MENDADAK PINGSAN

Malam mulai merambat pelan seiring azan magrib yang telah berlalu sedari tadi.

Tubuh mungil Nisha mulai terlihat sempoyongan karna belum terisi nasi sejak tadi. Pandangan matanya perlahan mulai mengabur menatap nanar pada Ridwan yang asyik bicara membanggakan dirinya yang bertitel sarjana dengan pekerjaan sebagai arsitek disebuah perusahaan besar.

Bruk!

Tak ayal lagi, tubuh gadis itu pun ambruk diikuti teriakan Ridwan yang terkejut melihat keadaan Nisha yang tiba-tiba pingsan.

Seisi rumah pun langsung heboh melihat Nisha yang selama ini adalah gadis bertubuh kuat mendadak pingsan begitu saja.

Awalnya, Buk Salma mencoba menyadarkan Nisha dengan cara tradisional orang kampung yang biasa digunakan untuk menyadarkan orang pingsan. Ia buru-buru mengambil bawang putih dan minyak kayu putih untuk di oleskan pada bagian tubuh Nisha. Tapi Ridwan bersikeras untuk membawa Nisha kerumah sakit.

Mau tak mau, Buk Salma terpaksa mengikuti keinginan Ridwan yang telah memberinya sejumlah uang yang sangat besar untuk keperluan hidupnya selama setahun.

Buk Salma sebenarnya ingin menolak semua pemberian pria tua yang sangat berambisi pada putri sulungnya itu. Namun, permintaan Pamela yang menangis dan memohon padanya untuk menerima pemberian pria tua itu membuat Buk Salma tak berdaya.

Saat ini, Pamela butuh biaya yang sangat banyak untuk sekolahnya. Di bandingkan Nisha, adiknya Pamela selalu dapat rangking di sekolah. Pamela sering jadi juara kelas dan terpilih mendapatkan bea siswa untuk kuliah di fakultas ternama di luar kota.

Itu sebabnya, Buk Salma lebih memanjakan Pamela daripada Nisha. Bu Salma jarang menyuruh Pamela melakukan pekerjaan rumah. Ia selalu menyarankan Pamela untuk fokus belajar, padahal gadis itu cuma bermalas-malasan saja didalam kamar.

Bu Salma tidak tahu, kalau nilai pelajaran Pamela didapatkan dengan cara yang tidak jujur. Selain mencontek, Pamela punya banyak akal untuk mendapatkan soal jawaban dari para guru. Termasuk mencuri lembaran jawaban ujian di meja guru.

Saat Bu Salma dan Ridwan sibuk mengangkat tubuh Nisha ke atas mobil, pandangan mata Pamela justru fokus menatap benda kecil unik yang ada di atas meja. Mulutnya terbuka lebar menatap handphone yang masih terlihat baru itu dengan perasaan kagum dan mata berbinar-binar.

Ada rasa iri dan dengki memenuhi hatinya tatkala melihat semua pemberian Ridwan kepada Nisha. Sedangkan sisi hati kecilnya yang lain justru meledek kakaknya itu mengingat usia Ridwan yang sudah tua sepantaran bapaknya.

"Jaga rumah Pamela! Ibuk mau ikut Nak Ridwan membawa kakak mu ke rumah sakit!" Teriakan Bu Salma yang setengah berlari terbirit-birit menyusul naik ke atas mobil Ridwan terdengar samar ditelinga Pamela.

Gadis itu tak sempat menjawab ucapan Bu Salma, karna mobil yang dikemudikan Ridwan sudah melesat pergi dengan cepat meninggalkan rumah mereka yang kembali sunyi. Tangannya bergerak cepat menyambar hand phone di atas meja dan meng otak atik nya tanpa sedikitpun terlintas di benaknya memikirkan keadaan kakaknya yang saat ini sedang pingsan.

☘️☘️☘️☘️☘️

Setengah jam kemudian dirumah sakit.

Nisha baru saja sadar dari pingsannya dan menyadari keberadaan nya yang sudah berpindah tempat di suatu tempat yang cukup asing baginya.

"Buk...!" suara nya terdengar pelan.

Nisha memanggil Bu Salma saat ujung matanya menangkap sosok ibunya yang duduk tepat di samping nya dengan tatapan terlihat kesal dan marah.

"Kamu ini, bikin repot saja." Semprot Bu Salma kesal, saat mulut Nisha baru saja terbuka memanggil namanya.

Bibir Nisha seketika tertutup rapat. Ia malas berdebat dan mendengar kata umpatan serta bentakan dari mulut ibunya yang tak pernah lihat kondisi dan situasi. Apalagi, ruang tempat Nisha di rawat saat ini dipenuhi beberapa pasien dan pengunjung yang sedang berkunjung untuk menjenguk teman atau kerabatnya.

