Bab 13. Jangan Tinggalkan Kami

Menjelang makan malam, Diva diminta untuk menemui Indira di dalam kamarnya.

Diva membawakan nampan berisi makanan untuk membujuk Indira yang tengah ngambek saat berdebat kecil mengenai kehadirannya.

Indira tak yakin bahwa Diva yang dimaksud oleh suaminya adalah anaknya yang telah hilang, ia tetap menganggap boneka Teddy bear sebagai anak yang sebenarnya.

"Permisi."

Perlahan-lahan Diva membuka pintunya dengan grogi.

Betapa tidak grogi, orang yang tengah dihadapinya tidak dalam keadaan sehat, tapi depresi, bahkan siapapun bisa dijadikan sasarannya.

Indira yang duduk di ranjang dengan ditemani boneka Teddy bear langsung menoleh ke arah pintu.

Wanita paruh baya itu menautkan alisnya menatap kehadiran Diva tanpa berkedip.

"Siapa kamu?"

Indira menanggapinya dengan lembut, ia tidak memberontak seperti yang dilakukan saat bersama dengan suaminya.

Perlahan Diva melangkahkan kakinya mendekati ranjang dengan mengulas senyuman tipis.

Ia meletakkan nampan di atas nakas dan mengenalkan dirinya sebagai Diva.

"Halo Ma, ini aku Diva. Diva anak Mama."

Deg,,

Degub jantung Indira berdetak begitu kencang. Ia merasa dirinya tertarik oleh magnet yang kuat hingga membuatnya meyakini bahwa wanita yang berdiri di depannya itu adalah anak kandungnya yang selama ini ia cari.

Dengan was-was takut akan dimaki-maki oleh Indira, Diva melangkahkan kakinya mundur dua langkah untuk waspada akan mendapatkan amukan seseorang yang mengalami tekanan mental.

"Di-diva anakku? Anak perempuanku?"

Diva terkejut melihat sikap yang ditunjukkan Indira kepadanya.

Indira tidak marah saat ia mengenalkan dirinya sebagai Diva, putrinya yang hilang.

"Iya Ma, aku Diva, anak Mama yang hilang. Apa Mama masih mengingatku?"

Indira menoleh ke arah boneka Teddy bear yang ia tidurkan didekatnya, beralih kembali menoleh pada Diva yang masih berdiri di sisi ranjang.

Dia nampak bingung, mana yang benar, wanita yang berdiri di depannya atau boneka yang dianggap anaknya.

Ia tidak ingin salah memilih, ia putuskan untuk diam dan mengamati keduanya.

"Kenapa Mama diam? Apa Mama meragukan aku, bahwa aku ini Diva? Delapan belas tahun yang lalu, aku kehilangan sosok orang tua kandungku sendiri. Selama ini aku dirawat oleh seseorang, sampai pada akhirnya aku ditemukan oleh seorang dokter yang tengah mencari anak perempuannya. Dokter Yuda melakukan penyelidikan terhadap diriku, dan dia meyakini bahwa diriku adalah anaknya yang hilang."

Diva bercerita seperti itu tentunya mendapatkan arahan dari dokter Yuda.

Sebelum memasuki kamar Indira, Diva diberikan pembelajaran untuk bisa merangkai kata-kata yang tepat agar Indira percaya bahwa apa yang dikatakannya itu adalah kebenaran.

Dokter Yuda tiba-tiba datang membuka pintunya, tentunya Indira kembali menekuk mukanya masih kesal pada suaminya.

"Ma, ini anak kandung kita yang sebenarnya, kalau yang tidur di sebelahmu itu hanyalah boneka yang tidak bernyawa. Papa sudah berusaha keras untuk mendapatkan Diva kembali, dan Alhamdulillah, seperti yang kita inginkan, Diva sudah kembali pada kita, seharusnya Mama senang anak kita sudah kembali, bukan memuja boneka menganggapnya sebagai anak."

Tak ingin melihat istrinya terpuruk selama-lamanya, Yuda menekannya supaya mau berubah, membuang boneka itu jauh-jauh dan menggantikannya dengan Diva.

Diva agak takut dengan ucapan tegas Yuda yang tengah memarahi istrinya. Sebagai orang awam, ia hanya bisa menuruti apa yang sudah diperintahkan oleh Yuda.

Dengan mendekat pada istrinya, ia mengambil boneka yang digeletakkannya di atas kasur dan membuangnya ke sofa yang ada di dekat pintu.

"Papa! Apa yang sudah Papa lakukan? Kenapa Papa menyakiti anak sendiri? Papa benar-benar jahat! Tega kamu Pa!"

Emosi Indira seketika mencuat saat boneka kesayangannya terhempas ke sofa.

Ia langsung beranjak dari ranjang dan berniat untuk mengambilnya kembali.

Yuda geram, ia meraih tangan istrinya dan dicengkeramnya kuat-kuat.

"Mama, dengan Mama lebih peduli pada boneka ketimbang Diva, itu sama halnya Mama sudah membuat Diva kecewa. Jauh-jauh Papa mencari keberadaan anak sampai bertahun-tahun lamanya baru bisa bertemu, tapi apa reaksi Mama? Mama jauh lebih peduli sama boneka tidak bernyawa ketimbang anak sendiri. Sudahlah Ma, Papa kecewa sama Mama. Dengan sikap Mama yang seperti ini, itu sama halnya Mama tidak menghargai Papa sebagai suami Mama. Ayo Diva, kita pergi dari sini!"

Yuda melepaskan tangan Indira dan beralih menggandeng Diva untuk dibawanya keluar.

Bukannya marah, Yuda ingin sedikit memberikan pengertian pada istrinya agar bisa menghargai niat baik orang lain, apalagi menyangkut anak.

"Papa, kenapa Papa marah-marah sama Mama? Tidak seharusnya Papa bersikap kasar pada Mama. Mama lagi sakit Pa, beliau butuh ketenangan. Dengan Papa marah-marah kayak tadi, yang ada Mama semakin emosi. Kita harus mensuport Mama, jangan terlalu mengekangnya seperti apa yang kita inginkan, Mama butuh waktu untuk bisa mengenali mana itu benda mati dan mana manusia, jika Papa terlalu gegabah, aku yakin usaha kita akan sia-sia saja."

Diva cukup kesal pada Yuda yang terlalu gegabah untuk bisa meyakinkan istrinya bahwa selama ini yang dipuja-puja istrinya hanya sebuah boneka tidak bernyawa.

Dia ingin Indira mengenali Diva dengan baik, mendekatinya lalu memahaminya jika Diva seseorang yang selama ini dirindukan.

Tapi Diva menganggap Yuda terlalu berambisi besar untuk membuat istrinya sembuh dengan cepat.

Kemungkinan dokter itu sudah lelah dengan kondisi istrinya ya tidak memiliki perubahan setelah melakukan berbagai macam pengobatan.

"Papa lelah Diva, Papa capek. Harus melakukan apa lagi agar membuat Mama yakin kalau selama ini dia terlalu berhalusinasi. Papa ingin Mama kembali bangkit seperti dulu, Papa ini kasihan melihat Mama yang sudah kehilangan masa bahagianya."

Yuda menghenyakkan panggulnya di sofa dengan wajah menunduk sembari memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri.

Ia merasa usaha yang dilakukannya selama ini hanya sia-sia, istrinya tak mau diajak untuk bangkit dan berusaha untuk sembuh.

Diva mendekati Yuda dan duduk di sampingnya. Tangannya terulur untuk mengusap punggung dokter yang sudah memberinya nama sebagai anak perempuannya.

"Papa, aku tau apa yang sudah Papa rasakan, ini memang cukup menyakitkan, tapi Papa juga harus bersabar, Papa kontrol emosi Papa di saat sedang bersama Mama. Dengan Papa bersikap sabar, aku yakin sekali kalau Mama perlahan akan pulih. Perjuangan itu tidak ada yang spontan Pa, butuh waktu lama untuk masa pemulihan, apalagi Mama mengalami depresi sampai belasan tahun, tidak langsung bisa sembuh, Papa."

Yuda mengangkat satu tangannya untuk merangkul Diva dengan erat.

Pria paruh baya itu menangis dengan menyandarkan kepalanya di satukan dengan kepala Diva.

Bersama Diva dia bisa tenang, emosinya kembali stabil. Diva banyak memberinya nasehat yang baik dan menenangkan. Akan semakin yakin bahwa gadis itu adalah anaknya yang hilang.

"Nak, terima kasih banyak karena kehadiranmu sudah memberikan warna di kehidupan kami. Nasehatmu sudah membuat hati Papa lebih tenang. Maukah kamu berjanji satu hal lagi pada Papa?"

Diva menoleh dengan menatap dalam-dalam manik mata elang yang kini telah meredup.

Pria paruh baya itu begitu memiliki harapan yang begitu besar padannya.

Apa yang bisa diperbuatnya? Menolak pun hanya akan meninggalkan kekecewaan.

"Memangnya aku harus berjanji apa Pa?" tanya Diva.

"Berjanjilah jika suatu saat nanti ingatanmu sudah kembali, kamu akan tetap menjadi Diva kami, jangan pernah berniat untuk meninggalkan kami."

