BAB 8.

Adrianna yang masih berada di ruang tunggu mulai menyesap minumannya kembali, sembari memandang wanita muda yang baru saja keluar dengan mengerutkan kening.

Entah mengapa, dirinya merasa familiar dengan wanita tersebut. Namun sampai saat ini, dia lupa pernah melihatnya dimana.

Terlebih, pakaian yang wanita itu kenakan juga terlihat mirip dengan yang dimilikinya. Sayangnya pakaian miliknya berada di apartemen milik tunangannya.

"Ada apa, An? Kenapa kamu terus melihat ke arah pintu terus? Tenang saja, anggota staff toko pasti akan segera memanggil kita." seru sang sahabat sambil memakan cookies yang disediakan toko.

"Bukan apa-apa. Aku pikir, mungkin aku salah lihat tadi." balas Adrianna sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Salah lihat?" tanya sahabatnya heran.

"Iya. Sudahlah, tak perlu di pikirkan." balas Adrianna tak mau membahasnya lagi.

Wanita itu berfikir jika apa yang dilihatnya mungkin salah. Lagi pula, bukan hanya dia di dunia ini yang memiliki gaun putih seperti itu.

Melihat jika sahabatnya enggan melanjutkan, ia hanya mengangkat bahunya acuh. Toh, itu bukan urusannya juga.

Beberapa menit telah terlewati, minuman yang berada di gelas kedua wanita itu pun hampir habis. Barulah sang staff yang tadi mengantarnya masuk dan membawa mereka menuju ruang ganti.

Di sana, mereka kembali berpapasan dengan Auryn yang terlihat menjinjing banyak kantung belanjaan.

"Terima kasih karena telah berbelanja di toko kami. Semoga pelayanan kami dapat memuaskan anda." ucap sang staff sopan seraya mengantarkannya menuju pintu keluar

Auryn hanya menganggukkan kepalanya mendengar pernyataan staff. Lalu tersenyum simpul, ketika melihat sosok wanita yang di cintai mantan suaminya tengah mencoba beberapa pakaian yang ia bersama sahabatnya pesan.

Ia berbalik dengan langkah yang tenang, tanpa tahu jika didalam hatinya, wanita itu sudah tertawa terbahak-bahak.

"Kali ini kau masih bisa tertawa dan bersenang-senang bersama sahabatmu. Tapi jangan harap hal itu akan berlangsung lama." batin Auryn seraya memandang ke depan dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Adrianna, Damian, akan ada saat dimana masa-masa paling menyenangkan juga membahagiakan bagi kalian berdua, berakhir. Dan ketika saat itu tiba, akulah yang akan tertawa melihat penderitaan kalian berdua." lanjutnya membatin.

Auryn melanjutkan acara shopping-nya, menghabiskan tabungan pemilik asli yang tidak pernah digunakan. Membeli berbagai macam perlengkapan yang ia butuhkan, termasuk kebutuhan perut.

Tentu saja untuk makanannya saat ini, ia lebih memilih makanan siap saji di restoran. Perutnya sudah lama berbunyi, dan dari pada menambah penyakit, lebih baik dia segera melangkah kakinya menuju restoran terdekat.

Sedangkan disisi lain, terdapat perut wanita lain yang tiba-tiba saja mendadak sakit. Adrianna mulai meringis kesakitan, punggungnya mendadak berkeringat dingin, begitu pula kening dan leher yang kini mengeluarkan peluh.

Wajahnya pun nampak pucat, dengan tangannya yang bertengger manis di atas perut. Menekan perut itu, Adrianna terlihat sangat kesakitan. Hingga sebuah aroma menyengat membaui seluruh ruangan.

"Ugh, bau apa ini? Kenapa baunya seperti telur busuk?" tanya sahabat dari Adrianna.

Ia mengipasi bawah hidungnya dengan tangan kanan, berharap bau itu bisa segera menghilang. Bukan hanya dia saja yang sekarang menutup hidungnya, anggota staf serta tamu lain yang tak jauh dari keduanya pun melakukan hal yang sama.

