Angie Liu duduk di depan ibu pengelola apartemen seraya menyerahkan surat permohonan penangguhan tambahan uang sewa. Dia memandang ke arah ibu pengelola apartemen dengan tatapan memohon agar mendapat keringanan.
Wajah ibu pengelola apartemen hanya tertunduk lemas dengan tangan memegangi bagian belakang kupingnya.
Menggeleng lemah, menandakan bahwa dia tak sanggup untuk memenuhi permintaan Angie Liu.
"Aku tidak bisa melakukannya, ini sudah keputusan pihak pemilik apartemen sedangkan aku hanya pengelola saja, tidak berwenang terhadap keputusan yang telah disepakati", kata wanita paruh baya itu agak sungkan.
"Masak tidak bisa, aku sudah membuat surat permohonan ini agar mendapat penangguhan tambahan uang sewa semestinya ibu mengerti jika ini tidak benar", kata Angie.
"Tapi aku tidak memiliki kuasa penuh atas peraturan yang telah ditetapkan bahkan hanya itu syarat agar penghuni apartemen dapat terus disini", sahut ibu pengelola apartemen.
"Apa cuma untuk setahun ini ?" tanya Angie Liu.
"Benar, uang tambahan sewa hanya berlaku untuk satu tahun, mungkin pihak pengelola menginginkannya demikian agar penghuni disini mendapat kenyamanan lebih dari apa yang ditawarkan", sahut ibu pengelola apartemen.
"Jika aku tidak memenuhinya, apa keputusannya ?" tanya Angie.
"Kemungkinan akan diminta pergi dari sini, nona Angie", sahut ibu pengelola apartemen.
"Dan bagaimana nasib uang sewa yang telah aku bayarkan jika aku tidak memenuhi syarat tambahan yang disepakati ?" tanya Angie Liu.
"Akan dikembalikan setengahnya saja", sahut ibu pengelola apartemen.
"Semakin tidak adil, bu", ucap Angie dengan menghela kesal.
"Yah, bagaimana lagi, sudah keputusannya seperti ini, aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa", sahut ibu pengelola apartemen sambil mengusap wajahnya.
"Ah, ibu ?! Anda sangat keterlaluan, bagaimana uang sewa masih harus ditambahkan padahal aku sudah membayarnya di awal sebelum tinggal di apartemen ini", ucap Angie Liu sambil mendesah pelan.
"Kepada siapa kamu menemui pihak pengelola pada awal kamu tinggal disini ?" tanya ibu pengelola apartemen.
"Pada pihak agen apartemen sewaktu mereka menawarkan untuk pertama kalinya kepadaku, hunian apartemen ini", sahut Angie Liu.
"Mereka bukan pekerja tetap di apartemen ini tapi agen pemasaran, pasti mereka berusaha menarik peminat untuk keuntungan mereka sendiri", sahut ibu pengelola.
"Bagaimana itu bisa terjadi, bukankah itu tindakan ilegal ?" ucap Angie Liu.
"Yah, memang tidak bisa dipungkiri kalau mereka ilegal tapi banyak dari apartemen memanfaatkan mereka untuk kepentingan pemasaran agar peminat datang", kata ibu pengelola.
"Sangat tidak wajar, tindakan tersebut bisa dikategorikan penipuan, karena telah membohongi publik atas tawaran menarik bagi peminat untuk datang", sambung Angie Liu.
"Semua hal dalam pemasaran mungkin dibenarkan tergantung orangnya yang akan tinggal disini, diambil atau tidak penawaran pertama itu", kata ibu pengelola.
"Seharusnya mereka memberitahukan jika ada penambahan uang sewa pada awal pertama mereka menawarkan apartemen, bisa saja sebagian penghuni apartemen lainnya juga tidak menerimanya", ucap Angie.
"Aku juga tidak tahu, nona Angie...", sahut ibu pengelola masih dengan wajah tertunduk.
"Bagaimana bisa ada perubahan saat uang sewa telah masuk semestinya hal itu tidak ada dan aku bisa mengajukan tuntutan pengadilan sebagai tindak penipuan bagi konsumen, ibu pengelola", ucap Angie.
Wanita paruh baya langsung mendongak ke arah Angie Liu yang duduk dihadapannya.
"Jangan, nona Angie !" ucapnya lalu meraih tangan Angie Liu agar mendekat padanya.
"Kenapa tidak ?" sahut Angie seraya menarik cepat kedua tangannya.
"Tidak mungkin dilakukan seperti itu karena akan merusak citra kami sebagai pengelola apartemen, kita bisa bicarakan hal ini untuk langkah selanjutnya, nona Angie", ucap ibu pengelola yang terlihat panik.
Angie Liu langsung menautkan kedua alisnya saat menatap ke arah wanita paruh baya yang duduk di depannya, dengan memandanginya gelisah.
Mendadak saja, Angie Liu curiga terhadap perubahan sikap ibu pengelola apartemen yang tampak ketakutan saat mendengar niat Angie untuk memperkarakan kasus tambahan uang sewa ini.
"Jika masih tidak ada titik temu serta tidak ada niat baik atau tidak adanya kesepakatan yang berarti maka aku akan mengambil langkah hukum", sahut Angie tegas.
"Bisa kita bicarakan baik-baik hal ini, nona Angie", kata ibu pengelola berusaha membujuk Angie.
"Maaf, anda sama sekali tidak membantu dalam masalah ini bahkan semakin mendesak agar aku membayar tambahan uang sewa apartemen", ucap Angie lalu meraih surat permohonan dari atas meja kemudian berdiri.
"Nona Angie..., coba dengarkan dulu...", ucap ibu pengelola apartemen seraya mencoba meraih tangan Angie Liu.
"Maaf, bu pengelola saya permisi dulu karena harus mempersiapkan berkas tuntutan saya ke pengadilan", kata Angie Liu sembari bergegas menghampiri pintu.
"Nona Angie tunggu dulu !" kejar ibu pengelola apartemen saat Angie Liu berjalan ke arah pintu. "Biarkan kita bicarakan hal ini secara baik-baik karena aku tidak ingin pihak manajemen apartemen mendengar masalah kita ini", sambungnya.
"Untuk apa kita bicarakan lagi masalah ini, bukankah anda yang mengatakan pada saya bahwa harus membayar tambahan uang sewa apartemen lagi", kata Angie Liu.
"Tidak ! Tidak ! Tidak !" sahut ibu pengelola seraya menggeleng cepat serta menahan tangan Angie Liu untuk tidak kemana-mana.
"Maaf, ibu pengelola, saya harus segera pergi sekarang, tidak ada titik temu dalam pembicaraan ini", kata Angie Liu.
"Mari kita bicarakan masalah ini baik-baik, duduklah dulu supaya hatimu tenang", ucap ibu pengelola dengan meminta pada Angie Liu segera duduk di kursi.
Sret... !
Ibu pengelola menarik kursi dari arah meja lalu mempersilahkan pada Angie Liu untuk segera duduk kembali.
"Tidak maaf, aku terburu-buru sekarang dan masih belum sarapan", kata Angie Liu.
"Biar aku yang membuat sarapan untukmu, tunggu sebentar dan duduklah dulu", ucap ibu pengelola apartemen.
"Yah, baiklah...", sahut Angie Liu agak mengangguk pelan saat melihat ke arah ibu pengelola apartemen berbicara kepadanya.
"Tunggulah sebentar !" pintanya lagi, terlihat jelas bahwa ibu pengelola apartemen mencoba untuk merayu Angie Liu agar tetap disini dan menerima keputusannya.
Angie Liu yang melihat gelagat aneh dari ibu pengelola apartemen langsung tanggap serta berpikir serius, mencari cara untuk segera keluar dari ruangan ini.
Tampak ibu pengelola apartemen berjalan ke arah pantry dan saat wanita paruh baya itu sudah sampai di tempat pantry.
Angie Liu memutuskan segera pergi dari ruangan apartemen milik ibu pengelola.
BLAM !
Pintu apartemen tertutup keras saat Angie Liu keluar dari ruangan apartemen milik ibu pengelola yang tersentak kaget ketika dia melihat Angie Liu pergi.
Wanita paruh baya itu berusaha mengejar Angie Liu tapi terlambat.
Ketika dia mencoba mengejar Angie, kain gaunnya tiba-tiba tersangkut di tepi meja pantry.
Kreeek... !
Gaun yang dikenakan oleh ibu pengelola apartemen langsung sobek lebar sehingga wanita itu menjadi bertambah kesal karena kejadian sial yang menimpa dirinya.
Kreeek... !
Kembali terdengar suara sobekan kain dari gaun yang dia kenakan semakin lebar.
Tiba-tiba saja ibu pengelola apartemen itu berubah marah serta tampak frustasi dengan hal yang terjadi padanya.
"Aaakhhh... !!!" jeritnya kesal sambil memandang ke arah gaunnya.
Ibu pengelola mencoba memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, untuk meredakan amarahnya yang meluap-luap.
Namun, sepertinya tidak berhasil karena wanita paruh baya itu benar-benar kecewa dengan kejadian yang menimpanya hari ini.
"Sial ! Sial ! Sial !" umpatnya marah lalu membanting alat penggorengan ke atas meja kayu sehingga menyebabkan minyak tumpah dan mengenai wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments