Mohon maaf ya, atas sebesar-besarnya bagi pembaca yang mau membaca cerita ini harus tunda dulu di S1 nya🙏
Maaf jika ada kesalahan atau kesamaan pada season 1 dan dua🙏. Itu ketidaksengajaan, dan merupakan cerita fiksi. Selamat membaca🙏
#Revisi
******
Mira menatap Fian yang telah keluar dari restoran, tempat ia bekerja. Menghela nafas ketika mengingat Fian mengemis kepadanya untuk memberikan kesempatan kedua untuknya.
"Ayo pulang," Ujar Viola menggandeng tangan Mira yang terpaku itu.
"Eh iya, aku akan ambil tas dulu." ujar Mira.
Viola mengangguk seraya melepaskan tangan yang melingkar di lengan Mira. Entah kenapa, melingkarkan tangannya di lengan Mira membuatnya suka akan hal itu.
Tinggi Mira yang tidak sejajar dengan Viola membuatnya harus bisa leluasa melakukan apapun pada Mira. Salah sendiri pendek. Pengakuan yang di lontarkan Mira kepadanya membuat Viola terkadang kesal dan marah. Membuat hubungan mereka memang tidak sedekat sekarang.
"Ayo," ujar Mira.
Viola mengangguk, lalu menggandeng tangan Mira seraya tak mau jauh dari nya.
"Kau akhir-akhir ini ada masalah ya? Selalu saja melamun," ujar Viola melirik ke arah Mira sembari berjalan ke halte bus. Mira menoleh sejenak lalu menghadap ke depan kembali.
"Tidak ada, hanya sedikit." ujar Mira dengan tersenyum kecil.
"Apakah ada hubungan dengan kekasih mu?" Ujar Viola.
Mira menghela nafas kasar, "Tidak ada hubungannya dengan kekasih ku La. Aku tidak punya kekasih," ujar Mira.
"Oh ya, lalu siapa yang tadi menemui mu? Kau kan tidak punya sepupu dan adik laki-laki." Ujar Viola.
"Berhentilah menyudutkan ku, kenapa kau suka sekali menggoda ku?" ujar Mira mengerucutkan bibirnya.
"Itu karena kau sendiri, kau selalu memberikan ejekan pendek kepada ku." Ujar Viola tak kalah kesalnya.
Mira tersenyum lalu mengacak rambut Viola dengan gemas.
"Ya kau memang—"
"Pendek!" Sambung Viola
Membuat Mira langsung mengangguk sembari tertawa. Viola pun mendengus namun ia sudah tidak lagi kesal, karena ia sudah biasa di panggil Mira pendek.
"Kau juga gampang terkejut mir, aku takut kau akan jantungan dan langsung meninggoy." Ujar Viola.
"Hushh, jangan berkata seperti itu. Kau menyumpahi ku ya?" Ujar Mira.
Dengan cepat Viola menggeleng kan kepalanya seraya menjawab tidak. Ia pun menatap ponselnya yang berdering.
"Aku akan angkat telepon dulu," Ujar Viola.
Mira mengangguk, ia menatap punggung Viola yang menjauh dari dirinya. Menatap Viola yang masih berbicara dengan seseorang di telepon. Membuatnya hanya bisa menunggu Bus datang.
"Kenapa bus nya tidak datang? Seharusnya jam segini sudah ada," Ujar Mira menatap ke sebelah kanan.
"Mbak, cari bus ya?" Ujar salah seorang wanita menatap Mira.
"Eh iya mbak, mbak nya juga mau nunggu kah?" Ujar Mira.
Mbak nya menggeleng, "Tadi saya enggak sengaja lewat tak jauh dari embak. Saya mendengar gerutu-an mbak nya, jadi saya menghampiri mbaknya. Untuk saat ini, semua bus enggak akan berjalan mbak. Seseorang menyegel busnya," Ujar nya.
"Oh iya kah, padahal saya sudah menunggu lama." Ujar Mira menatap jam tangan nya.
"Iya jadi mbaknya cari taksi saja, saya pergi dulu ya. Anak saya sedang ada di rumah,"
Mira mengangguk, lalu menatap kepergian mbak-mbak itu. Viola mendekat, ia menatap ke arah Mira sembari mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa?" Tanya Mira.
"Masih saja kenapa! Aku harus buru-buru pergi sebelum jam 9 tiba, bagaimana ini.." ujar Viola.
Mira mengernyit, lalu menatap taksi yang mendekat ke arah mereka.
"Taksi!" Ujar Mira memperhentikan taksinya.
"Masuk La, aku nanti nyusul pake taksi lain ajah." Ujar Mira dengan tersenyum.
"Beneran enggak papa aku tinggal? Atau pesen go-car ajah?" Tanya Viola. Buru-buru Mira menggelengkan kepalanya.
