Eps 16

Sesampainya Rifan dan Guru di rumah, mereka langsung memperhatikan wanita itu dengan penuh keheranan. Mereka bertanya-tanya dalam hati mengapa wanita itu bisa berada di hutan dan mengapa para penjahat ada bersamanya.

"M-mengapa kalian melihatku begitu?" tanya wanita itu dengan nada ketakutan. Rifan dan Guru segera mengalihkan pandangan mereka, merasa sedikit bersalah telah membuatnya tidak nyaman.

"Guru, bolehkah kita berbicara berdua?" bisik Rifan dengan nada cemas, berharap bisa membicarakan sesuatu tanpa membuat wanita itu semakin takut.

"Tidak perlu, aku yakin itu bukan hal yang penting sampai harus hanya kita berdua. Kau tak mau membuat wanita ini curiga dan takut pada kita, kan?" jawab Guru sambil menatap Rifan dengan tajam.

"Tapi... Guru," balas Rifan dengan nada ragu-ragu, merasa ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan.

"Sudah, bicara saja di sini," perintah Guru dengan tegas, tidak ingin membuat wanita itu lebih cemas dengan pembicaraan tertutup.

Rifan menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri, "B-begini Guru... Kupikir dia cantik juga ya," ucap Rifan dengan polos, seakan jawaban itu adalah hal yang wajar.

Guru dan wanita itu sama-sama terkejut mendengar kata-kata Rifan. Wajah wanita itu semakin pucat dan dia tampak sangat ketakutan. "K-ku mohon, jangan sakiti aku," ucap wanita itu dengan suara gemetar, air matanya hampir jatuh.

Guru terkejut lagi mendengar perkataan wanita itu, segera berusaha menenangkan situasi yang semakin kacau. "T-tenang saja, cantik... Eh, maksudku, wanita... Arghh... Ini salahmu!" Guru langsung memukul kepala Rifan dengan kesal, merasa situasi ini semakin rumit karena ulah Rifan.

Rifan mengeluh sambil menggosok kepalanya yang sakit. "Mengapa salahku, Guru? Kan dirimu sendiri yang salah bicara," protes Rifan merasa tak bersalah.

"Kau menjawab lagi, kupukul kau!" ucap Guru dengan nada mengancam, matanya melotot memperingatkan Rifan.

Wanita itu kebingungan melihat Rifan dan Gurunya bertengkar. Ia baru pertama kali melihat "penjahat" yang tidak harmonis seperti ini.

Guru yang tak ingin masalah jadi panjang, segera mencoba menenangkan diri dan menjelaskan semuanya kepada wanita itu. "Maafkan kami. Sebenarnya, kami hanya ingin membantu. Kami bukan penjahat, dan kami juga bingung mengapa kau bisa berada di hutan dengan para penjahat tadi."

Wanita itu terdiam sejenak, menyadari kesalahpahamannya. "M-maaf, aku sudah menganggap kalian penjahat, Seharusnya aku berterima kasih karena kalian sudah membantu," ucap wanita itu dengan nada merasa bersalah.

"Tak perlu minta maaf, yang salah itu dia," ucap Guru sambil menunjuk Rifan dengan tegas.

Rifan keheranan dan tidak terima disalahkan oleh Guru. "Mengapa aku yang salah? Kan dia yang menganggap kita penjahat," ucap Rifan tak mau mengaku salah.

Guru mulai kesal dengan Rifan yang sangat tidak pengertian. Dengan cepat, Guru memukul kepala Rifan lagi, Rifan langsung memegang kepalanya yang sakit.

"Guru, ini sudah ketiga kalinya kau memukul kepalaku hari ini!" protes Rifan dengan nada kesakitan dan kebingungan.

"Ini salahmu! Kalau bukan karena dirimu, dia tidak akan salah paham," jawab Guru dengan nada emosi, matanya melotot marah.

"Tapi Guru juga kan yang menyuruhku berbicara di depannya," balas Rifan mencoba membela diri.

Guru menghela napas panjang, semakin kesal dengan kepolosan Rifan. "Sudahlah, berbicara dengan kepolosanmu hanya membuatku semakin kesal. Aku ingin istirahat. Kau urus wanita itu," perintah Guru sambil berjalan pergi, meninggalkan Rifan dengan rasa frustrasi.

Rifan berdiri diam sejenak, menatap Guru yang sudah masuk ke dalam rumah. la lalu berbalik menghadap wanita itu, yang masih tampak kebingungan. "Maafkan semua kekacauan ini. Apa ada yang bisa kubantu?" tanya Rifan dengan nada lebih lembut, mencoba memperbaiki situasi.

Wanita itu tersenyum sedikit, tampak lebih tenang. "Tidak apa-apa, Aku hanya perlu tempat untuk beristirahat dan mungkin segelas air," ucapnya

Rifan mengangguk, merasa sedikit lega. "Baiklah, mari ikut aku. Aku akan menyiapkan air dan tempat untukmu beristirahat," katanya sambil membawa wanita itu masuk ke dalam rumah.

Di dalam, ia memastikan wanita itu merasa nyaman dan aman, berharap bisa memperbaiki kesan buruk yang terjadi sebelumnya.

Rifan pun memberikan wanita air, wanita itu langsung meminum nya dengan cepat seperti orang yang sudah lama tak melihat air, Air itu mengalir deras melewati bibirnya, menandakan betapa hausnya dia.

"Pelan-pelan saja, di sini masih banyak air," ucap Rifan seraya memberikan sebuah teko yang penuh.

Wanita itu tampak kebingungan melihat teko di tangannya. "Mengapa kau memberiku teko?" tanyanya, alisnya terangkat keheranan.

"Aku kira kau sangat haus, jadi ku beri teko saja. Kupikir minum dengan gelas tak efektif, lebih baik dengan teko," jawab Rifan dengan polos, wajahnya terlihat tulus tanpa beban.

Wanita itu tertawa terbahak-bahak melihat kepolosan Rifan. "Hahaha! Ku pikir sekarang aku tahu mengapa orang tua tadi sangat kesal denganmu. Ternyata kau polos sekali," ucapnya sambil memegang perut karena terlalu banyak tertawa.

Mendengar itu, Rifan dengan cepat melindungi kepalanya dengan kedua tangan, seolah-olah mengantisipasi pukulan. Wanita itu semakin kebingungan dengan tingkah laku Rifan. "Mengapa kau melindungi kepala?" tanyanya, matanya membesar karena penasaran.

"Kau bilang mengerti guru kesal tadi, jadi kupikir kau akan memukulku" jawab Rifan, matanya berkedip-kedip cemas.

"Haha, tenanglah. Aku tak akan memukulmu. Mana mungkin aku memukul orang yang sudah menyelamatkanku. Oh ya, terima kasih untuk minumannya," jawab wanita itu dengan senyum lembut, wajahnya menunjukkan rasa terima kasih yang tulus.

"Tak apa," jawab Rifan sambil tersenyum. "Ayo, aku antar kau untuk beristirahat." Wanita itu mengangguk setuju, dan mereka pun berjalan bersama menuju tempat istirahat. Di sepanjang perjalanan, senyum dan tawa masih tersisa di wajah mereka, menciptakan suasana hangat di antara mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!