"Dokter bilang, kamu terkena magh kronis. Akibat suka telat makan." Mendadak suara Ridwan mengagetkan Nisha yang masih terbaring lemah di pembaringan rumah sakit.

Pria setengah baya itu terlihat sedang berdiri di dampingi seorang dokter seusianya.

"Ini Dokter Taufan. Dia temanku sesama kampus tapi beda jurusan !" Ucap Ridwan.

Lagi-lagi Ia bersikap seolah menyombong kan dirinya karna memiliki kenalan seorang dokter.

Nisha hanya tersenyum tipis membalas sapaan sang Dokter yang terlihat melambaikan tangannya. Gadis itu menghela nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Ia tak menyangka, hutang budi nya pada pria tua bernama Ridwan itu makin bertambah dengan keberadaan nya yang kini terbaring di rumah sakit.

Ridwan dan teman nya yang Dokter itu terlihat asyik berbicara tatkala Nisha mencolek lengan ibu nya pelan.

"Buk, kita pulang yuk, Nisha udah baikan kok." Bujuk Nisha mengajak Ibunya agar membawanya keluar dari rumah sakit secepatnya.

Ia tak mau hutang budinya pada Ridwan akan semakin bertambah banyak. Dan hal terburuk yang paling ia takutkan adalah bagaimana kalau sekiranya nanti Ridwan minta balas budi atas pemberian dan kebaikan nya pada keluarga mereka. Ia pasti takkan bisa membayar semua, meskipun ia bekerja berpuluh tahun lamanya.

"Sabarlah, tunggu keputusan Nak Ridwan dulu." Ucap Buk Salma menahan Nisha untuk bersabar.

Gadis itu tercenung mendengar perkataan ibu nya yang sangat patuh dan seakan tak punya kuasa atas diri anak nya sendiri. Apakah ibu nya segitu gila harta hingga ia tak mempedulikan bagaimana perasaan anak gadisnya saat ini.

"Buk, apa benar ibu di kasih Ridwan itu uang yang banyak?" Suara Nisha terdengar pelan setengah berbisik bertanya pada ibu kandung nya.

Ada ekspresi terkejut membias di wajah tua Buk Salma menanggapi pertanyaan Nisha yang mendadak. Dengan sikap yang ber ego tinggi, beliau pun menatap putri sulung nya itu dengan tatapan penuh selidik.

"Emang kenapa? Uang itu bukan untuk mu pribadi. Ridwan memberikannya pada ibuk untuk kebutuhan hidup kita sehari-hari." Nada bicara Bu Salma terdengar ketus dan penuh kecurigaan.

Beliau seolah takut, Nisha akan meminta semua uang itu dan menghabiskan nya untuk keperluan yang tidak penting.

Deg!

Rasa hancur dan kecewa disertai kesedihan yang mendalam merasuk ke dalam aliran darah Nisha. Ia tak menyangka, ibu kandungnya sendiri selalu men cap buruk diri nya. Segala prasangka buruk selalu di timpakan Bu Salma tanpa ia sadari putri sulungnya itu telah terluka karna sikapnya.

"Tahun depan, adikmu ingin kuliah di luar kota. Ia butuh biaya yang sangat besar. Kau harus rajin mencari uang dan membantu nya untuk bisa kuliah."

Deg!

Perkataan Bu Salma lagi-lagi menghujam jantungnya.

Sakit dan perih sekali dirasakan gadis cantik itu. Nisha sangat menyesali setiap tindakan dan perkataan ibu kandung nya yang membuat dirinya seperti anak tak berguna dan tak berarti apa-apa.

"Biaya kuliah itu tidak murah buk, Jangan sampai Pamela putus kuliah dan akhirnya cuma buang uang." Keluh Nisha menerangkan mencoba memberi ibu nya pengertian.

"Makanya, kamu harus nikah sama Ridwan. Biar kamu cepat kaya, dan bisa biayai adik mu kuliah."

Deg!

Sekali lagi, hati Nisha terasa perih bagaikan tertusuk duri. Kalimat yang di ucapkan ibu yang sangat ia hormati itu terkesan sakral di telinga nya. Tak terasa, air matanya bergulir pelan membasahi kedua belah pipinya yang merah. Gadis cantik itu menangis meratapi buruk nasibnya yang seakan di jadikan tumbal demi kesuksesan adik nya sendiri.

Apakah nasib buruk yang akan terjadi selanjutnya yang akan menimpa Nisha ?

Baca terus kelanjutan kisahnya ya 🤗

Jangan lupa komen, like & ❤️🌹⭐

BERSAMBUNG !!!!

Terpopuler

Comments

Mr.Arez-Jr

Mr.Arez-Jr

tega banget sih buk sama anak sendiri

2024-11-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!