Bab 16. Kedatangan Alka di Rumah Dokter Yuda

Yuda dan Arya sangat bahagia melihat kondisi ibunya yang semakin membaik setelah keberadaan Diva di rumahnya.

Kebahagiaan mereka begitu lengkap, walaupun ada yang masih mengganjal di hati Yuda, dia punya tanggung jawab besar untuk mencari tahu tentang identitas Diva yang sebenarnya.

"Mama tadi sudah minum obat?" tanya Yuda sebelum pria itu berangkat kerja.

Walaupun kondisi istrinya sudah membaik, tapi ia tak menghentikan pengobatan istrinya sampai Indira bisa dinyatakan sembuh total.

Selama kesadarannya, semua tugas diberikan pada Diva, mulai dari memberinya makanan dan juga memberinya obat secara teratur.

"Buat apa minum obat? Mama sekarang sudah sembuh Pa, nggak perlu minum obat lagi. Diva merawat Mama begitu baik, jadi Mama sudah tidak butuh obat lagi," bantah Indira.

Indira merasa dirinya benar-benar sudah pulih seperti sedia kala setelah mendapatkan perawatan khusus dari Diva.

Bahkan dia juga mengingat siapa yang sudah menjadi dalang dibalik hilangnya bayi yang dilahirkannya di rumah sakit delapan belas tahun yang lalu.

"Ma, biarpun Mama sudah sembuh, tapi Mama tetap harus minum obat dengan teratur. Jangan mengabaikan kesehatan. Diva sendiri juga masih sakit, dia masih butuh perawatan intensif, jadi Mama nggak harus bergantung padanya terus," nasehat Yuda.

Yuda khawatir dengan kesehatan Diva yang kembali menurun. Mungkin karena kelelahan ikut merawat Indira, dan juga efek dari kandungannya yang masih berusia muda.

Mau tak mau, Indira harus mengikuti peraturan suaminya, dia sendiri juga tidak tega melihat anak perempuannya kembali sakit.

"Baiklah, aku akan minum obat teratur, tapi Papa juga lakukan sesuatu buat anak kita. Papa harus pikirkan gimana agar wajah Diva tidak cacat seperti itu. Kasihan Pa, dia masih sangat muda, kalau dia cacat muka, laki-laki mana yang akan mendekatinya?"

Obrolan mereka berdua terdengar oleh Diva. Gadis itu kembali menangis dengan memegangi wajahnya yang terasa kasar dan belang hitam, tak lagi cantik dan enak dipandang.

Semenjak tinggal di rumah dokter Yuda, dia tidak pernah keluar rumah, dia hanya beraktivitas di dalam ruangan, dan tidak banyak orang yang mengetahuinya, terkecuali orang-orang yang bekerja di rumah dokter Yuda.

"Iya, Mama tenang saja, Papa akan usahakan secepatnya untuk melakukan operasi plastik terhadap Diva. Papa juga sangat kasihan padanya, gara-gara perbuatan orang terkutuk, anak kita dijadikan korban. Aku sangat yakin sekali anak itu didorong ke jurang dan sengaja ingin dilenyapkan. Untung saja Papa lekas menemukannya, kalau tidak, Diva tidak akan terselamatkan."

Diva meremas gaun yang dipakainya erat-erat. Hatinya ingin menjerit, ia bahkan tidak bisa mengingat apapun, apalagi bisa mengingat jurang tempatnya terjatuh.

Ingin sekali ia datangi tempat itu dan berharap bisa mengingat kembali kejadian buruk yang dialaminya.

"Tapi Papa yakin kalau gadis itu Diva anak kita yang hilang, kan?"

Ada kegelisahan yang mendalam di hati Indira. Ia masih takut jika harapannya tidak sesuai dengan keinginannya. Gadis yang dianggap anaknya, ternyata bukan yang dia dicari, tapi Diva yang lain.

Dia menangis sesenggukan menguping pembicaraan mereka di belakang pintu. Ia juga takut jika saja Indira tiba-tiba berubah dingin dan tak lagi menyayanginya, padahal dia sudah terlanjur menyayanginya dan menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri.

"Apakah Mama meragukan kalau dia itu anak kita?"

