Bab 03. Siksaan Batin

Diana menjalani hari-harinya penuh dengan hinaan dan lontaran kata-kata kotor yang keluar dari mulut keluarga suaminya.

Demi kesetiaannya terhadap sang suami ia rela dicaci maki oleh mertua dan juga saudara dari suaminya.

Hanya karena ia orang miskin, ia dianggap sampah dan tidak  pernah dihargai di rumah besar itu.

"Heh, kamu! Dari tadi kamu ngapain aja! Ini cucian kotor menumpuk, belum lagi rumah masih berantakan, bisa-bisanya kau sesantai itu. Jangan mentang-mentang anakku sudah memintamu untuk tidak melakukan aktivitas kamu jadi pemalas seperti ini. Orang itu kalau mau kaya ya harus bekerja, bukan cuma malas-malasan gitu! Tujuan kamu nikah sama anak saya hanya ingin menguras uangnya saja kan?"

Tuduhan buruk hampir setiap hari diterima oleh Diana, hatinya sangat sakit, tapi ia paksa buat bertahan.

Suaminya selalu memberinya nasehat agar tidak terlalu dekat dengan mertuanya dan juga mengabaikan apa saja yang dikatakan padanya.

Meskipun demikian, yang namanya perasaan tidak bisa dibohongi, ia benar-benar tersiksa batin tinggal satu atap dengan mertuanya.

"Maaf Ma, aku masih pusing, jadi kuputuskan untuk beristirahat. Nanti kalau udah enakan, aku janji akan membereskan semuanya. Sekarang izinkan aku buat istirahat sebentar saja, Ma."

Tiga bulan ia membina rumah tangga, Diana tidak pernah bermalas-malasan. Tanpa sepengetahuan suaminya ia selalu mengerjakan semua pekerjaan rumah yang diminta oleh mertuanya, tapi kali ini ia benar-benar sangat lelah dan tidak punya kekuatan untuk melakukan aktivitas.

Merasa diremehkan oleh menantunya, membuat Malena semakin emosi. Sudah dibenci, namun tidak membuat Diana lekas pergi dari rumahnya, dan kini semakin nyaman saja wanita itu tinggal di rumahnya yang begitu mewah.

"Jangan banyak alasan kamu! Rumah ini bukan tempat penampungan orang miskin, kalau bukan karena anak saya, saya tidak akan rela lantai saya diinjak oleh manusia kotor sepertimu! Sampah tetaplah sampah, tidak akan pernah menjadi permata. Kalau bukan karena putraku, kupastikan kau akan kutendang dari sini."

Begitu menyayat hati lontaran kata-kata kasar yang terucap dari mulut mertuanya, sekuat apapun ia bertahan, tetap saja ia ingin menyerah.

Suaminya meminta untuk bersabar dulu, karena jika sudah tiba waktunya, ia akan diajak pindah ke rumah pribadinya yang kini masih proses pembelian, tapi harus sampai kapan ia bertahan satu atap dengan orang-orang yang sombong dan suka merendahkannya?

Harga dirinya sudah diinjak-injak, ia paham sangat tak pantas berdampingan dengan Alka, tapi Alka selalu mendesaknya untuk mau dinikahi, dan akhirnya ia mengalah setelah Alka meyakinkan tidak ada perbedaan diantara mereka.

"Ingat Diana! Di sini kau bahkan tidak punya hak apa-apa, walaupun kau sudah menjadi istri dari putraku, bukan berarti saya sudah merestui hubungan kalian. Tidak akan," ucapnya dengan gelengan kepala dan tatapan yang dipenuhi oleh kebencian. "Sampai kapanpun saya tidak akan pernah memberikan restu buat kalian. Sebagai orang tua, kami sangat menyesal dengan anak kami yang tiba-tiba datang membawa perempuan udik sepertimu."

Dengan kasar tangan Malena menyodok pelipis Diana hingga membuatnya terhuyung.

Diana menangis, begitu kejamnya dunia terhadap orang-orang yang miskin seperti dirinya, bahkan tak seorang pun yang menaruh rasa simpati kepadanya.

'Ya Tuhan, hamba tidak kuat, hamba ingin menyerah. Jika saja hamba pergi dari sini tanpa izin dari suami hamba, apakah dia mau memaafkan hamba?'

Rasanya Diana ingin menjerit sekeras-kerasnya, namun ia cukup tau diri, tempat yang dipijaknya saat ini bukanlah miliknya, ia harus tetap memiliki etika.

Diana sering sekali ditinggal dinas di luar kota dan selalu mendapatkan perlakuan buruk dari keluarganya suaminya. Alka tidak pernah tahu jika istrinya sering mendapatkan perlakuan buruk dari orang tuanya, karena Diana sendiri tidak pernah mengadu mengenai keburukan mereka.

"Lekaslah pergi buat belanja, tak ada sedikitpun makanan yang tersisa. Isi penuh tas ini dengan berbagai macam sayuran dan lauk yang bergizi."

