Bab Lima

"Leonard Subroto."

("Hei, Bi. lama ga hubungi gue. Lupa sekarang? Mentang-mentang sudah jadi CEO.")

"Ah, kamu bisa saja." Abizar memindah ponselnya ke sisi kanan telinganya. Dia tersenyum mendengar suara sahabat lamanya. Setelah Leona tertidur, Abizar memutuskan untuk menghubungi sahabat karibnya dulu.

("Ada apa, nih? Ga ada angin ga ada hujan tiba-tiba nelepon gue. Gue tahu lo pasti ada perlunya, kan?") Sindiran banget.

"Engga ada apa-apa, sih. Kabar orang tua kamu gimana?"

("Mereka baik. Ada apa, sih? Lo ga biasanya banget nanya kaya gini.") Leonard mulai penasaran, kenapa seorang Abizar tiba-tiba menghubunginya. Sudah hampir dua tahun sahabatnya itu tidak pernah meneleponnya, hanya sesekali berkabar lewat pesan. Akan tetapi kali ini telepon dari Abizar menimbulkan curiga di hati seorang Leonard Subroto.

"Adik kamu, apa kabarnya?"

Nah kan, setelah bikin penasaran, ini lah tujuan Abizar menghubunginya. ("Adik yang mana, nih? Si Napoleon apa si Alexius?") tanya Leonard dengan nada bercanda.

"Bukan mereka. Kalau kabar mereka aku tahu, mereka kan sering banget wara wiri ke sini. Yang aku tanyakan itu adikmu Leona." Suara Abizar sedikit tergagap saat menyebut nama gadis itu. Mata Abizar bergerak memandangi sosok yang terlelap dengan damai di atas ranjangnya.

Sejenak kesunyian melanda, terdengar helaan napas panjang dari pihak Leonard. ("Lo masih aja sering penasaran sama adik gue, si*alan.") sesaat terjeda tawa Leonard. ("Gue ga tahu lagi gimana ngomongin adik gue yang satu itu. Dia hidup dengan fasilitas yang ga main-main, yang mungkin diimpikan oleh banyak orang, tapi dia justru milih tinggal di kampung kumuh.")

Abizar menyunggingkan senyum mendengar keluhan Leonard. Leonard Subroto sudah berteman dengan Abizar sejak lama. Mereka dulunya bersekolah di sekolah yang sama dari TK hingga SMA. Jadi sudah sepantasnya jika hubungan mereka terbilang cukup akrab, tapi kemudian keluarga Leonard pindah ke kota metropolitan, sehingga keduanya terpisah.

Namun, sebelum itu, saat-saat keduanya menginjak SMA, Abizar semakin sering sekali bertamu ke rumah Leonard hanya untuk bisa melihat Leona. Gadis lucu, imut dan menggemaskan yang sering membuatnya resah. Usianya dan Leona terpaut lima tahun. Saat itu Leona yang masih berseragam merah putih sering membuat Abizar selalu ingin dekat. Bahkan Abizar sempat berpikir mungkin dirinya mengidap kelainan Pedofil karena menyukai perempuan yang masih kecil. Hanya saja, saat itu Abizar tidak berani mengakui di depan Leonard. Apalagi Leonard dan kedua adiknya sangat menjaga Leona.

Setelah mereka berpisah cukup lama kini dirinya di pertemukan lagi dengan gadis itu. Leona Subroto. Awalnya dia pikir kebetulan gadis ini memiliki nama yang sama dengan Leona, tetapi dia baru ngeh saat Leona menyerahkan kartu identitasnya. Namanya jelas tercatat sebagai Leona Subroto.

Wajah Leona memang terlihat jauh berbeda. Dulu Leona kecil berkulit sedikit agak gelap dan terlihat manis, tapi sekarang dia memiliki kulit bersih dan wajahnya semakin cantik.

"Kenapa orang tua kamu mengijinkan?"

("Ya meski dikasih ijin, papi tetap naruh bodyguard di sekeliling dia. Kaya lo ga tahu lagunya bokap gue ke Leona. Dia kan princessnya keluarga Subroto. Btw kenapa lo tiba-tiba nanyain dia?")

"Ga, kok. Ga apa-apa. Ya udah aku cuma mau tahu kabar kamu dan keluargamu aja. Maaf aku masih ada kerjaan. Lain waktu kita bicara lagi, ya." Abizar buru-buru mematikan teleponnya. Dia mengusap dadanya sembari menghembuskan napas, kasar."

Abizar berjalan masuk ke kamar dan duduk di tepi ranjang. Abizar menatap Leona sambil tersenyum. Mungkin jika mama Astrid tahu kelakuan putranya ini, dia akan syok.

