BAB 10.

"Anton, ikut dengan ku! Kita ke rumah sakit!" ucap Damian ketika dia tak sengaja melihatnya yang tengah berjalan keluar.

"Bos, kenapa kita kita ke rumah sakit? Bos, sedang sakit?" tanya Anton sambil melangkah mendekati bosnya.

"Tidak, bukan aku yang sakit, melainkan Adrianna!" jawab Damian singkat.

"Nona Adrianna? Apa yang terjadi padanya?" tanya Anton yang sempat terkejut mendengar kabar dari atasannya itu.

"Aku juga tidak tahu. Sherly belum menjelaskan apa yang terjadi. Maka dari itu, sekarang kita akan kesana, sekalian untuk menjenguk Adrianna." jawab Damian.

"Saya mengerti, bos." balas Anton.

Keduanya berjalan menuju mobil yang terparkir di area halaman gedung. Anton segera duduk di kursi pengemudi, sementara Damian duduk di bangku belakang.

"Kita pergi ke rumah sakit yang Sherly telah share lock." ucap Damian seraya menyerahkan handphone-nya.

"Oke, bos." balas Anton.

Dengan segera pria itu menyalakan mobil dan mulai mengemudi menuju arah yang ditunjuk GPS. Damian memandang lurus ke depan, sambil terus melihat jam yang terpasang di pergelangan tangannya.

Di wajahnya terpasang raut muka khawatir. Ia terus bergerak gelisah dalam duduknya, membuat Anton juga tak tahu harus berbuat apa.

"Anton, bisakah kamu mengemudi lebih cepat? Adrianna pasti membutuhkanku di sana." ucap Damian tak sabar.

"Harap sabar, bos. Bos tidak melihat jika jalanan macet. Kita pasti akan segera sampai dan nona Adrianna juga pasti baik-baik saja karena telah di tangani dokter." ujar Anton mencoba menenangkan majikannya.

Sesekali ia melihat kebelakang melalui cermin yang terpasang di depan mobil untuk mengetahui kondisi pemimpinnya.

Tak sampai 40 menit, mobil yang dikendarai Anton pun tiba di rumah sakit. Damian yang memang pada dasarnya sudah tidak sabaran segera meminta turun tanpa menunggu Anton memarkirkan kendaraan.

Sementara pria yang dijadikan supir hanya bisa menghela nafas dalam hati. Ia kemudian mencari tempat parkir lalu berhenti.

"Sabar Anton, harap bersabar, ini ujian! Ingatlah, cari kerja dengan gaji tinggi sangat susah! Huh, semangat." ucap Anton menyemangati dirinya sendiri.

Setelah memarkirkan kendaraan sang bos, dengan langkah cepat pria itu memasuki rumah sakit. Melihat jika bos-nya sudah tidak terlihat dimana-mana, ia mendekati meja resepsionis.

"Permisi, pasien atas nama Adrianna dirawat di kamar nomor berapa ya?" tanyanya pada staff yang berjaga.

"Nona Adrianna? Sebentar, saya carikan dulu datanya!" balas staff itu.

Dengan cekatan, staff menekan tombol keyboard sambil melihat layar komputer. menunggu beberapa menit, akhirnya staff pun menjawab pertanyaan Anton.

"Nona Adrianna berada di Unit Gawat Darurat dan belum dipindahkan ke kamar inap. Ada kemungkinan jika beliau belum keluar dari ruangan." jawab staff itu sopan.

"Kalau begitu boleh saya tahu dimana ruang UGD terletak?" tanya Anton lagi.

Dalam hati, dia memaklumi sikap bos-nya yang menjadi tidak sabaran dan kalang kabut saat mendengar kekasihnya masuk UGD.

Setelah mengetahui dimana ruangan itu, Anton melangkahkan kakinya menuju ruang UGD sesuai arahan sang staff. Beberapa menit mencari, pria tersebut melihat sesosok laki-laki yang terduduk dilantai bawah dengan menarik rambut depannya.

Disampingnya, berdiri seorang wanita yang juga terlihat khawatir memandang pintu UGD yang masih tertutup.

Segera, ia pun melangkah maju mendekati pria itu.

"Bos?" ucap pria itu memandang pria yang begitu rapuh terlihat.

"Bersabarlah bos, nona Adrianna pasti sembuh. Beliau wanita yang kuat, Beliau pasti dapat bertahan." ujar Anton seraya menepuk bahu atasannya guna memberikan dukungan.

"Hah, sebenarnya apa yang terjadi pada nona Adrianna? Kenapa beliau bisa masuk ke UGD seperti ini?" lanjutnya bertanya pada diri sendiri.

Tanpa di sangka, perkataannya di dengar oleh sang atasan. Pria itu pun berdiri dengan tiba-tiba, kemudian menolehkan kepalanya pada Sherly. Sahabat dari kekasihnya.

"Sherly, tadi aku belum sempat menanyai mu karena panik dengan kondisi Anna. Sekarang aku tanya, apa yang terjadi? Kenapa Adrianna bisa dalam kondisi seperti itu?" tanya kekasih dari wanita yang terbaring di ranjang UGD.

Sherly yang ditanyai hanya memandang pintu masuk UGD dalam diam, kemudian menangis. Membuat kedua pria yang berada didekatnya mendadak pusing.

Damian mendekati wanita yang menangis terisak tersebut, kedua tangannya terulur, memegang bahu lawan jenis.

