Angie Liu duduk melamun di meja kerjanya sembari menatap ke arah layar komputernya yang masih menyala.
Terdapat sejumlah deretan pekerjaan yang masih belum dia selesaikan dan tertunda karena dia belum memasukkan ke dalam format komputer. Sedangkan di sisi meja, setumpuk file dalam map masih menggunung, hanya beberapa pekerjaan yang sempat Angie selesaikan.
Angie Liu mendesah pelan sembari memainkan ujung penanya.
Tuk... Tuk... Tuk...
Diketuknya ujung pena miliknya ke atas meja kerjanya, sedangkan fokus perhatiannya masih tidak terlihat konsentrasi.
"Kenapa masalah sewa apartemen tidak kunjung usai ? Dan aku masih belum menemukan titik terang dalam permasalahan ini ?!" ucapnya agak bergumam.
Angie Liu memutar ujung penanya dengan malas dia melirik ke arah layar komputer kerjanya.
"Haruskah aku pindah dari apartemen dan mencari rumah kontrakan saja ?" ucapnya seraya menatap sedih.
Kling !
Sebuah pesan terkirim pada akun pribadinya, Angie Liu sengaja membuat akun miliknya tersimpan pada komputer di tempat kerjanya, bertujuan agar dia dengan mudah memeriksa pesan masuk.
Angie Liu mengarahkan cursor mouse kepada akun miliknya.
"Siapa yang mengirim notifikasi ini ?" ucap Angie Liu seraya membuka kotak pesan.
Ada sebuah pesan terkirim pada postingan miliknya dan itu berasal dari RY yang membalas pesan milik JC.
"Mereka sedang janjian bertemu rupanya...", ucap Angie Liu dengan sikap malas-malasan.
Klik... Klik... Klik..., ditekannya kotak masuk untuk menge-check pesan yang terkirim.
"Ehk ?! Apa RY dan JC sedang janjian ketemuan ? Dimana ? Kenapa aku baru tahu sekarang ?" ucap Angie Liu langsung tersentak sadar.
Angie Liu segera terjaga kemudian memperhatikan layar komputer dengan seksama.
"Oh, iya, bukankah RY meninggalkan pesan nomer teleponnya'', ucap Angie Liu.
Klik... Klik... Klik..., di tekannya anak panah pada cursor mousenya beberapa kali, untuk melihat nomer pribadi milik RY yang masuk pada kotak pesannya.
"Aku akan menyimpan nomer milik RY dan aku akan menghubunginya setelah pulang kerja", kata Angie Liu.
Angie Liu segera menyimpan nomer milik RY pada ponsel pribadinya.
"Aku tidak bisa menelpon RY saat jam kerja karena akan membuat kepala bagian menegurku nanti", ucap Angie Liu.
BLAM !
Pintu ruangan bagian administrasi, tempat Angie Liu kerja tertutup dengan keras.
Tampak Mayleen berjalan masuk sambil membawa dokumen ditangannya lalu dia menghampiri meja kerjanya.
Bruk !
Mayleen meletakkan tumpukan dokumen ke atas meja lalu duduk sambil merenggangkan badannya.
"Hufh... !!!" desahnya letih seraya menarik kedua tangannya tinggi-tinggi.
Angie Liu hanya melirik sekilas ke arah Mayleen tanpa berkata apapun.
Kembali fokus pada layar komputernya dan melanjutkan pekerjaannya.
"Apa kau sudah mengirim file tentang pendataan barang dalam format ke komputer", tanya Mayleen dari meja kerjanya lalu menoleh ke arah Angie Liu.
"Sudah, aku baru saja menyelesaikannya", sahut Angie Liu dari balik komputernya.
"Aku akan memeriksanya lalu mengirimkannya kepada komputer kepala bagian administrasi", ucap Mayleen.
"Baik, aku akan segera mengirimkan hasil pekerjaanku pada komputermu", sahut Angie Liu.
"Ya, tolong kirimkan melalui akun mall saja", ucap Mayleen.
"Ya...", jawab Angie Liu.
Klik... Klik... Klik..., Beberapa file langsung terkirim cepat melalui alamat akun mall ke komputer milik Mayleen.
Setiap komputer di ruangan kerja terhubung satu dengan lainnya, hal itu bertujuan supaya lebih memudahkan bagi setiap karyawan di bagian administrasi dalam menyelesaikan urusan pekerjaan mereka dengan menghemat waktu seefisien mungkin.
Mayleen segera memeriksa file kerja yang telah terkirim oleh Angie Liu pada layar komputer kerjanya, setelah semua format sempurna sesuai ketentuan perusahaan maka Mayleen akan mengirimkannya kepada kepala bagian administrasi melalui sistem komputer sebelum mencetaknya dalam format dokumen.
