Di perjalanan menuju rumah sakit, tak berhenti Diana mengeluh kesakitan.
Terlalu keras dorongan tangan Karin yang membuatnya jatuh cukup parah hingga membuat perut bagian bawah langsung kram.
Sebelumnya Diana memang mengalami mual dan muntah beberapa hari terakhir, tapi dia tetap diam tidak pernah berani mengadu pada orang lain, tentunya pada suaminya.
"Ma, apakah jarak menuju rumah sakit masih jauh? Bisakah dipercepat bawa mobilnya? Aku sudah tidak tahan."
Diana terpaksa mau diantar oleh mertua dan juga wanita yang dianggap sebagai pengganggu rumah tangganya, tapi demi keselamatannya, ia tidak bisa berpikir egois.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi Malena dan juga Karin. Merasa ada kesempatan emas untuk membuat Diana hancur, sehancur hancurnya.
"Diamlah! Atau aku akan meninggalkanmu di sini!"
Diana tersentak menatap sekeliling jalanan yang nampak begitu sepi.
Jalanan yang terjal dan ia yakini itu bukan jalan menuju rumah sakit kota.
Sebelum ia pernah diajak suaminya ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan, dan sangat berbeda dengan jalanan yang dilewati oleh mertuanya.
"Loh Ma, apa benar ini jalan menuju rumah sakit? Tapi kok beda banget seperti yang aku lalui bersama mas Alka. Mama nggak lagi bohongin aku kan?"
Tiba-tiba terbesit rasa curiga dengan keberadaannya saat ini. Dengan menahan rasa sakit, ia menatap jalanan yang semakin mengarahkannya ke dalam hutan.
Degup jantungnya mulai tak beraturan, ada rasa takut, panik, khawatir menjadi satu.
"Yang ingin membawamu ke rumah sakit itu siapa hum? Jangan mimpi! Kau pikir kami akan membawamu ke rumah sakit gitu? Enak sekali. Kau tidak akan mendapatkan pengobatan, apalagi perawatan. Wanita penyakitan seperti dirimu tak pantas untuk tinggal bersama kami! Atau kau ingin melihatku menikah dengan suamimu?"
Karin tersenyum puas karena berhasil mengeluarkan Diana dari kediaman Alka, dan dia berjanji tidak akan pernah membuatnya kembali lagi.
Diana seperti tak berdaya, selain tubuhnya kesakitan, ia juga dihujam masalah yang begitu besar.
Terlalu mempercayai mertuanya yang akan membantu membawanya ke rumah sakit, sampai ia tak memikirkan nyawanya kini telah terancam.
"Mbak, tolonglah aku. Jangan lakukan apapun padaku, aku tidak bersalah. Kalau memang kalian tidak menyukaiku, antarkan saja aku ke rumah orang tuaku, jangan menyiksaku seperti ini."
Dengan wajah paniknya, ia memohon-mohon agar tidak ditinggalkan di tempat yang masih belum dikenalinya.
Sudah lumayan jauh perjalanannya dan mengarah ke bukit, membuat dirinya mulai sadar bahwa mereka tidak benar-benar membawanya ke rumah sakit, tapi sengaja ingin membuangnya.
Dengan tangan gemetaran, dia menahan tangan Karin yang tengah menyetir hingga membuat hingga membuat Karina tidak fokus.
"Diam kamu Diana! Jangan ganggu Karin menyetir. Kita bisa celaka!"
Malena membentak sekaligus menarik dengan kuat tangan Diana dan mendorongnya cukup keras hingga terpental ke kursi.
Diana kembali mengerang kesakitan, namun tak ada kepedulian sama sekali di hati Malena maupun Karin.
"Argh! Mama ..., perutku sakit sekali."
Diana sendiri juga tidak tahu kenapa tiba-tiba perutnya mengalami kejang yang berlebihan. Terakhir memeriksanya, dia tengah dinyatakan telat datang bulan, tapi ia belum sempat cerita pada suaminya.
Tujuannya ingin kembali ke rumah sakit ingin menanyakan soal kandungannya yang tiba- tiba kram, karena dokter menyarankan, jika mengalami keluhan kejang atau ada masalah lain, wajib untuk diperiksakan.
"Dasar wanita penyakitan! Memangnya aku peduli dengan penderitaanmu! Jangan harap aku iba padamu, enyahlah saja dirimu!"
Kembali Malena mengulurkan tangannya dan mendorong kepala Diana hingga membentur ke pintu mobil, tak mempedulikan berapa sakit yang dialami oleh menantunya.
Diana hanya bisa menangis, tak memiliki kekuatan buat melawan. Kini ia hanya pasrah, jika pun harus mati di tangan mertuanya sendiri.