"Entah, nanti aku akan pikirkan bagaimana cara pulang." ujar Mira.
"Makasih ya mir, aku masuk dulu!" ujar Viola
"Iya.. hati-hati di jalan!" ujar Mira.
Viola melambaikan tangannya kepada Mira, hingga jarak mereka dirasa jauh pun. Viola kembali menaikkan jendela mobil. Mira menghela nafas.
"Jam setengah 9," ujar Mira.
Ia menatap ke sekeliling hanya beberapa pengguna motor dan mobil yang lewat. Berjalan menelusuri trotoar sembari menikmati hembusan angin.
Tin! Tin!
Mira menoleh, ia menatap mobil berwarna putih pengeluaran terbaru berhenti di samping kanannya. Karena takut, ia pun langsung bergegas menjauh dari mobil itu.
"Mira tunggu!" Teriak Fian.
Mira menggelengkan kepalanya, ia masih terus berlari menjauh dari Fian. Kali ini ia tidak mood untuk berbicara dengan Fian. Jangan harap Fian bisa mengerti, jika ia mengerti.. ia pasti akan berhenti dan membiarkan Mira menghindarinya.
"Mira!!" Teriak Fian terus berusaha mengejar Mira.
Bruk!
"Aww," ujar Mira terhuyung ke belakang.
Ia mendongakkan kepalanya sembari memegangi keningnya. Ia menyipitkan matanya menatap sosok yang berdiri termenung di depannya.
"Mira kau baik-baik saja? Mengapa kau menghindari ku?" ujar Fian sembari berjongkok. Menatap dalam-dalam wajah cantik Mira yang terkena sinar lampu di malam hari.
"Fian, aku tidak ingin berbicara dengan mu!" ujar Mira dengan mengerutkan keningnya tidak suka. Ia berusaha berdiri.
"Biar aku bantu," ujar Fian.
"Terima kasih," Ujar Mira setelah berdiri.
Fian mengangguk, ia menangkap sosok pria yang berdiri di depan Mira diam.
"Dia cowok mu?" tanya Fian.
Mira menatap ke arah laki-laki itu, buru-buru ia menggelengkan kepalanya.
"B-bukan.. A-Aku.."
"Iya dia wanita ku," ujar Dilon.
Jleb!
Bagai di timpuk batu, dada Mira tiba-tiba sesak membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Oh, kau menghindari ku karena dia?" ujar Fian.
Mira menggelengkan kepalanya, ia gugup ingin mengatakan sesuatu. Namun entah kenapa otak dan mulutnya tidak berfungsi dengan baik.
"Syukurlah, aku kira kau akan kesepian setelah aku tinggal. Ternyata kau juga sedang mengejar pria lain setelah ku," ujar Fian.
"Tidak Fian, aku bisa jelaskan. Dia.. D-dia.."
"Sudah lah, semoga menempuh hidup baru." Ujar Fian memukul pelan bahu Mira lalu meninggalkannya.
"Fian!!" Teriak Mira mengigit bibir bawahnya.
"Sudah lah, bukannya kau yang mau menghindarinya?" ujar Pria itu dengan enteng.
"Kau!!. Siapa kau, kenapa kau mengaku bahwa aku adalah wanita mu! apa otak mu itu sudah gila dan tidak berfungsi dengan baik, hah!" ujar Mira berkacak pinggang.
Ia hanya mengedikkan bahunya lalu hendak meninggalkan Mira. Dengan secepat kilat, Mira memegangi lengan nya dengan kuat. Membuat pria itu kembali menghadap ke Mira.
Plak!
Entah bagaimana ceritanya, Mira langsung menampar pipi pria itu yang nyatanya adalah Dilon. Steven yang mengawasi dari kejauhan pun langsung mendekat dan menatap tajam ke arah Mira.
"Beraninya kau!!" ujar Steven dengan penuh tekanan.
Mira diam, ia menatap mata Dilon dengan benci. Walaupun ia tidak menginginkan Fian untuk kembali ke padanya, namun ia tidak bisa menerima jika Fian menjauhinya karena kesalahpahaman.
"Jika kau ada hubungannya dengan pria ini, aku juga akan membenci mu." Ujar Mira lalu melintasi mereka.
Dilon membalikkan tubuhnya, menatap punggung Mira yang semakin menjauh darinya.
"Kau lihat, ia bahkan berani menampar diri ku. Ini semua salah mu Steven," ujar Dilon.
"Maafkan saya tuan, saya bersalah." ujar Steven.
Dilon melirik ke arah Steven sekilas lalu menuju mobilnya. Meninggalkan Steven di jalan seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
maaf ya nyimak dulu...
2021-10-20
0
Nispu Wati
Masih nyimak
2021-03-06
0
Tirtha Zahra
kebanyakan revisi dan minta maap thorr
2021-02-08
6