"Sherly, kenapa kau malah menangis? Jawab pertanyaan ku! Apa alasan Anna bisa menjadi seperti ini?" tanya Damian sambil mengguncang tubuh sang wanita.

Anton yang melihat itu segera menghentikan apa yang dilakukan bosnya. Pria itu mencoba melepaskan cekalan tangan sang bos dari bahu wanita yang bernama Sherly tersebut.

"Bos! Bos! Tolong lepas dulu. Kita bisa membicarakan ini secara baik-baik." ujar Anton mencoba menarik tangan Damian.

Tak berapa lama, cekalan pun terlepas. Anton berdiri di antara keduanya, mencoba menjadi penengah.

"Nona Sherly, benar? Bisakah anda hentikan dulu tangisan anda dan menceritakan semua yang anda ketahui? Bos.. Maksud saya, Tuan Damian sangat ingin mengetahui apa yang terjadi." ucap Anton dengan nada suara lembutnya.

Pria itu bahkan mengeluarkan sapu tangannya untuk digunakan wanita itu. Sementara Sherly menerima perhatian itu dengan senang hati.

Menunggu hingga tangisan wanita itu reda, Anton meminta Damian untuk duduk di kursi. Lantas, dia sendiri berjalan keluar dari rumah sakit. Mencari pedagang kaki lima atau warung untuk membeli 3 botol air mineral.

Setelah mencari sekitar 5 menit di sekitar area luar rumah sakit, pria tersebut berhasil menemukan warung dan membeli apa yang sekarang ia butuhkan.

Dia berbalik, berjalan melewati pintu depan rumah sakit. Dengan langkah cepatnya, ia sedikit berlari melewati beberapa suster, dokter, pasien, dan keluarganya yang juga berada di tempat ini.

"Bos, minum dulu." ucapnya sedikit terengah engah sambil menyerahkan sebotol air mineral.

Damian menerimanya, begitu juga Sherly yang memang haus sedari tadi karena kelamaan menangis.

"Jadi Sherly, apa bisa kau menceritakan yang sebenarnya mengenai kondisi Adrianna tanpa ada drama lagi?" tanya Damian menatap tajam wanita yang duduk disebelahnya.

"Iya, aku akan menceritakannya." jawab Sherly dengan suara seraknya karena menangis.

"Tapi biarkan aku minum dulu." lanjutnya sambil membuka tutup botol.

Tunangan dari Adrianna itu hanya mendengus kesal, namun juga tak bisa berbuat apapun. Setelah beberapa tegukan, wanita itu menutup botol airnya. Lalu menoleh kearah pria yang sedari tadi terus saja memandangnya penuh dengan kemarahan.

"Kami sedang mengobrol di ruang tunggu yang disediakan toko saat itu. Pada awalnya Adrianna terlihat baik-baik saja, kami mengobrol seperti biasa dan tidak ada keanehan apapun. Sampai tak berselang lama, aku menghirup bau seperti telur busuk. Aku tentu menanyakan apakah Anna juga mencium aroma yang sama, tapi ketika aku menoleh, wajah Adrianna sudah memucat." ucap Sherly kembali mengingat kejadian yang berada di mall.

"Tangannya juga terus menekan perut, seperti menahan rasa sakit. Karena aku khawatir, jadi aku menyarankannya untuk pergi ke rumah sakit atau klinik terdekat. Tapi tunanganmu itu sangat keras kepala, dia menolak ajakan ku dan malah memintaku untuk mengantarkannya ke toilet. Sebab tak ada pilihan lain, aku memapahnya sampai ke toilet sambil menungguinya di depan." lanjutnya menceritakan apa yang terjadi.

"Saat itu aku menunggu sekitar 15 menit, sebab aku pikir Anna mungkin terkena diare biasa. tapi setelah menunggu 5 menit lagi, Adrianna tidak keluar juga. Cemas terjadi sesuatu didalam, aku mengetuk pintu bahkan sampai menggedornya, namun tidak ada balasan atau jawaban dari dalam. Akhirnya aku meminta bantuan manajer dan dia meminta penjaganya untuk mendobrak pintu tersebut. Saat pintu terbuka, aku menemukan Adrianna sudah tak sadarkan diri, tergeletak begitu saja dilantai. Barulah selanjutnya, aku membawa dia ke rumah sakit." ucap wanita itu mengakhiri ceritanya.

"Anton, mendengar cerita tersebut, apakah kamu menemukan sesuatu yang aneh? Sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk?" tanya Damian mengerutkan keningnya.

Ia sama sekali belum mengerti! Dari yang awalnya baik-baik saja, lalu mendadak sakit perut, ke toilet, kemudian pingsan.

"Hanya satu hal yang terfikir di otak jenius saya bos." balas Anton sambil mengelus dagunya pelan.

"Apa?" tanya sang atasan tanpa menoleh kearahnya.

"Mungkin nona Adrianna memang mengalami masalah pencernaan, bos!" jawab-nya enteng yang mendapat balasan delikan tajam.

Pria itu hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat melihat delikan sang bos. Dia merasa ucapannya tidak salah. bisa saja kan, wanita itu memang memiliki masalah pencernaan yang tidak ia ceritakan pada bos-nya.

.

.

.

TO BE CONTINUE.

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

wah..... Anton..... kmu bner2 jenius

2024-09-14

0

Narimah Ahmad

Narimah Ahmad

🤣🤣🤣🤣🤣 pandainya otak 🤣🤣🤣

2024-08-17

0

Dede Mila

Dede Mila

😂😂😂😂😂

2024-07-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 99 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!