"Itu akibatnya jika ingin bermain-main denganku. Aku dari awal tidak pernah menyukaimu, tapi kau sangatlah tidak tau diri, masih juga tinggal di rumahku, tapi sekarang ..., jangan pernah berharap aku akan membawamu kembali. Aku tidak akan pernah membawamu kembali pada putraku. Pergilah dari kehidupan Putraku!"
Terlalu kejam Malena tidak memiliki rasa iba sedikitpun, walaupun Diana meminta ampun untuk tidak diperlakukan dengan buruk.
Kebenciannya pada Diana sudah mendarah daging. Walaupun Diana tidak pernah membuat ulah, benci tetaplah benci, tak akan pernah bisa tergantikan oleh cinta dan kasih sayang.
"Tante, kurasa tempat ini sudah aman. Di sini juga sangat sepi, jadi tunggu apa lagi?"
Karina menghentikan mobilnya dan melihat ke sekeliling tempat itu. Di bawah sana terdapat sungai yang lumayan jauh dari atas bukit.
Hanya ada kesunyian dan semak belukar yang jauh dari tempat keramaian.
Malena membuka kaca mobilnya dan ikut mengamati ke area sekitar. Memang nampak begitu sepi tak ada seorangpun yang berpapasan dengan mobilnya.
"Hmm, kurasa kau memang benar. Tempat ini memang cocok buat membuang sampah. Biar saja sampah itu membusuk menjadi kotoran di sini."
Tatapannya kembali mengarah pada Diana yang nampak pucat tak bertenaga.
Dia dan juga Karin membuka pintu dan melihat ke sekeliling tempat itu untuk memastikan bahwa tempat itu benar-benar aman untuk melakukan aksinya.
Mereka berdua saling main mata memberi kode untuk segera melakukan pelenyapan terhadap Diana.
"Mampuslah kau wanita murahan! Kau akan menjadi bangkai dan akan dimakan oleh binatang buas di sini!"
Karin berjalan memutari mobilnya dan membuka pintu di sebelah Diana.
Dengan gerakan cepat tangannya menarik Diana untuk dimintanya keluar dari mobilnya.
"Ayo cepat keluar!"
Dengan suara lantangnya ia membentak Diana dengan menariknya begitu keras.
Diana meringis kesakitan, menahan diri untuk tidak mau keluar, karena ia yakin mereka akan melakukan kejahatan terhadap dirinya.
"Mbak, jangan! Aku mohon jangan lakukan itu padaku. Antarkan saja aku ke rumah orang tuaku. Aku janji tidak akan mengganggu kehidupan kalian."
Dengan berpegangan erat di kursi, Diana keukeh untuk tidak mau keluar dari mobil, namun tak putus asa, Karin tetap menarik tangannya.
Malena yang melihat Karin agak kesulitan mengeluarkan Diana, ia pun ikut memberikan bantuan terhadap wanita itu.
Dia masuk ke dalam mobil dan mendorong Diana dari dalam agar bisa keluar.
"Jangan buat kami semakin menggila Diana! Ayo lekas keluar! Kau itu hanyalah sampah yang bau! Sangat tak pantas mobil mewah ini dibuat untuk mengangkut sampah. Lekas keluar! Atau aku akan menendang perutmu!"
Dengan mendorong punggung Diana dari belakang, membuat Diana terhuyung dan keluar dari dalam mobil.
Karin menariknya untuk menjauhi mobilnya hingga membuat Diana terjatuh ke tanah.
"Kalian itu sebenarnya mau apa? Aku hanya wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa. Kalau kalian memang tidak menginginkanku tinggal di rumah kalian, kalian bisa memulangkanku pada orang tuaku! Apa kalian pikir dengan cara seperti ini hidup kalian bakalan tenang? Kalian salah," ucapnya dengan meringis menahan sakit.
"Ayo berdiri!"
Karin maupun Malena dengan menatapnya tajam, mereka mendekati Diana dan memintanya untuk berdiri.
Karin menarik tangan Diana dan membuat Diana sempoyongan dan berakhir berdiri dengan posisi membungkuk.
"Kau ingin menyumpah serapahi kami huh? Apa kau pikir sumpahmu bakalan berlaku buat kami. Kau berharap kami mendapatkan karma karena kau merasa terzolimi? Sebelum mati aku katakan padamu, aku puas bisa menyingkirkanmu!"
Malena langsung mendorong kuat tubuh Diana dan membuatnya terpental ke bawah, dan mereka langsung meninggalkannya begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Rara Nospan
sadis bangat😭😭😭
2025-03-11
0
Muhyati Umi
orang jahat cocoknya cama orang jahat. maleka sama Karin sama2 jahat
2024-08-24
1
Ma Em
Semoga saja Diana selamat dari kekejaman mertua dan Karin dan segera ditemukan oleh orang tua kandungnya untuk balas dendam pada kedua orang biadab yg tdk punya hati
2024-05-06
2