Malena melemparkan tas belanja itu ke muka Diana dan ditangkap oleh Diana dengan kedua tangannya.

Sangatlah tidak punya sopan sama sekali perlakuan mereka, Malena memang sengaja bersikap kasar padanya, berharap Diana tidak nyaman dan segera pergi dari rumahnya.

"Kenapa masih bengong di situ! Ayo buruan pergi! Tunggu apa lagi!"

Dengan suara lantangnya Malena membentak Diana hingga membuatnya terkejut.

Degup jantung Diana tak beraturan mendapatkan pelototan dan bentakan dari mertuanya, untungnya tubuhnya yang lemah gemetaran tak membuatnya pingsan.

"Kalau disuruh belanja sebanyak itu mana aku punya uang Ma? Bahkan sekarang Aku hanya punya uang Rp 20.000,- mana cukup kalau mama memintaku untuk membeli sayuran dan juga lauk pauk sebanyak itu. Mungkin aku hanya bisa membeli tahu sama tempe saja ma," bantah Diana.

Hampir setiap belanja ia tidak pernah diberi uang, bahkan dengan seenaknya sendiri mertuanya meminta untuk dibelikan berbagai macam sayuran, lauk dan juga buah-buahan. Alka sendiri tidak setiap hari memberinya uang, bagaimana bisa ia membeli makanan sebanyak itu?

"Heh! Jangan banyak bac*t kamu ya! Kau pikir aku ini ATM yang bisa kau peras? Pakai alasan nggak punya uang dan hanya ingin membeli tahu tempe saja! Nggak bisa! Kau harus dapatin semua yang kuminta. Aku nggak peduli kau punya uang atau tidak, itu bukan urusanku! Lebih baik sekarang lekas pergi!"

Dengan berkacak pinggang dan bola matanya melotot nyaris keluar, Malena berapi-api memarahinya.

Diana hanya diam sembari memikirkan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan semua itu, sedangkan uangnya hanya tersisa dua puluh ribu didompetnya.

Dengan berjalan menuju kamarnya ia menggumam. Tinggal di rumah mertua berasa berdiri di atas duri.

'Ya Tuhan, aku harus minta uang sama siapa? Mas Alka juga belum pulang, mana berani aku menghubunginya untuk meminta uang, tapi uang segini mana cukup buat belanja? Ini bukan di desa? Kalau di desa aku masih bisa berhemat, tapi di kota besar, semuanya serba mahal.'

Diana benar-benar tidak punya cara untuk pergi ke pasar. Ia mengambil bingkai foto yang berisikan uang yang dibentuk perahu sebagai mas kawin yang sengaja ia simpan, sebenarnya ia tidak ingin menggunakan uang tersebut, dan ia akan menjadikannya sebagai simbol pernikahannya.

"Maafkan aku mas, aku sangat terpaksa mengambil uang mas kawin ini untuk kebutuhan rumah tangga. Ini bukan kemauanku, tapi ibumulah yang memaksaku untuk membeli banyak makanan tanpa memberiku sepeser uang. Aku tidak punya cara lain, aku terpaksa harus mengambil sebagian."

Kembalilah Diana keluar kamar untuk menemui mertuanya kembali, saat berada di ruang keluarga, ia mendapati seorang wanita muda yang cantik dengan dandanan agak mencolok.

Mertuanya langsung memberikan sambutan hangat pada wanita itu dan membawanya duduk.

"Ayo sini Karin, duduklah. Tante sangat merindukanmu, sudah cukup lama kita tidak bertemu, tidakkah kau merindukan Tante?"

Mereka berdua saling merangkul bercanda tawa bersama hingga melupakan keberadaan Diana yang berdiri di samping bufet.

Diana berpikir wanita itu keluarga dari Alka yang belum pernah dia temui sebelumnya.

"Tentu saja aku merindukan Tante, sangat rindu, apalagi Alka."

Wanita itu tersenyum genit dan menyebut nama suaminya membuat Diana mulai tak tenang.

Tatapan Karin teralihkan pada Diana yang masih berdiri di samping bufet dengan tatapan tak suka, mengingat penampilan Diana yang sangat sederhana.

"Tante, siapa dia? Pembantu baru kah?" tanya Karin.

Senyuman Malena seketika memudar saat beralih menoleh ke arah Diana.

Moodnya seketika hilang dan tergantikan oleh kebencian.

"Oh, dia? Sebenarnya dia itu wanita yang terpaksa dinikahi Alka. Alka melakukan kesalahan besar yang membuatnya dipaksa untuk menikahinya, tapi percayalah, Alka hanya milikmu, dan cepat atau lambat, dia akan segera menikahimu."

Tas belanja yang dipegang oleh Diana refleks terjatuh bersamaan dengan cercaan buruk mertuanya yang membuat hatinya serasa dicabik-cabik.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!