Violet baru kembali ke Villa saat hari sudah malam, dan suasana Villa juga sudah terlihat sepi, mungkin karna semua pelayan sudah pada istirahat.
Saat baru naik ke lantai dua, Violet melihat Felix yang baru keluar dari ruang kerja Maxim.
'' Selamat malam Nona '' sapa Felix membungkukkan badannya dengan sopan.
'' Hem, malam juga '' balas Violet lalu membuka handel pintu kamarnya, dan masuk ke dalam lalu menutup pintu kamarnya kembali dan menguncinya dari dalam. Dan Felix dia segera turun ke lantai bawah menuju ke kamar tamu, kamar yang ia pakai jika menginap di Villa Tuannya.
Sedangkan Maxim yang sedang berada di dalam ruang kerjanya, bergegas berdiri saat mendengar Felix menyapa Violet, dia segera pergi ke arah pintu dan mengintip Violet yang berdiri di depan kamarnya sendiri, Maxim tiba tiba merasa kesal sendiri saat Violet tidak menanyakan keadaannya pada Felix.
'' Ini sudah hampir setengah bulan dia diam begini, apa perkataanku malam itu benar benar membuatnya sangat marah '' gumam Maxim yang tiba tiba merasa gelisah sendiri.
Tadi saat Violet tak kunjung pulang hingga jam makan malam tiba, Maxim meminta Elisa untuk segera kembali ke apartementnya setelah keduanya dan Felix selesai makan malam, entah kenapa Maxim merasa tidak nyaman saat Elisa mengatakan akan menginap untuk merawatnya, padahal dulu dulunya Maxim sendiri yang meminta Elisa untuk menginap dia Villanya jika dirinya tengah sakit, bahkan Maxim dulu juga mengizinkan Elisa tidur di kamarnya, yang mana membuat Violet cemburu dan tentunya sangat marah, tapi Maxim tidak pernah memperdulikannya.
Tapi sekarang Maxim merasa keberatan saat Elisa mangatakan ingin menginap, Maxim takut membuat Violet tidak suka, dan semakin tidak mau bicara dengannya.
Maxim perlahan keluar dari ruang kerjanya, lalu dia melangkah menuju kamarnya yang bersebelahan dengan Violet, bukannya segera masuk ke dalam kamarnya Maxim malah berdiri di depan pintu kamar Violet yang tertutup rapat. Maxim sebenarnya penasaran tadi Violet pergi kemana, kenapa barusan dia melihat wajah Violet yang terlihat sangat kelelahan.
Ting
Maxim mengangkat ponsel yang ada di genggamannya, dan melihat ada chat masuk dari David sepupunya. Dan Maxim segera membuka chat dari David, sembari melangkah masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Maxim merasa heran saat David mengiriminya foto box kue , namun kedua mata Maxim menyipit saat melihat label di pojok box itu, yang bertuliskan VIOLET BAKRY AND CAFFE.
'' Kenapa nama labelnya Violet ?'' gumam Maxim bertanya tanya.
Karna rasa penasarannya Maxim langsung menelfon David, dan sambungan keduanya langsung terhubung.
'' Milik siapa toko kue itu ?'' tanya Maxim langsung tanpa basa basi.
'' Milik Violet lah, untuk apa aku memberi tahu kamu, kalau tidak ada hubungannya denganmu '' sahut David dari sebrang telfon, sembari mulutnya sibuk mengunyah roti yang ia beli dari toko kue milik Violet tadi.
'' Kamu tidak bohongkan ?'' tanya Maxim terkejut sekaligus sedikit ragu.
'' Tentu saja tidak, karna pelayan toko kue itu sendiri yang bilang padaku, dan juga aku tadi sore melihat Violet datang ke sana '' jawab David.
" Jadi selama ini dia punya usaha sendiri " batin Maxim. Pasalnya sejak keduanya menikah, dirinya sama sekali tidak pernah tahu apapun tentang Violet, lebih tepatnya tidak ingin tahu menahu apapun yang berhubungan dengan Violet, dirinya juga hanya memberi jatah uang bulanan pada Violet tanpa perduli mau di gunakan untuk apa, tapi jika di ingat ingat lagi selama menikah kartu miliknya yang di berikan pada Violet hanya pernah ada tagihan beberapa kali saja. Apa jangan jangan selama ini Violet selalu memakai uang pribadinya pikir Maxim.
'' Max, kamu masih di sana kan '' seru David dari sebrang telfon yang mana membuat Maxim mendengus.
''Ck, sudahlah aku mau tidur '' ujar Maxim menutup sambungan telfonnya sepihak, membuat David yang berada di sana bedecak kesal.
Pagi hari Maxim sudah rapi dengan setelan formalnya, karna hari ini dirinya harus menghadiri rapat penting, jadi meskipun masih sedikit merasa pusing Maxim tetap memaksakan diri untuk berangkat ke perusahaan.
Saat baru keluar dari dalam kamarnya, hidung Maxim langsung di sambut dengan aroma masakan yang sangat harum, dan Maxim sudah bisa menebak kalau Violet yang memasak saat ini. Karna sebelum Violet berubah menjadi pendiam, hampir setiap pagi Maxim selalu mencium aroma harum masakan yang di buat oleh Violet, sayangnya dirinya tidak pernah sudi untuk sekedar mencicipi masakan yang di buat oleh Violet, namun saat ini Maxim sangat ingin mencobanya, dan dirinya bergegas turun ke lantai bawah.
Sedangkan di lantai bawah, Elisa sudah berada di Villa sejak pagi buta, dan kini Elisa menghampiri Violet yang tengah menata sarapan pagi yang di masaknya sendiri di atas meja.
'' Vio, sini aku bantu '' ujar Elisa memegang mangkuk sup ayam yang di bawa oleh Violet dari dapur.
'' Tidak perlu '' tolak Violet menarik kembali mangkuk yang di bawanya tapi tidak bisa, karna Elisa memegangnya dengan erat.
'' Tidak apa apa Vio, biar aku bantu '' Elisa bersikeras menarik mangkuk sup yang di bawa Violet, dan berakhir mangkuk sup itu jatuh.
Pyarrrr
Akhhh
Akhhh
'' Nona !! '' seru Felix yang baru keluar dari kamar tamu.
Sedangkan dari arah tangga, Violet melihat Maxim yang berlari dengan panik kearahnya, namun Violet di buat kecewa karna ternyata Maxim menolong Elisa, di banding dirinya yang sebagai istrinya.
'' Elisa, kamu tidak apa apa?'' tanya Maxim membopong Elisa lalu di dudukkannya di kursi meja makan.
'' Panas sekali kak, supnya mengenai kakiku '' jawab Elisa dengan wajah terlihat menahan sakit.
Sedangkan Felix menghampiri Violet yang berjalan pergi dengan tertatih tatih.
'' Nona, kaki anda berdarah '' seru Felix membuat Maxim langsung tersentak, dan menoleh ke arah Violet yang sudah berdiri di bawah tangga.
Maxim yang hendak berdiri untuk menghampiri Violet di tahan oleh Elisa. '' Kak, jangan marah sama Violet, dia tidak salah, aku yang salah, karna sudah memaksa untuk membantunya membawa sup yang masih panas itu '' ujar Elisa dengan mimik wajah penuh penyesalan.
Violet yang mendengarkan perkataan Elisa hanya bisa menahan rasa marahnya, dia tahu Elisa sengaja mengatakan itu agar Maxim menyalahkannya, bukan untuk membelanya.
'' Felix, tolong bersihkan pecahan mangkuk itu, aku mau ke kamar '' pinta Violet lalu pergi menaiki anak tangga sembari menahan nyeri di kakinya, dirinya sudah siap jika sebentar lagi Maxim akan memarahinya karna sudah membuat Elisa terluka, karna sudah menjadi hal yang biasa menurutnya, dan dirinya tidak akan terkejut lagi.
'' Baik Nona '' sahut Felix dan segera membersihkan pecahan mangkuk yang berserakan di atas lantai.
Sedangkan Maxim terus menatap Violet yang menaiki anak tangga dengan pelan, ada perasaan menyesal di hatinya karna lebih memilih menolong Elisa daripada Violet.
'' Kak ''
Maxim menoleh ke arah Elisa. '' Elisa, lain kali jika Violet tidak mau di bantu jangan memaksanya, lihatlah sekarang kamu dan Violet terluka kan '' tukas Maxim terdengar sangat datar.
Mendengar itu Elisa langsung menundukkan kepalanya, merasa tidak senang karna Maxim menyalahkannya. '' Maaf Kak, lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi '' ucap Elisa.
'' Felix, ambilkan aku kotak obat '' perintah Maxim melihat Felix yang sudah membersihkan pecahan mangkuk di lantai.
'' Baik Tuan '' sahut Felix dan bergegas mengambil kotak obat seperti yang di pinta Tuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Marianty Poerba
dihhhhh,kenapa ngak disiram ajaa sih
2025-03-26
0
kriwil
kalau aku jadi violet dah ku siram ke muka elsa sekalian
2024-06-10
2
kriwil
harus nya sitam aja ke muka elsa tuh sup nya
2024-06-10
0