"Sepertinya semua laporan yang telah kamu kerjakan cukup baik dan aku menilainya kalau kamu mulai pintar", ucap Mayleen.
"Terimakasih atas pujiannya, kuharap tidak akan ada kendala dalam pekerjaan", kata Angie Liu.
"Meski begitu tetaplah mempertahankan eksistensi pekerjaanmu secara rutin dan rajin-rajinlah bekerja, agar nantinya perusahaan dapat menilai prestasi kerjamu", lanjut Mayleen.
"Ya, aku akan mendengarkan nasehatmu", sahut Angie Liu.
"Aku akan segera mengirimkan laporan ini pada atasan kita, selanjutnya kamu kirim lagi beberapa file pekerjaan karena aku ingin cepat mencetaknya", kata Mayleen.
"Baik, aku akan segera membuatnya", sahut Angie Liu.
"Kalau bisa tiga atau lima file saja karena aku juga masih ada urusan pekerjaan lainnya yang harus kuselesaikan sekarang", kata Mayleen.
"Ya, aku mengerti", ucap Angie Liu dari balik komputernya.
Angie Liu mulai terlihat serius serta sibuk berkonsentrasi pada pekerjaannya di depan layar komputernya.
Tenggelam kembali pada file-file yang menumpuk di dekatnya tanpa lagi memikirkan hal lainnya.
Mungkin sudah tidak ada waktu baginya, untuk berpikir masalah diluar pekerjaan sekarang karena perusahaan menuntut tugas segera terselesaikan dengan cepat.
Angie Liu mulai menyalin beberapa file ke dalam format komputernya lalu mengirimkannya pada komputer kerja milik Mayleen, ada sekitar lima file terkirim langsung tanpa Angie menundanya lagi.
Kling... Kling... Kling..., suara bunyi notifikasi dari pesan terkirim, membuyarkan konsentrasi Angie Liu.
Alangkah terkejutnya dia saat melihat notifikasi yang terkirim tersebut.
"William Fu ???" gumamnya lirih sambil melirik diam-diam ke arah meja kerja milik Mayleen.
Angie Liu agak menggeser cursornya ke arah kotak pesan yang masuk melalui website mall.
"Bagaimana dia tahu akun milikku ?" ucap Angie Liu lalu membuka kotak pesan.
JANJIAN KETEMUAN DI KANTIN ! BISA TIDAK ? AKU MENUNGGUMU DI JAM MAKAN SIANG NANTI DI KANTIN !
Pesan yang terkirim dari William Fu pada pesan akun miliknya.
"Apa maksud dia ?'' ucap Angie Liu langsung tersipu malu setelah dia membaca isi pesan yang terkirim pada kotak pesannya.
Angie Liu masih tertegun diam seraya menatap bingung, tidak tahu harus membalas apa pada pesan yang terkirim dari William Fu.
Bingung, harus menulis apa, untuk membalas pesan tersebut.
Haruskah dia membalas pesan dari William Fu atau mengabaikannya saja tapi apa yang akan dia katakan saat bertemu nanti dengan pria itu di kantin.
Angie Liu menekan pesan terkirim pada akun milik William Fu tanpa dia sadari.
Tiba-tiba saja pesan yang dia tulis telah berpindah tempatnya pada kotak pesan milik William Fu.
Sedetik kemudian, pesan masuk dari William Fu ke dalam kotak pesan miliknya.
Angie Liu agak ragu-ragu membuka balasan pesan dari William Fu, terlihat bimbang saat hendak mengarahkan cursor miliknya pada kotak pesan tersebut kemudian dia membacanya cepat.
"Dia membalas pesan dariku...", ucap Angie Liu.
AKU TUNGGU DI KANTIN PADA JAM MAKAN SIANG, YA
Angie Liu langsung menutupi wajahnya yang bersemu merah dengan kedua telapak tangannya seraya menudukkan kepalanya dalam-dalam.
Sangat malu dengan hal yang baru dia lakukan, membuat janji dengan seorang pria yang baru dikenalnya tanpa memikirkan lagi baik-buruknya nanti.
Angie Liu terlihat seperti gadis bodoh yang mudah terperdaya oleh sebuah pesan singkat dari seseorang yang masih asing baginya bahkan dia sama sekali tidak mengenalinya dengan baik.
Bukankah hal itu termasuk suatu tindakan lalai sedangkan dia sendiri adalah perempuan modern, berpendidikan tinggi.
Seharusnya hal tersebut tidak sampai terjadi padanya, hanya lantaran dia terlena oleh ketampanan seorang laki-laki yang baru beberapa kali bertemu dengannya.
Angie Liu mendesah pelan lalu mendongak kembali ke arah layar komputernya yang berisi sederet baris tulisan dari pekerjaannya, termenung diam dan lambat berpikir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments