Dua Minggu telah berlalu.
Semenjak Ridwan pergi keluar kota, Nisha sangat kesepian. Walau sesekali Bu Salma datang menjenguknya namun ibu kandung nya itu tak bisa untuk menginap dirumahnya karna harus bekerja untuk menafkahi kakak dan adiknya.
Nisha yang tengah hamil muda terlihat makin cantik dan terawat. Hari-hari yang biasa ia lalui dengan bekerja keras, membuat Nisha bingung untuk berdiam diri di rumah. Setiap hari ia mencoba menyibukkan diri dengan melakukan berbagai kegiatan.
Seperti hari itu, Nisha tampak sibuk mengepel lantai rumahnya. Keringat deras mulai mengucur diwajahnya yang cantik mulus.
"Permisi, permisi!" Tiba-tiba ada suara perempuan yang terdengar dari balik pagar rumahnya.
Nisha tersentak kaget. Ia segera membuka pintu rumah dan melongok ke arah pagar. Seorang perempuan yang lumayan cantik tengah mengetuk pagar besi rumahnya yang masih terkunci dari dalam.
Matanya menyipit heran memperhatikan perempuan itu dengan seksama. Ia sama sekali tak mengenalnya.
"Cari siapa Mbak?" tanya Nisha heran.
Nisha bergegas keluar rumah menghampiri pintu pagar. Dahi nya berkerut heran menatap si perempuan yang terlihat jauh lebih tua dari dirinya.
"Kamu Nisha kan? Boleh bukakan pagar?" ucap perempuan itu.
Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Nisha membukakan pintu pagar untuk perempuan yang dengan tidak sopan nya langsung menerobos masuk ke dalam pintu rumah yang terbuka lebar.
Nisha jadi tersinggung melihat sikap si perempuan yang dengan seenaknya menginjak lantai rumah yang baru saja Nisha pel tanpa melepas sepatu hak tinggi yang di pakai nya.
"Mana si breng**k itu?" tanya perempuan itu mengumpat tiba-tiba pada Nisha.
Perempuan itu tampak mengamuk keluar masuk ruangan dalam rumah seakan mencari seseorang membuat Nisha jadi bingung sekaligus jengkel dengan sikapnya yang tidak sopan.
"Mbak ini nyari siapa? Seenaknya masuk ke rumah orang?" Nisha menegur perempuan itu dengan tatapan kurang senang.
Wajahnya jadi merah padam karna teramat kesal melihat lantai rumahnya yang kembali kotor karna di injak-injak perempuan yang tak jelas asal usul nya.
"Jangan pura-pura kamu ya! Dasar pelakor!" bentak perempuan itu mendadak marah pada Nisha.
Perempuan itu langsung menatap nyalang ke arah Nisha seraya menuding Nisha sebagai perempuan yang suka merebut suami orang.
Mata Nisha membelalak kaget. Ia merasa di permalukan oleh perempuan tak di kenal. Namun ia tak mau bertindak gegabah dengan menyerang balik. Nisha tak mau terlihat seperti perempuan rendahan yang tak bisa menjaga mulutnya. Bisa saja perempuan itu salah orang.
"Maaf Mbak, apa mbak gak salah orang?" tanya Nisha dengan sabar.
Nisha menatap tajam ke arah si perempuan yang langsung sinis mendengar perkataan Nisha.
"Aku salah kata mu? Kamu Nisha kan? Perempuan desa yang baru saja menikah dengan Ridwan?" tuding perempuan itu emosi.
Serr...!
Darah Nisha langsung berdesir. Wajahnya pucat pasi seketika. Mulutnya bungkam tak menjawab. Ia menatap perempuan di hadapannya penuh selidik. Siapakah perempuan itu? Sebuah kecurigaan pun timbul di hatinya.
"Aku ini Rani, istri nya Ridwan!" jawab perempuan itu menjelaskan jati diri nya.
Bagai petir menggelegar di siang bolong, suara Rani yang keras mengakui bahwa ia istrinya Ridwan, lelaki yang belum satu bulan menjadi suami Nisha.
"Dimana kau sembunyikan Ridwan?" tanya Rani lagi marah.
Rani mendorong bahu Nisha keras membuat diri nya tersurut mundur menabrak pintu rumah.
"Ridwan tak di rumah." sahut Nisha sambil meringis menahan sakit karna pinggulnya terbentur pintu kayu yang keras.
"Dasar jalang! Jangan bohong kau ya!" teriak Rani tak percaya.
Dengan cepat tangan Rani menjambak rambut Nisha yang terurai panjang lalu menariknya kuat.
"Aw, lepaskan!" Nisha menjerit kesakitan.
Tubuhnya meronta mencoba menyingkirkan kedua tangan Rani yang kuat dari rambutnya yang jadi kusut dan acak-acak an ulah di jambak Rani.
"Ridwan, Ridwan. Keluar kau, atau wajah perempuan ini akan ku cakar-cakar!" Rani menjerit dan berteriak memanggil Ridwan yang memang tak ada di rumah.
"Lepaskan rambutku Mbak, percayalah Ridwan tak di rumah Mbak!" ucap Nisha menahan sakit.
Nisha yang tengah hamil muda tampak kewalahan melawan tenaga Rani yang sudah kemasukan setan. Ia terus meringis saat Rani tak mau melepaskan jambakannya.
"Lepaskan mbak, sakit. Hu hu hu!" Nisha tak kuasa menahan tangis nya karna rasa sakit yang ia derita.
Nisha yang sudah tak berdaya melawan tampak mulai pasrah. Ia memohon menangis minta untuk dilepaskan.
"Dasar cengeng kau ya, Huh!" hardik Rani kesal setengah mati.
Dengan hati teramat kesal, Rani langsung mendorong Nisha dengan keras hingga gadis itu terdorong maju dan menabrak ember berisi air pel yang ada di dekat pintu keluar.
Air pel seketika tumpah di atas lantai yang jadi licin membuat Nisha kehilangan keseimbangan dan terpeleset di atas lantai teras rumah.
Aakh...!
Nisha spontan menjerit dan mengerang kesakitan saat pinggangnya terasa remuk dan dari sela-sela pahanya mengalir banyak darah. Ia pun menangis sejadi-jadinya diiringi rasa takut yang terjadi dalam diri Rani.
Perempuan itu tampak terkejut dan menjadi panik melihat keadaan Nisha yang berdarah-darah. Ia tak tahu kalau Nisha tengah berbadan dua.
"Nisha, Nisha. Tolong! Tolong!" jerit Rani spontan.
Rani langsung berteriak-teriak berlarian keluar pagar rumah minta tolong pada tetangga-tetangga dan orang-orang yang lewat.
Rasa cemas, takut dan merasa bersalah dengan keadaan Nisha langsung menghantui perasaan nya.
Dalam sekejap rumah itu pun ramai dengan warga dan tetangga yang berdatangan. Rani beserta beberapa orang warga langsung membawa Nisha ke klinik terdekat.
Disana, Nisha segera di beri pertolongan oleh dokter dan perawat untuk menghentikan pendarahan hebat yang di alami Nisha.
"Maaf buk, Bu Nisha mengalami keguguran!" Salah satu Dokter yang baru saja keluar dari ruangan IGD langsung memberitahu Rani tentang kondisi Nisha.
Perempuan yang mengaku sebagai istri Ridwan itu langsung terkulai lemas. Wajahnya pucat pasi tak berdarah. Tanpa di sengaja ia telah menjadi pembunuh. Ia telah membunuh bayi yang tak berdosa yang ada dalam perut Nisha.
Rani langsung masuk ke dalam ruangan IGD dan memandang Nisha yang terbaring lemah dengan mata redup menatap iba.
Ia langsung menghambur ke tubuh Nisha dan menggenggam tangan Nisha erat.
"Maaf kan aku Nisha, aku tak sengaja!" ujar Rani sedih.
Rani tampak sangat menyesali perbuatannya. Ia menangis terisak-isak meminta maaf pada Nisha yang hanya diam menatap langit-langit ruang klinik dengan pandangan nanar seraya ikut meneteskan airmata.
"Aku benar-benar tak sengaja Nisha. Aku tak tahu kamu hamil." ujar Rani di sela tangisnya.
Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Nisha. Perempuan cantik yang baru saja di nikahi Ridwan dan tengah hamil anak pertamanya itu hanya diam tanpa kata.
Ia tak tahu harus bagaimana mengungkapkan perasaannya saat ini. Antara sedih, marah dan benci ber baur menjadi satu. Nisha merasa hidupnya sangat hancur.
Semenjak bertemu Ridwan, nasib buruk selalu datang silih berganti. Tak ada kebahagiaan yang ia rasakan. Padahal, Nisha baru saja ingin memaafkan pria itu dan menerimanya sebagai suami yang di takdirkan untuk nya.
Namun cobaan sepertinya belum berakhir, Ia telah di tipu dan merasa di bohongi oleh Ridwan. Penipuan dan kebohongan Ridwan yang telah memberi Nisha penderitaan tak berujung.
Ditambah dengan kehadiran perempuan yang mengaku sebagai istri pertama Ridwan. Nisha justru keguguran akibat perbuatan Rani yang tak pernah ia bayangkan akan hadir sebagai madu dalam membina rumah tangga nya bersama Ridwan.
Sakit? Nisha tak bisa mengungkapkan bagaimana sakitnya. Dada nya kini terasa sesak. Airmata nya nyaris tak bersisa. Saat ini ia tak bisa menyesali semua nya. Nasi telah menjadi bubur.
.
.
.
BERSAMBUNG !
Apakah Nisha akan memaafkan Rani ?
Bagaimana kah sikap Ridwan saat mengetahui Nisha keguguran karna ulah Rani ?
Jangan lupa tinggalkan 👣
Dengan komentar, subscribe, like, vote jika kamu suka cerita nya ya 🤗
Makasih 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments