QOM 18

Setelah di periksa oleh dokter, ghea di pindahkan di salah satu ruang rawat VVIP sesuai permintaan caca, tapi tak berselang lama ghea di pindah kan, aslan muncul di rumah sakit tersebut yang ternyata RS tersebut miliknya.

Saat dia masuk ke dalam ruang rawat ghea, di dalam sana ada 2 dokter yang baru saja memastikan ghea dalam kondisi baik-baik saja.

" Bagaimana kondisinya ? ". Tanya aslan sangat khawatir bercampur panik.

Kedua dokter senior yang di tanya langsung menunduk memberi hormat kemudian menjawab pertanyaan aslan, ternyata kedua dokter itu adalah dokter yang bekerja untuk keluarga dirga sehingga mereka tau ghea adik aslan.

" Nona ghea baik-baik saja tuan, nona hanya pingsan saja, mungkin karena terkejut dengan situasi yang baru saja dia alami ". Jelas salah satu dokter wanita itu.

Aslan menatap sendu adik kesayangannya yang terbaring pingsan, tapi dia kembali menunjukkan wajah datar serta tatapan dinginnya saat menatap kedua dokter di sampingnya.

" Siapa yang membawanya kesini ? ". Tanya aslan begitu dingin.

Kedua dokter tersebut langsung gugup ketakutan terintimidasi akan tatapan aslan saat ini, padahal mereka tidak melakukan kesalahan apapun.

" Seorang gadis yang mungkin usianya sedikit lebih tua dari nona ghea yang mengantarkan nona ghea kesini ".

" Kami tidak tau siapa gadis itu, tapi dia terlihat tulus menolong nona ghea, bahkan dia yang menyuruh kami untuk menghubungi tuan lewat ponsel milik nona ghea ".

" Dimana gadis itu sekarang ? ". Tanya aslan berniat menemui gadis yang menolong adiknya.

" Beberapa menit lalu gadis itu masih berdiri di depan ruangan ini, apa tuan tidak melihatnya di depan ? ". 

Aslan menautkan kedua alisnya, dia tidak melihat ada siapapun di depan ruangan ini saat dia masuk ke dalam ruangan ini.

Di tempat lain, caca baru saja masuk ke dalam mobilnya, dia masih berada di area rumah sakit.

" Hah ". Hembusan napas kasar terdengar.

Kepalanya dia sandarkan di setir mobil, perasaannya mulai kalut setelah mengetahui sesuatu barusan di dalam rumah sakit.

" Jadi dia adik mu ? ". Batin caca berusaha menenangkan emosinya yang mulai membuat pikirannya kacau.

Wajahnya memerah, emosinya semakin memuncak, ternyata dia baru saja mengetahui jika ghea adalah adik aslan dan pada saat itu juga caca mengerti kenapa ghea bisa memiliki alat pelacak yang dia ciptakan saat pertemuan kedua dia dan ghea di restoran.

Sebenarnya yang memicu amarah caca bukan masalah alat pelacak yang ada pada ghea, tapi akhirnya caca mengetahui siapa yang telah menyerang mafiosonya hanya karena ingin mencuri alat pelacak dari mafiosonya.

" Dimana dia ". 

Aslan baru saja keluar dari gedung rumah sakit, betapa terkejutnya dia saat tau bahwa caca yang menyelamatkan adiknya setelah dia mengecek rekaman cctv rumah sakit, sekarang dia buru-buru mencari mobil caca karena tadi dia cek mobil caca belum meninggalkan area rumah sakit.

" Tuan ". Salah satu mafioso menghampiri aslan.

" Kalian menemukannya ? ". 

" Wanita yang anda cari baru saja pergi, dia menggunakan mobil sport warna hitam ".

Tanpa basa-basi aslan bergegas menuju mobilnya berniat mengejar mobil caca.

Sepanjang jalan aslan mencari mobil caca, dia berharap bisa bertemu caca saat ini.

" Lacak mobilnya, kirim lokasinya padaku secepatnya ! ".

Aslan melempar ponselnya di kursi sampingnya, keinginan untuk bertemu caca begitu kuat sampai-sampai dia melupakan ghea yang masih berada di rumah sakit.

Tiba-tiba aslan teringat akan suatu hal yang berkaitan dengan caca yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, tanpa menunggu lama dia mulai melajukan kecepatan mobilnya dan mengambil jalan pintas, dia yakin caca sering mengambil jalan pintas kemanapun dia pergi.

Dan benar saja, dengan kecepatan penuh di depan sana aslan melihat ciri-ciri mobil yang sama seperti yang di laporkan mafiosonya tadi, akhirnya aslan semakin melajukan mobilnya menyusul mobil di depan sana.

Ckitttttt.

" Cih ! ".

Aslan berhasil menghadang mobil yang dia kejar dan memang benar itu mobil caca, aslan pun keluar dari mobilnya mendekat ke arah mobil caca.

Tok

Tok

Tok.

" Ca, buka pintunya sebentar, ada yang ingin aku omongin ". 

