Eps 4

Miyu pun membawa obat-obatan dengan niat untuk mengobati Rifan. "Kemarilah, Rifan. Aku akan mengobati mu," perintah Miyu sambil mengambil alkohol dan kapas.

"Sepertinya aku baik-baik saja. Lagi pula, itu hanya perutku yang ditendang, jadi tak perlu pakai alkohol," kata Rifan dengan ketakutan melihat Miyu yang memegang kapas yang sudah diberi alkohol.

Rifan mencoba menenangkan dirinya sendiri, tetapi ketakutannya terhadap alkohol membuatnya enggan menerima perawatan. Meskipun demikian, Miyu tetap bersikeras untuk merawatnya agar tidak terjadi infeksi atau masalah kesehatan lainnya.

Miyu mendengar perkataan itu dan tertawa kecil. "Tak perlu alasan. Lihatlah, sikutmu berdarah kan? Pasti saat kau terjatuh," kata Miyu sambil membujuk Rifan.

Rifan tetap keras kepala dan menjawab dengan ketakutan, "Itu pasti menyakitkan. Aku tak mau, aku baik-baik saja, kok."

Miyu menggelengkan kepala dengan lembut. "Ayo lah, cepat. Habis ini kita makan. Jika tidak diobati, pasti akan terinfeksi nanti," bujuk Miyu, mencoba meyakinkan Rifan untuk menerima perawatan dengan tulus. Meskipun Rifan enggan, Miyu tetap bertekad untuk merawatnya demi kesehatannya

Rifan yang terus dipaksa akhirnya menyerah, meskipun dengan rasa takut dan kesakitan. Ia pun diobati oleh Miyu, namun Rifan terus berteriak karena alkohol yang terus ditempelkan. "Argh, Miyu, ku mohon, pelan sedikit," kata Rifan sambil terus berteriak kesakitan.

Miyu mendengarnya namun tetap menggelengkan kepala. "Begini saja, Rifan. Ini akan menyakitkan sebentar, tapi akan membantu dalam jangka panjang. Bagaimana jika kau dipukuli oleh orang lain nanti?" kata Miyu sambil tetap mengoleskan alkohol dengan lembut, meskipun Rifan masih merasakan rasa sakit yang menyengat. Meskipun kesakitan, Rifan akhirnya mengerti dan membiarkan Miyu menyelesaikan perawatan, dengan harapan itu akan mempercepat proses penyembuhannya.

Namun, Rifan menjawab dengan yang tak terduga. "Padahal, baru kemarin kau menemukan ku penuh luka. Bagaimana bisa kau lupa? Aku sudah sering sekali dipukuli, tahu," jawab Rifan dengan santai, mengingatkan Miyu bahwa dia adalah sasaran bully.

Miyu merenung sejenak, kemudian menasihati Rifan dengan tegas, "Kalau begitu, bersungguh-sungguhlah dalam belajar, dan seperti kata guru, hilangkan niat jahatmu."

Namun, Rifan bingung dengan kata-kata yang diucapkan Miyu. "Dari kemarin, aku selalu memikirkannya, tapi apa maksudnya 'hilangkan niat jahat'?" tanya Rifan pada Miyu sambil berpikir keras.

Rifan mencoba mencerna nasihat Miyu, namun ia masih merasa bingung tentang apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan 'hilangkan niat jahat'.

"Kau selalu dibully kan? Karena itu, jika kau belajar bela diri dan ingin menjadi kuat, hilangkan lah rasa ingin membalas orang yang membully mu itu," nasihat Miyu pada Rifan.

Namun, Rifan dengan polosnya bertanya pada Miyu, "Memangnya mengapa jika ada rasa balas dendam, aku kan ingin membuktikan kekuatan ku?"

Rifan masih memiliki pertanyaan yang tak terjawab tentang alasan di balik pembelajaran untuk melupakan balas dendam. Bagi Rifan, rasa ingin membuktikan kekuatannya mungkin lebih kuat daripada keinginan untuk melupakan dendam.

Miyu terus menasehati Rifan dengan penuh kebijaksanaan, "Jika masih ada rasa itu, entah sampai kapan kau akan mulai berlatih. Syarat dari guru adalah hilangkan rasa ingin balas dendam. Semuanya percuma jika kau masih ingin balas dendam. Hilangkan rasa itu, ya. Hanya dengan hati yang tenang dan jiwa yang bebas dari dendam, kau akan bisa mencapai potensi sejati. Ingat, balas dendam hanya akan membelenggumu, sementara pemaafan akan membebaskanmu untuk berkembang lebih jauh."

Kata-kata Miyu menggugah pikiran Rifan. Dia menyadari bahwa dendam hanya akan menghalangi perkembangannya, dan untuk mencapai potensi sejatinya, dia harus membebaskan dirinya dari beban dendam tersebut. Meskipun sulit, Rifan memutuskan untuk mengikuti nasihat Miyu dan memulai perjalanan menuju pemaafan dan pertumbuhan yang lebih besar.

Miyu pun selesai mengobati Rifan, lalu mengajak Rifan untuk masuk dan makan. Rifan pun menurutinya, dan mereka masuk ke dalam.

"Makanlah dahulu, setelah itu lakukan tugas dari guru. Jika kau membutuhkan aku, kau bisa mencariku di ruang latihan. Aku ada di sana, ya," kata Miyu dengan lembut, sambil tersenyum memberi semangat.

Rifan mengiyakan perkataan Miyu, dan Miyu pun pergi ke ruang latihan. Rifan kemudian menghabiskan makanannya dan mulai mengerjakan tugas dari guru.

Hal pertama yang Rifan lakukan adalah mencuci piring. Dia melakukannya dengan cekatan, karena sudah terbiasa mencuci piring sendiri. Meskipun Rifan tinggal sendiri, dia terbiasa mandiri.

Rifan memutuskan untuk pindah karena diinstruksikan oleh orang tuanya untuk meninggalkan kota. Mereka khawatir melihat Rifan terus menerus menjadi korban bully. Namun, meskipun pindah ke luar kota, Rifan masih menghadapi intimidasi yang sama.

Entah apa takdir yang diterima Rifan, ia terus dibully meskipun sudah pindah. Namun, ia tidak akan terus menerima nasibnya seperti itu. Rifan bertekad untuk mengubah semua takdir masa lalunya.

Nantikan terus Perkembangan Rifan untuk menjadi kuat dan hebat.

Terpopuler

Comments

S. M yanie

S. M yanie

baik thor hhheeee, semangat

2024-06-14

0

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

semoga Rifan kuat

2024-06-14

0

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

Rifan yang malang 😭

2024-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!