Episodes
1 Bab 01. Pernikahan Diana
2 Bab 02. Bukan Menantu Pilihan
3 Bab 03. Siksaan Batin
4 Bab 04. Mertua Jahat
5 Bab 05. Pergilah dari Kehidupan Putraku!
6 Bab 06. Dokter Penyelamat
7 Bab 07. Kepedulian Dokter Yuda
8 Bab 08. Anggap Saja Bukan Jodoh Kamu
9 Bab 09. Hilang Ingatan
10 Bab 10. Jangan Salahkan Aku Jika Membuatmu Menyesal
11 Bab 11. Namamu Diva
12 Bab 12. Depresi Berat
13 Bab 13. Jangan Tinggalkan Kami
14 Bab 14. Rencana Operasi Plastik
15 Bab 15. Maafkan Aku, Ma
16 Bab 16. Kedatangan Alka di Rumah Dokter Yuda
17 Bab 17. Siapa Wanita itu?
18 Bab 18. Dia Adikku
19 Bab 19. Apa Ini Diana?
20 Bab 20. Dia Hanya Milik Kami
21 Bab 21. Morning Sick
22 Bab 22. Jangan Bandingkan Aku Dengan Istrimu
23 23. Mengungkap Rahasia Diva
24 24. Terlalu Egois
25 25. Dugaanku tidak Salah
26 Bab 26. Perasaan Aneh
27 Bab 27. Dia Istri Saya
28 Bab 28. Jangan Menjadi Kacang Lupa Kulitnya
29 Bab 29. Andai Aku Bukan Anak Mama
30 Bab 30. Jangan Pernah Ada Rahasia
31 Bab 31. Jangan Memintaku Untuk Mendekati Alka
32 Bab 32. Tolong Bantu Aku
33 Bab 33. Kau Sudah Memfitnahku
34 Bab 34. Jangan Pernah Mendekati Anakku
35 Bab 35. Siapa Wanita itu?
36 Bab 36. Wanita itu Harus Dikasih Pelajaran!
37 37. Malena itu Ibuku
38 Bab 38. Izinkan Aku Menemui Malena
39 Bab 39. Kebencian Alka Terhadap Malena
40 Bab 40. Bahkan Aku Sudah Melenyapkanmu
41 Bab 41. Kau Bukanlah Anak Kandungku
42 Bab 42. Kalau Dia Kembali, Kau Mau Apa?
43 Bab 43. Menjadi Penyusup
44 Bab 44. Teror Diana
45 Bab 45. Malena Masuk Rumah Sakit Jiwa
46 Bab 46. Berkunjung ke Kampung Halaman
47 Bab 47. Menguak Masalalu Diana
48 48. Berakhir Bahagia
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 01. Pernikahan Diana
2
Bab 02. Bukan Menantu Pilihan
3
Bab 03. Siksaan Batin
4
Bab 04. Mertua Jahat
5
Bab 05. Pergilah dari Kehidupan Putraku!
6
Bab 06. Dokter Penyelamat
7
Bab 07. Kepedulian Dokter Yuda
8
Bab 08. Anggap Saja Bukan Jodoh Kamu
9
Bab 09. Hilang Ingatan
10
Bab 10. Jangan Salahkan Aku Jika Membuatmu Menyesal
11
Bab 11. Namamu Diva
12
Bab 12. Depresi Berat
13
Bab 13. Jangan Tinggalkan Kami
14
Bab 14. Rencana Operasi Plastik
15
Bab 15. Maafkan Aku, Ma
16
Bab 16. Kedatangan Alka di Rumah Dokter Yuda
17
Bab 17. Siapa Wanita itu?
18
Bab 18. Dia Adikku
19
Bab 19. Apa Ini Diana?
20
Bab 20. Dia Hanya Milik Kami
21
Bab 21. Morning Sick
22
Bab 22. Jangan Bandingkan Aku Dengan Istrimu
23
23. Mengungkap Rahasia Diva
24
24. Terlalu Egois
25
25. Dugaanku tidak Salah
26
Bab 26. Perasaan Aneh
27
Bab 27. Dia Istri Saya
28
Bab 28. Jangan Menjadi Kacang Lupa Kulitnya
29
Bab 29. Andai Aku Bukan Anak Mama
30
Bab 30. Jangan Pernah Ada Rahasia
31
Bab 31. Jangan Memintaku Untuk Mendekati Alka
32
Bab 32. Tolong Bantu Aku
33
Bab 33. Kau Sudah Memfitnahku
34
Bab 34. Jangan Pernah Mendekati Anakku
35
Bab 35. Siapa Wanita itu?
36
Bab 36. Wanita itu Harus Dikasih Pelajaran!
37
37. Malena itu Ibuku
38
Bab 38. Izinkan Aku Menemui Malena
39
Bab 39. Kebencian Alka Terhadap Malena
40
Bab 40. Bahkan Aku Sudah Melenyapkanmu
41
Bab 41. Kau Bukanlah Anak Kandungku
42
Bab 42. Kalau Dia Kembali, Kau Mau Apa?
43
Bab 43. Menjadi Penyusup
44
Bab 44. Teror Diana
45
Bab 45. Malena Masuk Rumah Sakit Jiwa
46
Bab 46. Berkunjung ke Kampung Halaman
47
Bab 47. Menguak Masalalu Diana
48
48. Berakhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!