Pagi ini di kabarkan tiba tiba saja mama Mira masuk ke rumah sakit. Mira yang sedang bekerja di restoran spontan langsung melepaskan pegangan benda ditangannya kaget. Ia melototkan matanya, tak lama kemudian ia mulai berkaca-kaca.
"Terima kasih info nya pak, saya akan segera datang kesana."
dengan masih berkaca-kaca bahkan hampir meneteskan air matanya. Mira mengemasi barang barangnya dan segera ke ruangan manager untuk mengambil izin.
Setelah selesai Mira segera berlari keluar dari restoran mencari taksi. namun nihil, sudah 15 menit berlalu tidak ada satu taksi pun yang lewat. Tanpa basa-basi ia berlari menuju rumah sakit dengan terisak. ia hampir menangis kencang karena merasakan dadanya yang sesak secara tiba tiba.
Dilon yang melihat wanita yang mirip Mira itu seketika tersenyum. Ia mengemudikan mobilnya tepat di persimpangan lalu lintas. Ia berpura pura bermain ponsel dan menurunkan kacanya.
Sembari menelpon seseorang lalu keluar dari mobil. Mira melihat seseorang yang dikenalnya didekatnya. Ia buru buru mendekati Dilon.
"Dil, kamu sedang sibuk? tolong bantu aku ke rumah sakit Mutiara. Mamah aku lagi disana, Dil! aku mohon apapun akan aku berikan tapi sekarang anter aku dulu." ucap Mira.
Dilon menatap Mira sekilas,lalu sedikit menjauh. Mira frustasi sendiri menatap sekitarnya. Tidak ada taksi, bus ataupun kendaraan lain yang bisa mengantarnya ke rumah sakit sekarang.
"Ayo masuklah. Aku tidak buru-buru kok, masih ada meeting dua jam lagi." ucap Dilon.
"Oke terima kasih, Dil!" ucap Mira.
Dilon menganggukan kepalanya berlari kecil ke kursi balik kemudi. Lalu ia segera menancap gas meninggalkan lokasi dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Karena ini siang, para pekerja masih sibuk dengan pekerjaannya.
10 menit kemudian mobil Dilon terparkir di depan pintu masuk. Mira segera meninggalkan tas nya di mobil Dilon lalu ke resepsionis.
"Mbak mama saya yang bernama Dista ada di ruangan mana ya?" ucap Mira.
"Sebentar ya saya cek dulu." ucap nya.
Mira mengigit bibir bawahnya pelan menunggu wanita itu memberikan informasi.
"Oh pasien Dista berada di ruangan UGD."
"Makasih mbak!" Mira segera berlari masuk ke dalam rumah sakit.
Dilon tersenyum. Ia menelpon Han. Selaku dokter yang menangani ibu Dista.
"Jangan sampai ketahuan, mati keluarga mu jika ketahuan Mira." ucap Dilon.
"Tenang aja. Gini gini aku juga pernah sekolah masuk jurusan akting S2." ucap Han.
Dilon menutup telponnya setelah menjawab dengan daheman. Dengan santai ia masuk ke dalam rumah sakit setelah memarkirkan mobilnya.
Mira menatap ruangan UGD di depannya dengan perasaan cemas. Ia merutuki kebodohannya sendiri karena tidak bisa menjaga kesehatan mamah nya sendiri. Padahal baru tadi pagi, mamahnya terlihat baik baik saja.
Tapi Mira menganggap ini salahnya sendiri karena tidak bisa peka terhadap kondisi mamah nya. Selaku keluarga kandung satu satunya.
"Apa dokter belum keluar?" tanya Dilon mendekati Mira.
"Belum. Mamah masih di dalam di tangani dokter." ucap Mira.
Dilon mengangguk. "Sabar. Pasti mama mu baik-baik saja, memang dia punya penyakit apa?" tanya Dilon.
"Mamah kena serangan jantung, dan.. pihak rumah sakit menghubungi ku setengah jam yang lalu saat aku di restoran. Jadi aku gak tau kalau mamah ku ternyata masuk RS." ucap Mira.
Dilon mengangguk ria. Ia sengaja memanfaatkan keadaan ini begitu bawahannya memberikan kabar bahwa Dista pingsan di rumahnya sendiri. Ya, yang membawa Dista ke rumah sakit adalah salah satu bawahan Dilon yang bertugas berjaga di rumah Mira.
Oleh karena itu, Diam diam Dilon memanfaatkan keadaan ini untuk membawa Mira ke dekapannya. Ia sepertinya mulai tertarik, dan melupakan tugasnya.
Lima menit menunggu di depan UGD dengan harapan besar. Dokter keluar, Han melepas maskernya menatap Mira dan dilon bergantian.
"Keluarga pasien?.." ucap Han.
"Saya dok! bagaimana keadaan mamah saya?" tanya Mira berdiri mendekati Han. Diikuti Dilon di belakangnya.
"Pasien dalam kondisi stabil dan sudah sadarkan diri. Tetapi, ia mengatakan ia menginginkan anaknya masuk ke dalam. Saya permisi." ucap Han.
Mira menatap kepergian Han linglung. Lalu ia membuka ruangan UGD. di dalam sana, Dista nampak memperhatikan suster suster cantik menata kembali alat yang digunakan untuk kesehatan.
Dista menoleh begitu ruangan terbuka. Mira segera mendekati Dista dan menangis.
"Mamah kenapa bisa masuk kesini? Kenapa mamah ga bilang kalo mamah punya penyakit jantung." ucap Mira terisak.
"Jangan berisik, Mira. Mamah tidak apa apa. Hanya membutuhkan istirahat. Mira, maafkan mamah kalo selama ini mamah menyembunyikannya dari kamu. Mamah takut, kesehatan mamah akan menganggu kerjamu. Mamah harap, kau bisa tumbuh dewasa. Mamah menitipkan mu pada pria didepan, hidup mamah tidak lama lagi nak. Mamah mengidap kanker otak stadium 4." ucap Dista.
"Astaghfirullah mamah!!" Histeris Mira mendengar lirihan Dista yang melemah.
Mira terisak keras di samping Dista. Para suster sudah keluar hingga membuat Mira nampak mengeluarkan unek unek nya di dalam ruangan.
"Ssttt!! ini juga bukan kemauan mamah, tapi.. mungkin ini adalah takdir mamah nak! Menikahlah dengan pria pilihan mu sebelum mamah tiada di depan mata mamah." ucap Dista.
Mira menggeleng. "Mira tidak ingin menikah, mamah. Mamah sehat dulu lah, Mira mohon." ucap Mira.
Dista tersenyum meneteskan air matanya. "Permintaan terakhir mamah bisa kamu penuhi kan Mira?" ucap Dista penuh harap.
Mira menggeleng keras menatap Dista. Mata Dista nampak penuh harap kepadanya hingga Mira tidak bisa menatapnya lebih lama lagi.
"Saya akan menikahi Mira, Tante." ucap Dilon masuk ke dalam ruangan.
"Dil, maksud kamu apa? pernikahan bukan hal yang mudah! lagian--"
"Saya sayang dan cinta sama Mira, Tante. Saya juga, sudah lama memendam rasa. Hingga di depan hadapan Tante, saya mengaku saya cinta sekaligus sayang pada anak Tante! Jika Tante memberikan restu, saya bisa menikahinya sekarang di hadapan Tante. Hari ini, dan detik ini." ucap Dilon.
"Dilon!" teriak Mira.
"Apabila kamu bisa membawa kebahagiaan pada Mira, tante bakalan memberikan kamu restu." ucap Dista.
"Mah, mamah apa-apaan sih. Mira dan Dilon cuman temen biasa kenapa.. kenapa bisa!" ucap Mira.
"Mira,usia kamu sudah mulai dewasa. Jangan bersikap kekanak-kanakan ya?" ucap Dista.
Mira menggelengkan kepalanya. "Mir, aku tau mungkin ini mendadak. Tapi, perasaan ini hampa kalo gak ada kamu! tolong terima lamaran aku. Plis?" ucap Dilon.
"Dil.." Mira menatap Dilon lemah. Dista menatap Mira penuh harap.
"Oke fine, besok kita menikah. Mamah puas?" ucap Mira.
Hati Dista langsung melemah menatap Mira anaknya yang nampak kesal padanya. Tapi di sisi lain ia juga senang karena akhirnya Mira ada yang jaga selain dirinya.
"Maafkan mamah nak, tapi ini untuk kebaikan kamu. Biar mamah tenang di alam sana." ucap Dista.
"Ck, basi tau gak!" Mira meninggalkan Dista.
"Tante, yang sehat ya untuk besok." ucap Dilon.
Dista mengangguk menatap Dilon. "Makasih sudah menjadi pengganti mamah untuk merawat Mira. Sifatnya memang kekanakan, jadi sabar ya." ucap Dista.
"Tentu Tante." ucap Dilon.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Neni Cahyani
kenapa revisi banyak amat 1atau 2 cukup
2021-03-19
4
Sri Afriyantini
iya ini kok revisi semua gimana mo baca coba bingung 🤦🤦
2021-03-02
8
Sri Handayani
knp revisi semua yah....🤔
2021-02-15
0