Namun itu tidak di anggap percuma-cuma. Mengingat tuannya sangat tertarik dengan gadis yang sudah membuatnya salah tingkah. Ia menggunakan itu untuk mengikuti Mira dari kejauhan hingga sampai di rumah.
Beberapa saat Steven termenung di tempatnya, menatap rumah bertingkat di depannya. Ia mengingat alamat rumah yang tertera di berkas yang telah di serahkan kepada Dilon.
Jalan mangga block C, 46.
Ya, itu lah alamat yang tertulis.
Steven menghela nafas, ia melirik mobil yang berhenti di belakangnya.
"Bagus, ayo masuk!" Dilon membuka jendela untuk berbicara kepada Steven.
Steven mengangguk, ia duduk di kursi penumpang karena ia rasa Dilon sedang mood untuk menyetir.
******
Awal yang cerah, namun tak secerah harapan seorang gadis. Siapa lagi kalo bukan Mira? Anak dari hasil tempur tuan Aksel dan nyonya Dinda beberapa malam. Membuat seorang manusia di rahim istri tuan Aksel.
Kalo ini Mira tumbuh dengan sangat sehat dan kuat. Ia menatap pantulan tubuhnya di cermin. Ia mengerucutkan bibirnya ketika menatap dirinya di cermin.
"Sayang?"
Suara lembut nan indah itu terdengar di telinga Mira. Buru-buru ia menoleh ke belakang dan menatap wanita paruh baya yang sedang berdiri mengamati penampilan nya. Dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Bu," ujar Mira pelan seraya malu.
Wanita yang sudah memiliki gelar sebagai seorang ibu kepada Mira pun mendekat. Memegangi kedua bahu Mira dan mengecup kening putrinya sayang. Lama ia tidak melepaskan bibirnya dari sang kening anaknya. Hingga akhirnya ia pun melepaskannya.
Mira tertegun karena sang ibunda meneteskan air mata tanpa sepengetahuannya.
"Apa ibu lakukan? Ayo duduk," ujar Mira.
Dinda hanya tersenyum mengikuti Mira menuju ujung kasur. Ia menatap Mira dengan bahagia dan terharu, entah bagaimana prosesnya Mira sudah tumbuh secantik dan sebesar ini. Bagaimana ia bisa menerimanya? Hanya Mira lah putri semata wayangnya yang akan di jodohkan dengan pengusaha sukses di kota itu.
Mira menatap dalam mata sang ibunda, tangannya teralih untuk mengusap air mata yang merembes di pipi. Ia memeluk sang ibunda seolah-olah tau apa penyebab sang ibunda menangis.
"Ibu jangan khawatir, aku bisa menjaga diri dengan baik-baik Bu. Aku percaya dengan pilihan ibu," ujar Mira menutup mata.
"Maafkan ibu sayang, ibu memilih ini untuk kebaikan mu. Kita tidak bisa bersama untuk selamanya, namun ikatan kita sebesar melebihi bumi. Jangan bersedih ya sayang, ibu akan selalu menunggu kedatangan mu kembali di rumah ini. Bersama suami mu," ujar nya.
Mira hanya mengangguk kecil, mengusap air mata di pipinya dan bangun dari posisinya. Ia tersenyum tipis kepada ibunya.
"Ibu juga jangan merindukan aku, aku tidak akan bisa tenang jika ibu terus menunggu ku." ujar Mira.
Ibu Dinda hanya mengangguk dan menghela nafas. Mendongakkan kepalanya menahan air matanya tidak jatuh.
"Sudah, ibu tidak ingin kau merusak make up mu. Ayo, akan malu jika kita datang tidak sesuai perjanjian." ujar Dinda.
Mira mengangguk, ia kembali mendatarkan ekspresinya. Membiarkan sang ibunda membawanya pergi menemui sang calon suami.
******
Sesampainya di sebuah restoran V and C. Bersama dengan kedua orang tua, Mira mengikuti langkahan kaki sang ibunda dan sang ayah di depannya. Ia langsung mengalihkan pandangannya ketika menatap mata elang dari sang pria.
"Siapa dia Bu," bisik Mira.
