Maxim melirik ke sampingnya di mana Violet yang terlelap dengan memunggunginya, setelah melakukan hubungan suami istri beberapa saat lalu, ada rasa sesal di hatinya ketika mengingat Violet yang tadi menangis di bawah kungkungannya karna dirinya yang melakukannya dengan paksa, namun saat kembali mengingat kejadian di toko kue Violet, amarah di dadanya kembali memuncak.
Drettt
Drettt
Drettt
Mendengar suara deringan telfon Maxim segera duduk, lalu dia beranjak mencari ponselnya yang berdering, dan menemukan ponselnya yang berada di dalam saku celananya yang berserakan di lantai.
'' Halo '' ujar Maxim meletakkan ponselnya di telinganya.
'' ,,,,, ''
'' Baiklah, aku akan segera ke rumah sakit '' tukas Maxim menimpali perkataan dari sebrang telfon.
Setelah sambungan telfonnya terputus, Maxim meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu dia melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
Saat Maxim menutup pintu kamar mandi, kedua mata Violet terbuka lebar dia pura pura tidur, bahkan Violet juga mendengar pembicaraan Maxim dengan orang yang berada di dalam telfon yang tak lain adalah Elisa.
Violet meremas selimut yang menutupi tubuh polosnya, merasakan sakit di hatinya yang di goreskan oleh Maxim.
'' Kamu marah saat aku dekat dengan pria lain, lalu bagaimana dengan dirimu dan Elisa '' gumam Violet air matanya menetes membasahi pipinya dan juga bantal yang ia pakai.
Ceklek
Violet kembali pura pura tidur saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, namun telinganya mendengar langkah Maxim yang menuju ke walk in closet, dan Violet semakin memejamkan kedua matanya saat merasakan Maxim mendekat ke arah ranjang dan berdiri tepat di sampingnya, dan Violet tiba tiba merasakan telapak tangan lebar Maxim yang menyentuh pucuk kepalanya.
'' Istirahatlah,, maaf aku tidak bisa menemanimu, Elisa sudah di izinkan kelur dari rumah sakit, aku harus mengurus kepulangannya '' ucap Maxim lalu melangkah keluar dari kamar.
Ceklek
Mendengar pintu kamar yang sudah tertutup, perlahan air mata Violet kembali jatuh dengan derasnya, membasahi kedua pipinya yang mulus.
'' Hiks,, Hikss,,, ''
Violet menangis seorang diri di kamarnya, dia merasa sekaan akan dirinya hanya di anggap sebagai wanita pemuas nafsu saja oleh Maxim, melihat Maxim yang lebih memilih meninggalkannya demi Elisa.
Menjelang sore Violet keluar dari kamarnya, dengan kedua matanya yang masih terlihat sembab. Violet menuruni anak tangga dengan langkah yang terlihat tidak semangat.
'' Nona, apa anda sedang tidak enak badan ?'' tanya Lela yang tak sengaja berpapasan dengan Violet saat hendak ke dapur, dan melihat wajah lesu serta pucat Violet.
'' Aku tidak apa apa, oh ya Lela, aku mau pulang ke mansion Grissam sebentar '' ujar Violet menghentikan langkahnya di anak tangga paling bawah.
'' Apakah anda sedang merindukan kedua orang tua anda ?'' tanya Lela.
'' Hem,, benar, aku sedang merindukan Ayah dan Ibuku, aku juga sudah sangat lama tidak berkunjung ke sana '' jawab Violet.
'' Baiklah Nona, anda hati hati di jalan ''
'' Hem ''
Violet kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu utama, lalu dia menaiki mobilnya sendiri dan pergi meninggalkan villa.
Dua puluh menit kamudian Violet sudah tiba di mansion Grissam, kedatangannya yang tiba tiba membuat Ayah dan Ibunya terkejut, karna biasanya Violet akan memeberikan kabar terlebih dahulu jika akan berkunjung ke mansion Grissam.
'' Vio, tumben pulang tidak kabari ibu dulu '' ujar Ibu tiri Violet menghampiri putri sambungnya.
'' Maaf bu, Vio lupa '' sahut Violet.
'' Kamu ini '' tukas Ibu tiri Violet tersenyum.
Namun Ibu tiri Violet mengerutkan dahinya saat menyadari wajah Violet yang terlihat sangat pucat.
'' Sayang, kamu sakit?'' tanya Ibu tiri Violet tangannya menyentuh dahi Violet.