Yuda balik bertanya pada Indira, karena tak suka dengan pertanyaan Indira yang sudah meragukan Diva sebagai putrinya.

Dari awal Yuda sudah sangat yakin gadis itu bisa merubah kondisi istrinya yang tengah terpuruk oleh masalalu yang kelam. Dia juga punya keyakinan bahwa gadis itu terlahir untuk  keluarganya, karena memiliki kemiripan dengan istrinya, walaupun kadar kecantikannya sudah hilang tertutup oleh luka yang hampir merata membuat wajahnya tak semulus orang lain pada umumnya.

"Tidak Pa, Mama tidak meragukannya, Mama hanya takut kehilangannya. Mama sayang sama Diva, Mama tidak siap jika dia pergi dari sini. Mama ingin menjaganya Pa, tolong lakukan apapun agar dia bertahan di sini bersama kita. Satu hal lagi Pa, cepat lakukan tindakan operasi untuk membuat wajahnya kembali cantik. Mama sangat yakin sekali kalau Diva sebelumnya memiliki wajah yang sangat cantik."

Diva merasa lega karena ketahuan Indira kembali memudar, dan kini wanita itu berharap agar dirinya tidak pergi dari kehidupan mereka.

***

Arya kembali bersama seseorang yang memiliki profesi sama seperti dirinya.

Karena sudah saling mengenal sudah cukup lama, Arya mengajaknya pulang bersamanya.

Dia juga akan memperkenalkannya dengan kedua orang tuanya, karena tempat dinas temannya itu dipindahkan ke rumah sakit keluarganya.

"Ini Rumahmu, Arya?"

Arya mengangguk. "Iya, ini rumahku , lebih tepatnya lagi ini rumah orang tuaku. Aku masih belum memiliki rumah pribadi. Aku masih numpang sama orang tua."

Kedua pemuda itu masuk ke dalam rumah dan mendapatkan sambutan hangat dari Yuda dan juga Indira.

"Pa, ini Alka, dia dokter spesialis bedah yang akan bertugas di rumah sakit Pelita Harapan. Dia datang dari Jakarta, dan akan mengadu nasib di sini."

Arya mengenalkan Alka pada orang tuanya yang tak lain pemilik dari rumah sakit Pelita Harapan.

Dokter Yuda memang membutuhkan dokter spesialis bedah, karena kurangnya tenaga kerja dokter di rumah sakitnya, ia meminta Arya untuk mencarikan dokter ahli bedah, dan ternyata Arya sendiri memiliki teman yang memiliki profesi seperti yang tengah dicari oleh orang tuanya.

"Oh, jadi ini yang namanya dokter Alka. Halo, senang berjumpa dengan anda dokter Alka, semoga anda bisa bekerja sama dengan baik di rumah sakit Pelita Harapan."

Mereka berdua saling berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri.

Alka sengaja ingin pindah dinas kerja karena malas dengan orang tuanya yang selalu mendesaknya untuk menikah kembali setelah kepergian istrinya yang belum diketahui keberadaannya.

Ada lowongan kerja di luar kota, ia langsung menerimanya tanpa berpikir apakah ia akan nyaman  bekerja di rumah sakit Pelita Harapan, milik orang tua  Arya yang tak lain sahabatnya sewaktu mereka masih kuliah.

"Terimakasih banyak Om, sudah memberikan saya izin untuk bekerja di tempat Om. Saya janji akan bekerja dengan baik seperti yang Om harapkan. Tapi sebelumnya saya juga harus mencari tempat untuk tinggal, karena rumah saya lumayan jauh dan nggak mungkin juga saya harus bolak-balik ke luar kota."

Yuda sangat senang jika Alka mau tinggal bersamanya, dengan begitu ia bisa banyak memberikan motivasi pada Alka karena ia belum mengetahui kinerja Alka.

Indira maupun Arya juga tidak keberatan jika Alka tinggal di rumahnya untuk sementara waktu sampai Alka mendapatkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerjanya.

"Kurasa untuk sementara waktu tinggalah di sini bersama kami, besok, aku berencana untuk mengajakmu ke rumah sakit tempatmu bekerja untuk melihat-lihat situasi di sana. Bagaimana pendapatmu? Apa kamu menerima tawaran kami?"

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!