Sementara di sisi-nya, Adrianna menundukkan kepalanya. Ia malu, karena bau itu keluar dari tubuhnya.

"Anna, apa kamu menciumnya juga? Bau itu benar-benar busuk kan?" tanya sang sahabat kemudian menoleh kearah wanita yang terus menunduk dari tadi.

Preetttt..

Suasana mendadak hening kala suara yang tidak di inginkan oleh Adrianna akhirnya keluar secara tidak sengaja.

"An, kamu?" tanya sang sahabat melirik wanita disampingnya.

Namun apa yang ia lihat kemudian membuatnya tersentak. Bagaimana tidak, saat ia menolehkan kepalanya untuk melihat sang sahabat, dirinya malah melihat wajah sahabatnya yang pucat pasi.

"An? Anna? Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba wajahmu mendadak pucat?" tanya sang sahabat sambil memegang bahunya.

Lalu ia melihat tangan sahabatnya menekan erat perutnya.

"An, kamu sakit perut? Kamu butuh ke toilet?" tanya sang sahabat yang diangguki Adrianna.

Ia kemudian teringat dengan bau menyengat yang dirinya cium sebelumnya. Mungkinkah bau itu berasal dari Adrianna?

Wanita itu menatap sahabatnya dengan tatapan aneh, namun tidak sekalipun Adrianna hiraukan. Fokusnya masih pada rasa sakit yang tengah ia rasakan.

"Sherly, bisa bantu aku ke toilet? Perut aku sakit banget?" ujar Adrianna meminta tolong pada sahabatnya.

"Oke, tapi apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit? Sepertinya kamu membutuhkan obat, An. Wajah kamu sudah sangat pucat sekarang!" jawab Sherly yang sedikit mengkhawatirkan sahabatnya.

"Itu tidak perlu. Cukup antarkan saja aku ke toilet, now!" balas Adrianna keras kepala.

"Baiklah-baiklah, kita berangkat." ucap Sherly mendesah lelah.

Dengan hati-hati, wanita itu memapah sahabatnya yang tengah kesakitan sampai ke depan bilik toilet.

"Kamu bisa tunggu aku di depan? Aku nggak akan lama." ucap Adrianna cepat.

Dengan tergesa-gesa, wanita itu memasuki ruangan dan langsung memasuki bilik toilet.

...

Di suatu tempat di dalam mobil, sesosok wanita bergaun putih kini dengan tenangnya duduk di bangku penumpang sembari menikmati jalanan macet ibukota.

Ia tersenyum simpul kala mengingat apa yang telah dirinya lakukan beberapa waktu yang lalu. Sambil memelintir sebagian rambutnya, ia mengeluarkan handphone-nya kemudian mulai meretas kamera CCTV toko yang mengarah menuju target yang tadi dia incar.

Jangan kaget, dengan bakat ingatan fotografis yang dimiliki tubuh ini, Auryn dapat mempelajari apapun yang dia inginkan dengan sangat mudah dan cepat.

Dengan cekatan, Auryn mulai mengutak-atik handphone-nya. Tak membutuhkan waktu lama baginya menemukan rekaman yang menunjukan tentang Adrianna dan sahabatnya.

Tangan kirinya sibuk mencari earphone miliknya, sementara tangan kanannya memegang handphone. Setelah menemukan apa yang ia cari, dengan cepat wanita itu memakainya.

Mata Auryn terpaku pada rekaman, apalagi saat melihat pil yang ia lemparkan pada minuman wanita itu mulai bekerja. Sudut bibirnya terangkat kala melihat sahabat dari Adrianna, mulai mencium bau tidak mengenakan yang Auryn tahu jelas berasal dari mana.

Ingin rasanya Auryn tertawa terbahak-bahak melihat keadaan musuhnya yang terlihat menyedihkan. Namun dirinya juga sadar diri, dia berada dimana.

"haha, terimalah hadiah pertemuan pertama kita dengan penuh kesakitan dan rasa malu. Kali ini, aku hanya mempermalukan mu di depan sahabatmu juga anggota staf butik. Tapi bagaimana di kemudian hari? Apakah kau sudah mempersiapkan mentalmu?" batin Auryn menyeringai.

Wanita itu kemudian mematikan handphone-nya. Ia tersenyum penuh kemenangan sambil menikmati macetnya jalanan ibukota.

Sampai akhirnya ia tiba di apartemen, Auryn turun dengan senyum merekah. Dia balas menyapa beberapa staff yang menyapanya.

Setibanya wanita itu di apartemennya, ia langsung menghempaskan tubuh mungilnya di sofa. Semua belanjaan, dia letakan di lantai dekat sofa begitu saja.

Sebelah tangannya ia letakan diatas kening, sembari memejamkan matanya sejenak untuk rehat.

sudut bibirnya terangkat ketika mengingat hal apa lagi yang bisa di lakukan pil itu.

...****************...

...****************...

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu terdengar, akan tetapi tidak ada jawaban dari dalam ruangan. Sekali lagi tangan wanita itu mengetuk pintu toilet, namun sama seperti sebelumnya. Hening, tidak ada jawaban atau balasan dari dalam.

"An? Anna? Kamu baik-baik aja kan didalam? Kamu gak apa-apa kan, Adrianna?" tanya Sherly terus mengetuk pintu toilet.

"Adrianna, please jawab panggilan aku. Kamu masih di dalam kan?" tanya wanita itu lagi, sembari mengerutkan keningnya.

"ADRIANNA?" panggil Sherly yang kini meninggikan intonasinya.

Ia bahkan sampai mengeluarkan handphonenya untuk memanggil tunangan dari sang sahabat.

Tut.. Tut.. Tut..

Dering telpon berbunyi disaat yang tidak tepat, karena Damian sendiri kini tengah dalam meeting bersama klien penting.

Tanpa melihat siapa yang menelponnya, pria itu segera me-reject panggilan yang masuk ke nomor ponsel-nya. Kemudian kembali fokus pada klien di depannya.

Namun Sherly juga tidak mudah menyerah. Wanita itu terus saja menelpon Damian, sambil terus mengetuk pintu toilet seraya memanggil-manggil nama sang sahabat.

"Cih, kenapa telpon ku selalu saja di reject olehnya? Apa yang sebenarnya tunangan dari Adrianna ini sedang lakukan? Apa dia tidak bisa merasakan jika wanita yang di cintainya tengah sakit?" tanya Sherly dengan menggerutu.

Karena panggilannya tidak di angkat juga, Sherly akhirnya mau tidak mau menyerah. Ia lebih memilih terus mengetuk, bahkan sampai menggedor pintu di sana.

Tak lama, sesosok wanita berseragam layaknya OG (Office Girl) datang mendekati perempuan yang terus mengetuk pintu.

"Loh, loh, mbak, ada apa ini? Kenapa mbak sampai menggedor pintu seperti itu?" tanya sang salah satu OG di toko pakaian tersebut.

"Ah, mbak! Begini, teman saya tadi tiba-tiba mengalami sakit perut. Makanya saya segera antar ke toilet. Tapi ini sudah lebih dari 20 menit sejak teman saya masuk, dan dia belum keluar juga." ucap Sherly menjelaskan.

"Saya benar-benar khawatir dengan teman saya, mbak. Apalagi wajahnya sangat pucat ketika saya antar kemari. Saya takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan di dalam sana." lanjutnya berkata dengan penuh kecemasan.

"Mbak tolong jangan khawatir, saya akan memanggil manager toko untuk menolong." ujar sang Office Girl.

"Terima kasih." balas Sherly.

OG tersebut hanya menganggukkan kepalanya sekali, kemudian berbalik dan berjalan pergi. Disisi lain, tak henti-henti nya Sherly mengetuk pintu. Membiarkan tangannya memerah akibat gedoran tersebut.

.

.

.

TO BE CONTINUE.

Terpopuler

Comments

Sita Sit

Sita Sit

yeyeee good job auryn,aku suka gayamu ,kerennnn

2024-09-17

0

Yan

Yan

Kesian deh jalang 🤣

2024-08-16

0

Ayu Dani

Ayu Dani

wkwkwkwk kasihan

2024-06-11

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 99 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!