Violet menggelengkan kepalanya. '' Tidak Ibu, Vio hanya lelah, karna harus mengurusi cabang toko kue Vio yang mau buka. '' jawab Vio tak sepenuhnya berbohong, karna memang beberapa hari ini Violet di sibukkan dengan rencananya yang akan membuka cabang toko kuenya, namun dia lelah di karnakan Maxim yang memaksanya melakukan hubungan suami istri.
'' Kamu ini, lain kali jangan lupa istirahat, kamu harus jaga kesehatan kamu '' ujar Ibu tiri Vio yang sudah mendengar jika Violet akan membuka cabang toko kuenya.
'' Iya Ibu ''
'' Oh ya, Ayah mana Bu ?'' tanya Violet celingak celinguk mencari Ayahnya, karna hari sudah petang biasanya Ayahnya sudah pulang dari perusahaan.
'' Ayahmu sedang melakukan perjalanan bisnis di luar kota '' jawab Ibu tiri Violet, dan Violet hanya mengangguk anggukkan kepalanya.
'' Kamu makan malam di sini kan ?'' tanya Ibu Violet.
'' Iya Bu ''
'' Baiklah, Ibu akan masak kesukaan kamu ''
'' Terimakasih Ibu '' tukas Violet tersenyum.
'' Sama sama sayang, ya sudah sana istirahat di kamar kamu '' ujar Ibu tiri Violet ikut tersenyum.
'' Baik Bu '' Violet lalu melangkah pergi menuju ke kamarnya yang berad di lantai dua.
Sedangkan di rumah sakit, Maxim sedang menemani Elisa di ruangannya, sembari menunggu Felix yang sedang mengurus administrasi Elisa di kasir.
'' Tuan, saya sudah mengurus semuanya '' ujar Felix yang baru masuk ke dalam kamar rawat Elisa.
'' Hem, baiklah ''
Maxim lalu mengangkat tubuh Elisa dan mendudukkannya di kursi roda, lalu dia mendorongnya meninggalkan ruang rawat Elisa, sedangkan Felix mengikuti keduanya dari belakang.
'' Kak, tadi Kak Max kemana ?'' tanya Elisa.
'' Ada sesuatu yang harus aku lakukan '' jawab Maxim datar sembari mendorong kursi roda Elisa melewati lorong lorong rumah sakit.
'' Pasti Violet ya '' ujar Elisa.
Maxim menatap ke bawah sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan.
'' Elisa, aku mau tanya sama kamu '' ujar Maxim.
'' Kak Max mau tanya apa '' sahut Elisa.
'' Apa kamu mengenali suara wanita yang berbicara melalui telfon dengan penculik itu ?'' tanya Maxim.
Elisa menundukkan kepalanya. '' Aku takut salah orang Kak '' jawab Elisa pelan.
'' Katakan saja '' desak Maxim.
'' Su,,, suara wanita itu mirip suara Vio '' ujar Elisa dengan nada suara yang terdengar sangat gugup.
Elisa lalu menoleh ke belakang dan menggenggam tangan Maxim yang mendorong kursi rodanya.
'' Kak, tapi aku yakin, suara itu hanya mirip saja, tidak mungkin Violet melakukan hal jahat seperti itu '' ucap Elisa cepat.
Maxim hanya mengangguk saja. " Aku juga berharap seperti itu, tapi kenyataannya buktinya sudah jelas jika Violet dalangnya '' batin Maxim.
Saat sudah sampai di teras rumah sakit, lagi lagi Maxim menggendong Elisa untuk masuk ke dalam mobilnya, sedangkan Felix segera melipat kursi roda Elisa lalu memasukkannya ke dalam bagasi mobil.
Selama di perjalanan Elisa terus mengembangkan senyumnya, yang mana membuat Maxim yang duduk di sampingnya merasa heran.
'' Kenapa kamu terus tersenyum ?'' tanya Maxim.
'' Senang saja, akhirnya bisa keluar dari rumah sakit '' sahut Elisa tersenyum.
'' Maaf, kamu harus di rawat di rumah sakit karna menolongku '' ujar Maxim merasa bersalah.
Elisa tersenyum lalu menggenggam tangan Maxim dengan lembut. '' Tidak apa apa Kak, keluarga Harcourt juga sudah banyak membantuku, jadi sudah seharusnya aku membalasnya '' tukas Elisa yang terlihat tulus di mata Maxim.
Namun Maxim tidak tahu jika semuanya sudah di rencanakan oleh Elisa dengan sangat rapih dan bersih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
kriwil
pengen nglindas kepalanya mak pake tronton😀
2024-06-10
2
RossyNara
kayaknya otak Max di jual ke udang deh bodohnya tingkat dewa, sampai bingung aku coment nya juga.
2024-06-08
7
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘okkk
2024-06-08
0