Bab 6: Mimpi

"Aku tidak akan melepaskanmu, Reyna! Kamu milikku!" Radit menggeram, tatapannya tajam dan penuh obsesi. Matanya membara dengan kegilaan yang menakutkan, sorot matanya tak pernah lepas dari wajah Reyna. Tangannya mencengkeram lengan Reyna dengan kuat, seolah takut gadis itu akan hilang jika dia sedikit saja melonggarkan genggamannya.

"Biarkan aku pergi! Kamu keterlaluan, Radit!" Reyna meronta, air matanya mulai mengalir. Dia merasakan sakit dari cengkeraman Radit yang kuat, namun yang lebih menyakitkan adalah rasa takut yang menjalari seluruh tubuhnya. Dia menarik tangannya, mencoba melepaskan diri dari genggaman Radit, tetapi sia-sia. Setiap usahanya hanya membuat Radit mencengkeram lebih erat, menambah rasa sakit di lengannya.

"Semua ini tidak akan terjadi kalau kamu menuruti perintah ku, Rey! Jangan salahkan aku karena itu semua adalah salahmu!"

"Tidak! Kamu menyakiti aku, kamu gila Radit! Kamu menyakiti aku. Biarkan aku pergi, aku ingin cerai!"

"Kamu sangat tidak patuh! Tidak akan aku biarkan siapapun melihatmu," kata Radit dengan nada dingin, genggaman tangannya semakin erat. Suaranya penuh dengan ancaman, membuat bulu kuduk Reyna meremang. Mata Radit berkilat kejam, senyum tipis terukir di bibirnya. Dia menatap Reyna dengan tatapan yang mengintimidasi, seolah dia adalah boneka yang bisa dia kendalikan sesuka hati.

"Tidak, Radit, tidak! Biarkan aku pergi! Aku membencimu! Aku sangat membencimu!" teriak Reyna, suaranya bergetar dengan kemarahan dan ketakutan. Air mata terus mengalir deras di pipinya. Dia merasa putus asa, terperangkap dalam situasi yang menakutkan ini. Tubuhnya bergetar hebat, dan dia merasa seperti tidak ada jalan keluar dari cengkeraman Radit.

"Aku juga mencintaimu, sayang," Radit berbisik, senyumnya menyeramkan. Kata-katanya bertolak belakang dengan tindakan kekerasannya, membuat Reyna merasa semakin ngeri. Senyum di wajah Radit terlihat jahat dan penuh dengan kepalsuan, seolah dia menikmati ketakutan yang dia timbulkan pada Reyna.

Reyna terbangun dengan teriakan tertahan, tubuhnya basah oleh peluh. Nafasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun dengan cepat. Matanya terbuka lebar, menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Dia mengusap wajahnya, mencoba menghapus mimpi buruk yang baru saja menghantuinya.

"Ini hanya mimpi, hanya mimpi," gumam Reyna berulang kali, mencoba menenangkan dirinya. Tapi perasaan takut dan cemas tetap menancap kuat di hatinya, mengguncang setiap saraf dalam tubuhnya.

Dia duduk di tepi tempat tidur, menggenggam erat sprei yang berantakan. Tangannya gemetar, dan bulir-bulir keringat dingin mengalir di pelipisnya. Mimpi itu begitu nyata, karena itu merupakan kenangan pahit di kehidupan keduanya.

Reyna menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu. Trauma yang dia pikir telah hilang bersama kematiannya, kini muncul kembali. Setiap kali dia menutup mata, wajah Radit muncul, menakut-nakuti dan mengingatkan akan masa lalu yang ingin dia lupakan.

...****************...

Cahaya matahari pagi merayap masuk melewati tirai tipis di jendela, Reyna yang terbangun pagi buta sudah siap setelah melakukan ritual yang dulu biasa dia lakukan sebelum berangkat sekolah dan sekarang dia tengah duduk di meja rias kecilnya dengan ekspresi wajah yang sedikit lesu, merasa sedikit aneh bahwa pada usia mentalnya yang sudah dewasa, dia masih harus berurusan dengan rutinitas sekolah.

Menghadapi senin, hari tersibuk dan Reyna cukup gugup seperti anak kecil yang ditinggal ibunya di hari pertamanya sekolah.

"Kenapa aku kembali di masa sekolah?" Reyna mendesah pelan pada dirinya sendiri, matanya menatap refleksi dirinya yang berusia belasan di cermin.

Tidak! Dia tidak berniat mengeluh diberikan kesempatan kedua, justru Reyna merasa sangat bersyukur. Baiklah, ia akan mengulang kembali masa sekolahnya sekali lagi.

Setelah menyelesaikan menata rambutnya, Reyna mengambil tas sekolahnya yang tergeletak di lantai. Dia segera turun ke lantai bawah setelah menyadari matahari sudah tinggi. Di tangga terakhir dia melihat ibunya sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi. "Selamat pagi, semua!" sapa Reyna dengan riang, mencium pipi ibunya sebelum mengambil sepotong roti panggang yang disiapkan untuk sarapan.

Reyna duduk bersama Ayah dan Raka di meja makan, menghindari kebiasaan makan sambil berdiri. Tidak lama kemudian, Sang Ayah pamit, harus berangkat lebih pagi dari biasanya. Namun pria paruh baya tersebut kembali masuk ke dalam rumah dan mengatakan sesuatu yang tidak disangka-sangka.

"Reyna, ada Radit di depan, katanya ingin menjemputmu tapi tidak berani masuk ke dalam. Ayah harus pergi sekarang."

Reyna sama sekali tidak memperhitungkan kedatangan laki-laki itu di rumahnya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Radit akan menemuinya dengan dalih 'menjemput'.

Mereka sudah selesai. Apakah memblokir nomornya tidak cukup untuk menegaskan keputusannya?

"Sepertinya kalian bertengkar, temui dia Rey, selesaikan permasalahan kalian." Sang ibu menasehati ketika anak perempuannya tetap berdiam diri. "Jangan sampai menyesal, hanya karena kesalahpahaman."

Justru, Reyna akan sangat menyesal jika tidak berhasil melepaskan diri dari hubungan ini.

Reyna berlari ke depan, dan benar saja, Radit berdiri di teras rumahnya. Reyna mengumpulkan keberaniannya sebelum menghampiri lelaki itu. "Apa yang kamu lakukan disini?"

"Halo Rey, hmm... menjemputmu?"

"Kita sudah selesai, jangan mendatangi rumahku seperti ini!"

"Rey, kita baik-baik aja sebelum ini. Aku bahkan bingung kenapa kamu tiba-tiba minta putus dan memblokirku begitu saja."

Reyna tidak langsung menjawab. Matanya bergerak cepat dari wajah Radit ke arah adiknya yang baru saja muncul di ambang pintu.

"Raka tunggu aku, kita berangkat bersama," katanya dengan menggandeng lengan kiri adiknya dan menuntun ke motor anak itu. Sementara Raka memandang kakaknya dengan ekspresi heran, mempertanyakan reaksi yang tidak biasa dari kakaknya.

"Rey, jangan pergi gitu aja dong,"

"Raka, ayo cepat kita berangkat sekarang."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!