"Ia suami mu sayang, dia sudah tidak mempunyai orang tua. Jadi hanya seorang diri di sini," ujar Dinda dengan tersenyum.
Mira mengangguk, "Selamat datang, Tante.. om.." ujar nya.
Aksel mengangguk membalas pelukan hangat dari pria itu. Mira pun duduk terlebih dahulu, diikuti oleh yang lainnya.
"Sudah sarapan?" ujar nya.
Aksel dan Dinda saling melirik kemudian tersenyum malu-malu.
"Jika belum sarapan, kebetulan saya sudah memesan beberapa menu makanan yang paling laris dan terenak di restoran ini. Kalian tidak keberatan kan?" ujar nya.
"Tidak apa-apa nak Daniel, maaf merepotkan." ujar Aksel.
Nama nya Daniel? Pasaran sekali, cibir Mira dari dalam hati.
"Tidak apa-apa untuk calon mertua," ujar Daniel.
Mira tersedak begitu mendengar ucapan Daniel.
"Mira hati-hati, kau tidak apa-apa?" Tanya Daniel dengan lembut. Ia memegangi punggung Mira dengan sentuhan.. sx
"I-Iya aku tidak apa-apa," ujar Mira tersenyum.
Daniel pun melepaskan tangannya, ia menatap malu-malu ke arah Dinda dan Aksel yang tersenyum menatap perhatian Daniel terhadap Mira.
Namun di hati Mira ia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun ia segera menepis jauh-jauh pikiran tersebut. Karena di depan orang tuanya saja Daniel bisa sok-sokan. Bagaimana ia bisa diam? Fikirnya.
Tak lama kemudian, beberapa orang datang sembari membawa troli makanan di ruangan khusus tersebut. Pelayan yang terhormat karena tidak memandang sang tamu membuat suasana tersebut masih berjalan dengan baik-baik saja.
"Silahkan di nikmati," ujar sang pelayan. Sepanjang waktu pelayan tersebut menata makanan di meja besar itu, ia hanya menunduk tidak menatap seorang pun disana.
Kemudian ia keluar, Mira menatap pintu itu yang kembali tertutup. Ingin sekali rasanya ia keluar namun masih ada orang tuanya yang santai tidak mengerti perasaan Mira bagaimana.
"Silahkan sarapan dulu, fales saja santai.. waktu masih panjang." ujar Daniel.
Aksel dan Dinda hanya mengangguk sembari tersenyum.
"Sayang kau tidak makan?" ujar Dinda membuat alih perhatian Daniel dan Aksel tertuju kepada Mira.
"Eh iya, aku akan makan kok Bu. Tapi perut ku masih kenyang akibat tadi dini hari aku sengaja makan. Tapi tidak apa, aku bisa memilih sandwich untuk sarapan. Itu sudah cukup bagi ku," ujar Mira dengan senyuman di paksakan, berusaha setulus mungkin di hadapan orang tuanya.
"Sayang..."
"Tidak apa-apa jika kau masih kenyang, jangan di paksakan. Aku akan membayar semua makanan ini walaupun ada beberapa yang masih utuh." ujar Daniel terdengar menyindir di telinga Mira.
Mira melirik dengan malas dan kesal, ingin rasanya ia membanting piring dan mencaci maki Daniel. Jiwa kepemarahannya bangkit ketika ada orang fake di sekelilingnya. Namun hanya karena orang tua nya saja lah ia mengurungkan niatnya.
"Maaf loh Daniel, kami tidak tahu jika terkadang Mira akan terasa lapar membuatnya terbangun di dini hari hanya untuk mencari makanan. Mungkin ia lupa akan perjodohan ini.. iya kan Mira sayang?" suara lembut itu berhasil membuat Mira mengangguk kecil dengan senyuman tipis di bibirnya.
"Iya tidak apa-apa, kalian makan lah yang kenyang." ujar Daniel yang hanya di jawab anggukan oleh Aksel dan Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
perjuangan ✅
dilon itu Daniel,,
2021-07-04
0
bunda aryuta
lho tk kira sidilon kok si Daniel yg d jodohin ma mira
2021-03-25
1
saya cantikkj
apa Daniel itu dilon
2021-03-18
1