"Dengar Damian, 25% saham tidaklah sedikit. Jika Auryn berhasil membeli saham dari pemegang saham lain, atau menjual sahamnya pada musuh keluarga William, maka kita semua akan tamat." ucap sang ibu memberi peringatan.
Hanya perkataan sang ibu yang terus terngiang di benaknya, bahkan saat ia sedang melajukan kendaraannya menuju rumah sakit tempat sang kekasih dirawat.
Ia tidak ingin mempercayai ucapan sang ibu. Dia berusaha mengabaikannya. Namun tidak bisa!
Kata-kata itu terus saja terdengar dibenaknya.
"Tidak! Auryn tidak mungkin melakukan itu. Dia hanya gadis desa, bagaimana mungkin dia bisa melakukan itu?" ujar Damian terus menolak perkataan sang ibu.
Namun mengingat pertemuan terakhirnya dengan wanita tersebut, Damian tidak bisa untuk tidak khawatir.
CEKITTT.
Secara mendadak dia menginjak pedal rem. Membuat kepalanya terantuk pada setir mobil.
"Sstt, akh, d*mn it." umpat pria itu disertai ringisan kecil.
Harusnya dia tidak ceroboh dengan mau saja menyerahkan saham 25%. Jika apa yang dikatakan ibunya benar, maka habis lah dia.
"Apa yang harus ku lakukan? Apa yang harus ku lakukan?" ucap Damian seraya memukul-mukul kan kepalanya ke atas setir mobil.
"Tidak mungkin bagiku untuk meminta kembali saham yang telah ku berikan. Auryn pasti tidak akan mau memberikannya!" gumam Damian lagi.
"Atau, apa aku harus membujuknya untuk menjual kembali saham yang ia miliki kepadaku?" tangannya pada diri sendiri.
"Tapi bagaimana kalau dia menolak? atau malah menaikan harga menjadi beberapa kali lipat?" tanyanya lagi yang kini meragu.
"Akh! ini benar-benar membuat kepala ku sakit. Sepertinya aku harus mendiskusikan masalah ini dengan Adrianna." ujar pria itu sembari memijat keningnya sendiri.
Namun ia kembali teringat jika kekasihnya itu sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tidak mungkin baginya untuk membebani sang kekasih yang tengah sakit dengan masalahnya.
Tiba-tiba, Damian merasa jika ia adalah manusia paling bodoh di dunia. Tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kedua tangannya terangkat, mengacak-acak rambutnya sendiri yang kini bagaikan sarang burung.
"Hah, tenang Damian, tenanglah. Kau akan berada dalam kekacauan jika pikiranmu tidak tenang. Relax, tarik napas, lalu buang. Tarik napas lagi, kemudian buang." ucap Damian berusaha menenangkan diri.
"Lebih baik lupakan sejenak masalah saham. Aku harus fokus pada kesembuhan Adrianna." lanjutnya lagi yang kemudian melajukan kembali kendaraanya menuju rumah sakit tempat sang kekasih di rawat.
Pria itu masih belum menyadari, jika sejak tadi dirinya telah di awasi. Kupu-kupu hitam milik sang mantan istri masih mengikuti kemanapun dia pergi.
Apartemen Auryn.
Alarm berdering keras, berusaha membangunkan sang pemilik yang masih asik dengan dunia mimpinya.
15 menit telah berlalu semenjak alarm mulai berbunyi, barulah setelah beberapa saat kemudian, wanita tersebut akhirnya membuka mata.
"ugh, berisik!" gumam wanita itu.
Tangan kanannya terulur, meraba-raba nakas mencoba mematikan alarm yang terus berdering.
Klik.
Sunyi.
Itulah yang terjadi setelah Auryn mematikan alarmnya. Wanita tersebut menghela napas lega. Telinganya saki jika terlalu lama mendengar melodi suara yang keras-nya lumayan menyiksa.