Kaca mobil caca sangat gelap jika di lihat dari luar sehingga aslan tidak bisa melihat apa yang sedang caca lakukan di dalam mobil, sedangkan caca ternyata sudah bersiap dengan pistolnya, emosinya kembali memuncak saat melihat wajah aslan.

Klek.

Pintu mobil caca perlahan terbuka, aslan sedikit menjauh memberi cela agar caca bisa keluar dari mobil.

DEG.

" Ada apa dengannya ? Apa dia marah lagi karna aku mengikutinya ? ". Batin aslan kebingungan melihat tatapan dingin yang caca arahkan padanya.

Tapi tiba-tiba perasaan aslan mulai tidak enak, seakan dia merasa hal buruk akan menghampiri mereka berdua sebentar lagi.

" Cih ". Aslan berdecih ketika menyadari ada pergerakan yang mencurigakan di area sekitar tempat mereka berhenti saat ini, apalagi di sekitar jalanan itu adalah hutan.

" Kau--- ". 

BLUSH.

DOR.

" Aarrgghh ". 

DEG.

Mata caca melebar sempurna, jantungnya berdetak sangat cepat, bahkan pistol di tangannya jatuh begitu saja ke aspal jalanan karena hal tak terduga yang baru saja dia alami.

Niatnya ingin menembak aslan saat emosinya meluap-luap, tapi tiba-tiba aslan memeluknya bertepatan satu tembakan peluruh melesat ke arahnya dan peluruh tersebut berakhir menyambar tubuh bagian belakang aslan yang tanpa ragu melindungi caca.

" Ka-kau ". Caca terbata-bata, tangannya mulai bergetar, matanya mulai meneteskan air mata tanpa mengeluarkan suara.

" Uhuukk ". Aslan batuk di sertai darah yang keluar dari mulutnya, ternyata peluruh tersebut mengenai organ vital aslan.

Menyadari tubuh caca bergetar hebat, aslan melepaskan pelukannya, dia tersenyum melihat caca, kedua tangannya membekap pipi caca dengan lembut.

" Jangan takut, tenangkan dirimu ". Ucap aslan berusaha menenangkan caca saat kondisinya memprihatinkan.

" Hei sadar, aku baik-baik saja tapi kamu harus masuk ke dalam mobilmu sekarang juga, aku tidak bisa melawan mereka jika kamu tidak masuk mobil ". Sambung aslan menyadarkan caca yang terlihat mulai berbeda.

" Mereka berani melukaimu ? Apa aku harus melenyapkan mereka ? ".

DEG.

Aslan terkejut, tatapan caca mulai berubah di sertai aura pembunuh yang mengerikan yang baru saja caca keluarkan mampu membuat aslan merinding saking badasnya caca saat ini.

" Hei, tenangkan--- ". 

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, aslan terdiam saat tangan kiri caca memegang lembut tangannya yang masih menempel di pipi caca.

" Luka di balas luka, mereka terlalu meremehkan ku ". 

DEG.

Caca tiba-tiba berjongkok mengambil pistol miliknya yang jatuh saking syok nya dia aslan terkena tembakan untuk melindunginya, dan akhirnya jiwa seorang Queen mafia terpicu keluar dengan sendirinya.

DOR.

DOR.

DOR.

Maka terjadilah aksi baku tembak antar caca dan para musuh yang ternyata memang berencana menunggu caca melewati jalan pintas tersebut untuk membunuh caca.

Tak bisa di pungkiri aslan yang lebih syok ketika melihat caca begitu mahir menggunakan senjata api, bahkan sekarang caca sedang bertarung 1 vs 8 musuh berbadan besar dan terlihat caca begitu unggul dalam pertarungan itu.

" Apa dia belajar bela diri juga menggunakan senjata api dari kakaknya ? ". Batin aslan tidak tau lagi harus bereaksi seperti apa.

DOR.

DOR.

" Cukup ! Caca hentikan ". 

Melihat lawannya tumbang di depan mata akibat di tembak sama aslan membuat caca mengarahkan pandangannya pada aslan, caca menatap tajam aslan seakan memberitahukan jika dia tidak suka ada yang mengusik pertarungannya.

Dengan cepat aslan mendekati caca, dia memeluk caca begitu erat seakan tidak ingin pelukan itu terlepas sebentar saja, untung saja semua musuh berhasil di tumbangkan.

" Hei tenang kan dirimu, aku baik-baik saja kok, ayo kendalikan emosi mu ". Ucap aslan lembut mencoba menenangkan caca, dia tau emosi caca sedang meluap-luap.

Aslan mengelus pelan kepala caca, perlahan emosi caca mulai meredah, tanpa sadar caca memejamkan matanya merasa nyaman dengan sikap lembut aslan padanya.

" Ayo ke rumah sakit ". Ajak caca perlahan membalas pelukan aslan.

Terkejut jelas aslan rasakan, dia tidak menyangka caca akan membalas pelukannya.

" Hmm, temani aku ke rumah sakit ". Balas aslan kemudian pelukan perlahan terlepas.

Caca menganggukkan kepalanya, akhirnya mereka berdua kembali ke rumah sakit tapi kali ini mereka pergi menggunakan mobil aslan dengan caca yang mengemudikan mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!