pembelaannya.

"Alah, kamu itu ...(bla bla bla.)"

Buset, khodam emaknya pasti klakson basuri ini. Ngomel kok ga habis-habis.

Leona menatap mama Abizar dengan pandangan ngeri. Jika ini ibunya, pasti dia tidak akan betah di rumah.

"Apa kamu lihat lihat saya begitu?" Leona tersentak kaget karena ikut dimarahi ibu Abizar.

"Ya elah, Tante, saya kan punya mata, jadi hak saya mau lihat ke mana. Kebetulan aja matanya ngelihatin tante."

Mama Abizar melotot tak percaya. Berani sekali gadis ini. Jangan-jangan putranya mumungut wanita ini di jalan.

"Kamu ...! " Mama Abizar kehilangan kesabaran dan menunjuk Leona.

Leona yang tidak terbiasa dimarahi langsung berdiri. "Tuan Abizar, ini benar-benar sudah diluar batas kesabaran saya."

Leona membuka tasnya dan mengambil kartu banknya. Namun, belum sempat Leona menyerahkannya, Abizar buru-buru mengangkat Leona seperti mengangkat karung beras.

"Abizar, turunin aku."

"Abizar, mau kamu bawa kemana gadis jalanan itu? ... Abi!" Mama Abizar memegang tengkuknya yang menegang, melihat kelakuan putra kebanggaannya bertingkah seperti itu di depan calon menantunya.

"Maaf, ya, Tiara. Tante susulin mereka dulu."

Tiara mengangguk dengan air mata berlinang. Pemuda yang tadi langsung berdecak kesal. Setelah memastikan mamanya pergi dia berkata, "Ya elah, cengeng amat jadi perempuan. Kaya gitu mau jadi istri mas Abi? Ga cocok."

"Kamu, kok gitu sama aku Shaka. Aku ada salah apa sama kamu?"

"Kamu itu ga punya salah, cuma orang lama-lama juga muak kali lihat orang nangis terus-terusan. Kamu pikir dengan muka dipolos-polosin begitu bakalan menarik simpati? Yang ada bosen tahu," kata Shaka. Pemuda itu pun juga pergi meninggalkan Tiara. Saat semua orang sudah meninggalkan ruang tamu, Tiara langsung mengusap air matanya. Tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih.

"Abizar, tunggu saja. Cepat atau lambat kamu akan jadi milikku."

Tiara pergi meninggalkan rumah mewah keluarga Widjaya. Haikal yang menunggu bosnya merasa heran melihat Tiara keluar dengan wajah penuh amarah.

Abizar membawa Leona ke kamarnya. Pria itu menutup pintu kamarnya dengan keras. Leona berteriak saat Abizar tiba-tiba melempar dirinya ke ranjang king size milik pria tersebut.

"Diam di sini dan jangan bersuara." Abizar melepas jasnya dan melemparnya sembarangan. Dia berdiri menatap Leona. Pancaran matanya terlihat jelas jika pria ini hanya ingin bermain-main dengan gadis itu.

"Apa kamu gila? Keluarkan aku sekarang. Aku tidak mau dibenci ibumu."

"Oh, jadi kamu ingin meninggalkan kesan yang baik di hadapannya?"

"Tidak!"

"Baguslah. Karena percuma saja. Sebaik apapun kamu, jika kamu miskin kamu sama sekali bukan apa-apa di matanya, tapi beda halnya jika kamu di bawah perlindunganku," kata Abizar.

Leona melihatnya dengan sorot tajam. "Bukankah ini semua salahmu? Kamu yang membuat aku terjebak di sini dan harus berurusan dengan ibumu. Aku benar-benar membencimu," kata Leona. Wajah gadis itu memerah karena marah dan juga kesal.

"Padahal cukup bilang aja berapa aku harus ganti rugi, tapi kamu malah membawaku ke sini."

"Aku ga butuh uangmu. Uangku sudah banyak. Salahkan dirimu sendiri yang terlalu menarik," jawab Abizar sembari mengungkung Leona. Keduanya saling beradu pandang. Namun, tak lama berselang terdengar suara gedoran pintu dari luar.

"Abizar buka pintunya. Keluarkan gadis jalanan itu dari rumah kita!"

...----------------...

Terpopuler

Comments

nyaks 💜

nyaks 💜

woahhh

2024-09-22

0

Noey Aprilia

Noey Aprilia

Holla....
udh mmpir y kk....
jd sbnrnya leona tu hlang kya kn y???
enth ada tjuan apa ko nymar jd orng biasa...

2024-09-03

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-09-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!