Dimas dan Alia pun sepakat untuk pindah rumah. Hari itu juga mereka pergi dan mereka tak lupa pamit kepada orang tua Dimas.
“Sering-sering mampir ke rumah loh Dim, ingat ya kalian cepat punya anak. Alia itu bermasalah loh Dim, suruh dia ke dokter.” Bisik Ayu kepada Dimas.
“Doakan saja ya pak buk semoga Dimas dan Alia segera dikasih momongan.” Kata Dimas.
“Buk, Alia pamit dulu ya. Maaf selama ini Alia merepotkan dan mengecewakan bapak dan juga ibu.” Kata Alia.
“Makanya kamu cepatlah hamil ya biar bapak dan ibu bisa bangga dengan kalian berdua.” Kata Ayu.
“Kalian jangan sampai kelelahan dan jangan begadang ya, kalian minum vitamin juga lah biar sehat.” Kata Darmawan.
“Baik pak.” Jawab Dimas.
“Tapi bapak yakin kamu baik-baik saja dan sehat, bapak yakin anak bapak sehat dan subur.” Kata Darmawan.
“Hati-hati ya bang, jaga Alia ya bang.” Kata Ferdi.
“Terimakasih banyak ya Fer.” Kata Alia.
“Sudah cepat kalian pergi biar tidak kemaleman sampai sana.” Kata Ferdi.
“Terimakasih Fer, jujur aku tidak kuat tinggal serumah dengan bapak ibu kamu. Tiap malam aku selalu menangis tapi abangmu tidak peduli.” Bisik Alia ke Ferdi.
“Sehat selalu ya, jangan sungkan untuk minta bantuanku. Aku siap siaga kok.” Bisik Ferdi ke Alia.
“Bang cepat jalan, kasihan Alia nanti kelelahan dijalan.” Kata Ferdi.
“Ok, jaga bapak sama ibuk ya Fer.” Kata Dimas.
**
Diperjalanan
“Mas kamu kenapa sih tidak pernah membela aku didepan bapak dan ibu kamu? Setiap kali bapak dan ibu memojokkan aku, kamu hanya diam saja. Lama-lama aku bisa stress loh mas karena tekanan dari bapak dan ibu kamu, seandainya mereka tau apa yang sebenarnya terjadi pasti bapak dan ibu akan sangat kecewa denganmu mas.” Kata Alia.
“Tidak perlu dipikirkan apa yang dikatakan sama bapak dan ibu.” Kata Dimas.
“Kamu enak ya tinggal bicara seperti itu, aku yang kena mas. Mereka menuduhku biang masalahnya dan tidak subur padahal kamulah penyebabnya.” Kata Alia.
Dimas pun marah dan seketika menghentikan mobilnya.
“Coba kamu ulangi lagi omonganmu barusan.” Kata Dimas.
“Kamu penyebab kita belum dikasih anak dan kamu tidak mau ke dokter. Hanya aku yang ingin punya anak, kamu sepertinya tidak ada keinginan untuk memiliki anak mas.” Kata Alia memberanikan diri.
Plakkk
Tamparan mendarat di pipi Alia.
“Asal kamu tau ya, aku juga tidak ingin seperti ini. Cukup kamu menyalahkanku.” Bentak Dimas.
“Aku kira kamu baik, sabar dan tidak memukul seorang Wanita ternyata aku salah. Kamu kasar mas, kamu jahat.” Kata Alia sambil menangis.
Di sepanjang perjalanan Alia menangis terus hingga tiba dirumah mereka.
“Sudah sampai, cepat turun.” Kata Dimas.
“Barangnya gimana mas?” Tanya Alia.
“Turunkan barang-barangnya.” Kata Dimas.
“Aku mas? Sebanyak ini aku yang bawa?” Tanya Alia.
“Mau aku tampar lagi?” Tanya Dimas.
“Baiklah mas aku bawa semua barangnya.” Jawab Alia lirih.
Ada tetangga lewat dan menyapa mereka.
“Anaknya pak Darmawan ya? Akhirnya rumah ini ditempati.” Kata bu RT.
“Iya bu, perkenalkan saya Alia istrinya pak Dimas.” Kata Alia.
“Oh kamu menantunya pak Darmawan ya. Semoga pernikahan kalian langgeng ya, sehat selalu buat kalian dan semoga kalian betah ya tinggal disini.” Kata bu RT.
“Sebelumnya siapa yang menempati rumah ini bu?” Tanya Alia.
“Sayang cepat masuk.” Kata Dimas.
“Maaf permisi ya bu, saya masuk kedalam dulu.” Kata Alia.
“Baik mbak.” Kata bu RT.
“Istrinya Dimas cantik banget, sepertinya dia masih muda banget. Kenapa sama Dimas ya? Kenapa tidak sama adiknya saja si Ferdi. Dimas kan temperamen seperti Darmawan. Semoga saja Dimas bisa berubah.” Kata bu RT.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments