"Kamu udah janji enggak bakalan menemui aku lagi, tapi ini apa, Evan?." Tangis Nesha pecah di dalam pelukan seorang pria bernama Evan. Pria itu sengaja datang untuk menemui sekaligus menemaninya.
Nesha tidak memiliki tenaga untuk mendorong pria yang saat ini memeluknya erat. Namun begitu, sedari awal Nesha tetap memberinya izin untuk menemuinya. Padahal malam ini ada Mama Nur, Annisa dan Rafael yang ingin menemaninya di rumah sakit. Semuanya ia tolak sebab ingin menyelesaikan hubungannya bersama orang sedang memeluknya.
"Aku terlalu senang, Nes. Sejak siang perawat memberi tahu ku, aku sudah berusaha menahannya. Aku memberikan waktu pada semua keluargamu untuk menjadi orang pertama yang kamu temui. Tapi sekarang aku sudah tidak bisa menahan rasa ingin memeluk kamu, Nes."
Hening mengambil alih di dalam kamar inap Nesha. Nesha yang sudah mengantuk pun memejamkan matanya sambil menenggelamkan wajahnya semakin dalam pada dada pria itu.
"Tidur, Nes. Aku akan selalu menemani kamu" kata pria itu mendaratkan kecupan pada kening Nesha.
Malam semakin larut, dingin semakin terasa menyapa Nesha dan Evan yang berpelukan dalam satu tempat tidur yang sama. Evan memandangi wajah Nesha hingga bibirnya menyentuh bibir Nesha.
Nesha membuka matanya kala sapuan lembut itu membuatnya tersadar. Nesha tidak mampu melayangkan protes sebab ia juga sangat menginginkan dan menikmati sentuhan Evan.
Cukup lama keduanya bermain bibir sampai-sampai mereka kehabisan oksigen. Keduanya manarik wajah mereka hingga berjarak. Evan mengusap lembut permukaan bibir Nesha yang basah.
"Anak-anak kamu sangat tampan-tampan. Mereka seperti Mama nya." Evan menyadarkan kepala Nesha pada dadanya.
"Kamu sudah bertemu mereka?."
"Iya, aku melihat mereka saat aku pertama kali menemukannya di Mall. Lalu di depan ruangan kamu saat aku keluar."
Nesha menjauhkan kepalanya dari dada Evan, menggantikannya dengan tangan. Kemudian ia mendongak menatap Evan tak percaya.
"Yang membawa anak-anak siapa?." Nesha sangat panik. Ia tidak mengharapkan dari keluarganya ada yang bertemu dengan Evan.
"Annisa kemudian Rafael."
Deg
Nesha menggelengkan kepalanya sambil menatap intens Evan. Sekarang ia yakin harus segera mengakhiri hubungannya bersama Evan sebelum semua orang mengetahuinya.
"Kamu tinggalkan aku sekarang juga!. Hubungan kita sudah selesai. Jangan pernah ganggu aku lagi, Van! Kamu udah janji sama aku!."
"Tenang dulu, Nes! Mereka tidak tahu aku ini kekasih gelapmu. Mereka hanya tahu kalau aku ini temanmu. Jadi wajar kan seorang teman mengunjungi temannya di rumah sakit?." Tidak mudah bagi Evan untuk melepaskan Nesha. Apalagi sejauh ini hubungan mereka sangat manis tanpa konflik.
"Aku tidak peduli itu, Van! Aku maunya kita akhiri hubungan ini!" Nesha tetap menghendaki adanya perpisahan. Ia tidak ingin mengambil resiko apapun dari hubungan asmaranya bersama Evan.
Evan bangkit dan berdiri, ia merapikan pakaiannya. Kemudian ia duduk di sofa, mengambil air mineral lalu meneguknya hampir habis. Hubungannya harus berakhir karena Nesha lebih memilih hidup bahagia bersama Rafael dan kedua putra mereka. Nesha telah membuangnya. Cinta dan kasih sayang Evan selama ini terhadap perempuan itu sangat tulus. Kalau pun Nesha memaksanya untuk menjauh pergi, maka ia bersedia melakukannya.
Nesha menatapnya lembut, sebab bagaimana pun Evan adalah pria yang selalu ada di saat ia membutuhkannya.
"Apa kamu yakin bisa tanpa aku, Nes?." Evan bertanya setelah berhasil menguasai emosinya.
Nesha segera mengangguk, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa lepas dari Evan.
"Baik, kalau itu mau kamu. Mulai detik ini aku tidak akan menemuimu lagi. Aku akan melupakan kamu." Evan bangkit dan segera keluar dari kamar inap Nesha. Ia begitu terluka, ternyata Rafael yang dipilih dan diinginkan Nesha. Bukan dirinya.
Nesha menatap pintu kamarnya yang tertutup. Evan mengatakan kalimat yang cukup membuatnya sedih. Selain sangat mencintai Rafael ternyata ia juga sedikit mencintai Evan.
"Maafkan aku, Evan." Gumamnya sambil menghapus air matanya.
Keesokan paginya...
Mama Nur sudah bisa kembali tertawa setelah tadi malam gelisah dan khawatir karena demam yang dialami si kembar. Ternyata bukan hanya Mama Nur saja, Rafael dan Annisa pun sama. Mereka benar-benar terjaga sampai pagi guna memastikan anak-anak itu tidak demam lagi. Hingga Rafael mengabaikan badannya yang menggigil akibat demam tinggi.
Di teras depan, Mbak dan Mama Nur sedang duduk menghadap matahari. Ada Hasan dan Husein yang sedang berjemur dengan kedua mata mereka yang tertutup kain. Sesekali Mama Nur memijat pelan tubuh Hasan yang ada di atas pangkuannya.
"Nenek, Husein juga mau dipijat" Suara Mbak menirukan suara anak kecil. Seolah-olah itu Husein yang bicara pada nenek nya.
Mama Nur menoleh ke arah Husein yang anteng dengan posisi telentang. "Nanti ya nenek pijat, sekarang Hasan dulu."
"Iya, nenek." Sahut Mbak masih menirukan suara anak kecil
Kini berganti posisi, Hasan yang sudah selesai dipijat tidur di atas pangkuan Mbak. Sekarang giliran Husein di atas pangkuan Mama Nur dan mendapatkan perlakuan sama dari neneknya. Tangannya mulai mengurut pelan bagian punggung Husein.
Setelah sesi berjemur selesai, Mama Nur akan membawa si kembar menemui Mama nya di rumah sakit. Meski Annisa sudah melarangnya karena takutnya akan demam lagi setelah dari rumah sakit. Mungkin saat ini daya tahan tubuh kedua anak itu sedang tidak baik-baik saja.
Sementara itu di dalam kamar, Rafael baru selesai sarapan dan minuman obat untuk yang kedua kalinya. Pria itu begitu menikmati dilayani dan diperhatikan oleh Annisa. Serasa menjadi suami seutuhnyanya jika seperti ini.
"Kalau demam kamu belum turun juga, ke rumah sakit aja sekalian menemani Nesha." Annisa menyarankan para Rafael. Pria itu terbaring lemas dengan selimut tebal yang menutupi badan.
"Saya di rumah saja, nanti kalau di rumah sakit saya semakin sakit. Nanti malah menular pada Nesha." Rafael menolak untuk dibawa ke rumah sakit dengan alasan itu.
"Terserah kalau itu mau kamu, sekarang saya harus ke rumah sakit mengantarkan Mama Nur. Kamu saya tinggal di rumah sendirian."
Rafael hanya mengangguk sambil menarik selimut.
Annisa yang sudah selesai menyiapkan keperluan si kembar bergegas keluar. Meninggalkan Rafael yang sudah memejamkan matanya.
.
.
.
.
Nesha cukup kecewa karena Rafael tidak ikut menjenguknya. Ya, walau ia tahu Rafael sedang demam tinggi. Namun kehadiran si kembar menggantinya dengan sebuah kebahagiaan. Nesha mencoba menggendong Hasan dan Husein secara bergantian meski hanya beberapa saat saja.
Drt...drt...drt
Annisa mengambil handphonenya yang bergetar di dalam tas, ia melihat panggilan masuk dari Rafael. Ia pun menghindar dari mereka guna menjawab panggilan tersebut.
"Nis, pulang ya sekarang. Kepala saya pusing banget, saya juga muntah-muntah."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Maulida Hayati
Pasangan yang masalahnya kompleks.
2024-10-07
1
Bang Ipul
addeh yg istri punya selingkuhan lakinya punya hati ama kakak iparnya ruwet inimah
2024-08-18
0
Neulis Saja
ah kau Rafael gimana dgn istrimu kalau kau jatuh cinta sama kakak iparmu
2024-08-03
0