Pagi menyapa seluruh penghuni kediaman Widjaya. Suara teriakan Leona membangunkan Abizar yang sedang asyik asyiknya merangkai mimpi di sofa.

Leona duduk di pojok atas ranjang sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Saat membuka mata tadi Leona terkejut mendapati dirinya tertidur di tempat asing. Dia baru ingat jika dari kemarin Abizar mengurung dirinya di dalam kamar.

Meski tidak kasar, tapi Abizar ini tipe pemaksa. Saat Leona masih tertegun di tempatnya, Abizar dengan santai mendatangi Leona.

"Kamu cukup nyenyak tidur di kamarku, Nyonya," ucap Abizar sambil tersenyum miring. Leona menatap pria itu dengan tajam.

"Kamu keterlaluan. Ini namanya penculikan," kata Leona. Abizar justru terkekeh.

"Ya, tidak apa-apa. Memang tidak ada yang salah menculik calon istri sendiri."

"Dasar gila. Sejak kemarin kamu selalu ngomong ngelantur."

"Baiklah, anggap saja aku begitu. Sekarang pergilah mandi. Aku akan membawamu keluar."

"Aku tidak mau mandi. Aku mau pulang."

"Baiklah, nanti siang aku akan mengantarmu pulang."

Abizar mengalah. Hari ini dia sudah berencana ingin melihat kehidupan yang Leona jalani. Bagaimana pun juga, meski sudah kenal lama, tapi beberapa tahun terakhir mereka jarang sekali bertemu. Apalagi penampilan Abizar dulu dan sekarang juga sangat jauh berbeda.

Dulu Abizar selalu memakai kacamata minus yang tebal. Namun sekarang, dia sudah tidak memakai kacamata karena Abizar sudah menjalani operasi lasik. Dulu Abizar terlihat culun dan selalu menundukkan pandangan, tapi sekarang dia memiliki tubuh yang sixpack dan selalu mengikuti tren berpakaian para eksekutif muda. Baik Abizar maupun Leona keduanya sama-sama memiliki perubahan yang sangat besar dan signifikan.

Leona akhirnya masuk ke kamar mandi, seorang pelayan mengetuk pintu kamar Abizar. "Tuan, ada titipan dari tuan Haikal."

Abizar segera membuka pintu. "Ya, terima kasih."

Tok! Tok! Tok!

"Leona, pakaian gantimu ada di gagang pintu. Aku akan mandi di kamar lain."

Leona sama sekali tidak menjawab, tapi Abizar yakin gadis itu mendengarnya. Jadi Abizar memutuskan untuk segera keluar untuk mandi di ruang kamar lain.

Saat Abizar keluar, dia melihat Shaka adiknya menatapnya dengan senyum menggoda.

"Apa lihat-lihat?"

"Pelit amat, Bang. Cewek yang abang kurung itu siapa? Mama sampai langsung ke Belanda buat jemput Oma. Katanya dia mau cari sekutu buat ngehalangin hubungan kalian."

Abizar sudah tidak terkejut dengan kelakuan ibunya, tapi dia sudah punya jurus andalan nanti. Jadi akan dia hadapi walau semua orang di dunia ini tidak setuju dia berhubungan dengan Leona.

"Dia calon kakak iparmu."

Shaka terlihat terkejut sekaligus senang mengetahui kakaknya serius menjalin hubungan dengan seorang wanita.

Abizar langsung meninggalkan Shaka tanpa menunggu respon dari pemuda itu. Abizar khawatir Leona akan menunggunya terlalu lama. Apalagi semalam gadis itu sama sekali tidak mau makan. Abizar khawatir dia akan sakit perut.

Leona keluar kamar memakai handuk. Dia melihat sebuah tas dengan nama sebuah brand terkenal. Dia menghela napas. Sudah lama dia tidak memakai barang-barang branded.

Leona hendak membawa tas itu masuk ke dalam kamar mandi, karena takut Abizar akan muncul sewaktu waktu. Namun, belum sempat dia berbalik, pintu kamar Abizar terbuka.

Netra Leona langsung bertatapan dengan Abizar. "Kyaaaa .... Abi si*alan!" tanpa sadar Leona melempar tas di tangannya dan karena kuatnya tenaga yang gadis itu keluarkan, Handuk yang membalut tubuhnya seketika melorot.

...----------------...

Terpopuler

Comments

nyaks 💜

nyaks 💜

🤣🤣🤣🤣

2024-09-22

0

mamak"e wonk

mamak"e wonk

malunya sampai mati 🤣🤣

2024-09-10

0

mamak"e wonk

mamak"e wonk

🤣🤣🤣🤣
Pagi² ketiban rezeki ya zar 🤣🤣

2024-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!