"Akhirnya, aku bisa melanjutkan tidur cantik ku." gumam Auryn yang kembali menarik selimutnya lalu menutup matanya.
Hingga alarm kembali menyala, membuat wanita itu mendadak bangun dari pembaringan.
"AKU BANGUN! AKU BANGUN!" jerit Auryn kesal.
Dia mematikan alarm secara kasar, kemudian melempar jam weker-nya secara asal. Hal ini jelas membuat mood nya di pagi hari menurun.
Dengan malas, ia turun dari ranjang, kemudian berjalan kearah kamar mandi. Selesai dari ritual paginya, wanita tersebut nampak lebih segar.
Ia melirik kearah jam dinding yang menunjukan jika sekarang pukul 08.25.
"Sudah jam setengah sembilan ternyata? Kekacauan seperti apa lagi yang harus aku lakukan, untuk membuat hari pasangan itu buruk?" tanya Auryn dengan raut wajahnya berpikirnya.
"Sudahlah, pikirkan saja nanti." lanjutnya berkata acuh.
Ia berjalan kearah walking closet, dimana sebagian pakaiannya telah tertata rapi di sana. Dia juga sudah memesan beberapa pakaian formal dan non-formal untuk wanita karir, gaun, pakaian casual, tas, sepatu, dan aksesoris ber-merek, dari berbagai toko dan butik branded.
"Nah, rupanya aku cantik juga berpakaian formal seperti ini. Benar-benar layaknya wanita berpendidikan, walau pada kenyataannya tidak sama sekali." ucap Auryn pada bayangannya di cermin sambil terkekeh kecil.
"But, it's okay! Tidak masalah jika kau berasal dari desa. Dengan gabungan kelicikan ku dan otakmu cerdas mu yang selalu kau sembunyikan, akan ku buat semua orang yang menghina mu bertekuk lutut." ucap Auryn lagi menyeringai.
Wanita tersebut melangkahkan kakinya keluar dari walking closet. Setelahnya, ia pun membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju sofa di ruang tamu.
"Hmm, hmm, informasi apa yang kau dapatkan sekarang." ujar wanita itu sembari menutup matanya.
Langsung saja, kilasan sebuah kejadian terekam jelas di memorinya. Dimana orang tua dari sang mantan suami datang memarahi putranya karena telah memberikan saham sebesar 25% kepadanya.
Kemudian Damian yang menjadi kepikiran lalu bingung harus melakukan apa, memilih untuk melupakannya sejenak dan pergi menjenguk sang kekasih.
Auryn yang melihat adegan tersebut segera tertawa terbahak-bahak. Untungnya, saat ini dia tengah sendiri dan berada di apartemen miliknya sendiri. Jika tidak, melihat Auryn yang tiba-tiba tertawa, bukan tidak mungkin kalau wanita tersebut akan di sangka sudah tak waras akibat belum bisa menerima perceraiannya dengan sang mantan.
"Sepertinya apa yang dikatakan nyonya besar itu membuat beberapa bayangan psikologis bagi sang putra." ucap Auryn dalam hati.
"Tapi otak calon mantan ibu mertua ku itu bagus juga. Dia bisa memperingatkan putranya tentang ku, bahkan disaat dia tahu aku hanyalah gadis desa." gumam wanita itu.
"Hmm, instingnya tidak bisa aku remehkan. Sepertinya tidak hanya 2 orang itu yang harus aku awasi. Tetapi orang-orang terdekat mereka pun harus ku awasi." gumamnya lagi.
Mendatarkan ekspresinya, Auryn menjentikkan jarinya sebanyak 2 kali. Tak berapa lama kemudian, 2 kupu-kupu hitam muncul di hadapan wanita tersebut.
Kupu-kupu itu hinggap di jari sang majikan, seolah tengah menunggu perintah.
"Pergi, kalian awasi kedua orang tua dari Damian William. Segera laporkan jika kalian melihat hal yang mencurigakan. Jangan sampai ada informasi yang terlewatkan." perintah Auryn kepada kedua kupu-kupu hitam tersebut.
Benar saja, setelah perintah di keluarkan, kedua kupu-kupu hitam tersebut terbang menuju celah jendela dan melewatinya.
Entah bagaimana caranya mereka tahu dimana alamat orang yang harus mereka awasi. Mereka hanya menuruti ingatan yang diberikan majikannya, kemudian mengikuti arah petunjuk yang ditemukan.
Tak sampai 2 jam, kupu-kupu hitam itu sudah sampai di tempat tuan dan nyonya besar William berada.
...****************...
...****************...
Rumah sakit Medika Sakti.
Diruang rawat inap VIP tempat kekasih dari Damian di rawat, wanita tersebut terlihat masih memejamkan kedua matanya. Terhanyut dalam lautan mimpi.
Hingga sinar matahari mengusik tidur cantiknya.
"Ugh, jam berapa sekarang?" gumam Adrianna sembari menggeliat.
Tangannya terangkat, mengusap kedua matanya yang masih terasa berat. Matanya menatap sekitar, mencari pria yang memberinya kenikmatan dunia.
Mengulurkan tangannya, wanita tersebut mencoba mengambil handphone-nya yang berada diatas nakas.
Sebelumnya, dirinya telah meminta tolong kepada sang selingkuhan untuk meminjam charger dari salah satu perawat yang berada di rumah sakit ini agar handphone-nya dapat menyala.
Melihat jika saat ini waktu menunjukan pukul 08.45.
"Pantas saja sudah hampir jam sembilan. Leon pasti telah tiba di kantornya. Apa aku hubungi dia sekarang?" gumamnya pada diri sendiri.
Akan tetapi, saat tangannya siap menekan nomor ponsel kekasih gelapnya. Sang kekasih asli membuka pintu.
Ceklek.
Krieett.
"Sayang, aku datang!" ucap Damian pelan.
Takut menggangu waktu istirahat Adrianna.
"Ah, Damian! Kamu datang. Aku kira kamu langsung pergi ke kantor." ucap Adrianna tersenyum gugup.
Wanita tersebut langsung mengembalikan layar handphonenya ke pengaturan awal, kemudian menyimpannya disamping ranjang.
"Oh, iya. Aku memang sengaja menjenguk mu lebih pagi karena mungkin aku akan bekerja lembur hari ini." jawab Damian sembari melangkahkan kakinya mendekati kursi dekat ranjang.
Pria itu mendudukkan diri di sana, memandang sang kekasih dengan tatapan yang sulit diartikan. Ditatap seperti itu oleh Damian, Adrianna menjadi lebih gugup dan salah tingkah.
"A.. Ada apa? Apa ada sesuatu yang aneh di wajah ku?" tanya Adrianna terbata-bata sambil meraba wajahnya sendiri.
"Tidak, tidak ada yang aneh dengan wajahmu sayang. Kamu tetap cantik meski sedang pucat seperti ini." ujar Damian memuji.
Mendapat gombalan di pagi hari, Adrianna memerah malu. Namun itu tidak berlangsung lama saat Damian mengatakan alasan sebenarnya dibalik ia yang menatap lekat dirinya.
"Aku hanya kepikiran dengan apa yang dikatakan mommy ku tadi." lanjut pria itu seraya mendesah lelah.
"Memangnya apa yang dikatakan mommy mu?" tanya Adrianna penasaran.
"Mommy berkata..."
.
.
.
TO BE CONTINUE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
٭ 𝕰𝖑𝖑𝖊 ٭ ᵉᶠ ᭄
kerenn, kultivasi nya msh bisa di pake di zaman modern
2024-12-24
0
Sita Sit
auryn kerenn
2024-09-17
0
Helen Nirawan
keren jg pake kupu2 , sampe botak jg org gk akan kepikiran klo kupu2 bs jd mata2👍👍👍👍👏👏
2024-07-17
0