Hari ini Raline memutuskan untuk kembali ke kediaman Devan setelah dua hari mereka menginap di rumah Pramudya, karena besok Devan harus pergi kerja.
Pramudya dan Lestari pun mengantar kepergian anak dan menantunya di depan pintu.
"Ayah, Bunda. Kami pamit dulu ya. Lain kali kami akan kemari lagi." Ucap Devan pamit pulang. Dia mencium tangan mertuanya dengan penuh takzim.
"Alin pulang dulu ya Yah, Bun. Kalau ada waktu sekali-kali kunjungi Alin." Ucap Raline kemudian memeluk kedua orang tuanya secara bergantian.
"Kami pulang ya. Dahhh!" Ucap Devan dan Raline bersamaan.
Mereka pun berjalan menuju mobilnya. Devan membukakan pintu untuk Raline. Kemudian memutar dan membuka pintu untuk dirinya sendiri.
"Terima kasih ya Sayang. Aku senang sekali." Ucap Raline tulus. Saat ini mobil yang mereka tumpangi sudah membelah jalanan.
"Terima kasih apa? Suami istri itu harus saling menyayangi. Harus saling mengerti. Itu semua sudah menjadi tanggung jawab ku sebagai suami. Jadi tidak perlu bilang terima kasih." Ujar Devan. "Aku melakukannya karena ingin membahagiakan kamu, Sayang~ " Ucapnya lagi.
Raline menggenggam telapak tangan Devan untuk menyalurkan rasa cintanya. "Betapa beruntungnya aku memilikimu."
"Aku yang beruntung memiliki kamu Sayang." Balas Devan menoleh pada Raline dan tersenyum.
Tak lama setelahnya, mereka pun sampai di kediaman Devan. Ternyata di teras sudah ada Delia.
"Ada apa lagi?" Tanya Devan sarkatis sesaat setelah mereka turun dari mobil.
"Begini kah sambutan Kakak sama tamunya?" Ucap Delia.
"Tamu yang bagaimana?" Tanya Devan lagi. Raline hanya diam menyimak obrolan mereka berdua. "Cepat katakan ada apa?"
"Ibu sakit Kak. Tolong jenguklah sebentar saja~ " Ucap Delia dengan menitikkan airmata.
"Aku tidak ada waktu." Balas Devan cuek.
"Kumohon Kak~ Sempatkan sebentar saja~ Ajak Kakak ipar juga." Pinta Delia dengan memelas.
"Akan ku pertimbangkan." Kemudian Devan mengajak Raline masuk ke dalam. Meninggalkan Delia dengan perasaan kesal.
"Kurang ajar memang tuh perempuan si*lan. Kak Devan jadi seperti ini sekarang. Aku harus segera memberitahu Ibu." Ucap Delia penuh dendam. Setelahnya Delia pun pergi meninggalkan kediaman Devan dengan kesal.
"Sayang~ Apa sebaiknya kita jenguk Ibu?" Kata Raline. Saat ini mereka sudah berada di kamarnya.
Devan membaringkan tubuhnya di ranjang. Dia memejamkan mata.
"Sayangku~ " Bujuk Raline dengan memanggil Devan manja.
"Hmm~ " Hanya dijawab dengan deheman oleh Devan.
"Ihh~ Nyebelin deh." Raline pun mengeluarkan jurus andalannya, yaitu ngambek.
Devan pun mengintip sedikit. Merasa lucu dengan tingkah istrinya itu. 'Hatimu terbuat dari apa sih Sayang? Mereka sudah jahat padamu, tapi kamu malah mengajakku untuk menjenguk ibu.' Batin Devan tidak habis pikir dengan istrinya itu.
"Baiklah kalau itu maumu. Kita akan menjenguk Ibu." Ucap Devan. Pada akhirnya Devan menuruti kata istrinya.
"Sekarang kita kesana ya." Ajak Raline.
"Nanti sore saja Sayang. sekarang kita istirahat dulu ya." Jelas Devan.
"Baiklah." Raline pun menurut apa kata Devan. Lebih baik nurut saja daripada nanti tidak jadi. Begitu pikir Raline.
.
.
Sorenya sesuai janji Devan, mereka pun memutuskan untuk menjenguk Bu Ambar. Tak lupa Raline juga membawa buah tangan berupa buah-buahan dan juga Raline sudah menyiapkan sedikit uang untuk diberikan pada Bu Ambar, untuk pegangan.
Dan disinilah mereka sekarang. Di rumah Bu Ambar, lebih tepatnya rumah peninggalan suami Bu Ambar yang dulu.
Tokk !! Tokk !!
Ceklek !!
Rupanya Delia yang membukakan pintu. Delia tampak senang melihat Devan akhirnya mau datang kemari.
'Rencana Ibu ternyata berhasil.' Batin Delia tersenyum licik.
"Mari masuk Kak, Ibu ada di kamar." Kata Delia. "Ibu pasti senang Kakak mau mengunjunginya. Sebentar aku panggil Ibu dulu." Delia pun pergi menuju kamar Bu Ambar untuk memberitahu kedatangan Devan.
"Bu, di depan ada Kak Devan. Ayo kita kesana." Bisik Delia pada Bu Ambar.
"Ingat... !! Jangan ikut bicara kalau tidak Ibu kode. Paham !!!" Ucap Bu Ambar memperingati Delia.
Ibu dan anak itupun bergegas menuju ruang tamu. Namun, saat sudah tiba di ruang tamu, senyum Bu Ambar pun luntur lantaran Devan tidak datang sendiri. Padahal Bu Ambar berharap bisa membujuk Devan dengan meracuni pikiran Devan tentang keburukan Raline.
'Kalau begitu aku harus pura-pura tersakiti biar Devan simpati padaku.'
"Anakku~ Akhirnya kamu mau mengunjungi Ibu huhuhu... " Ucap Bu Ambar dengan mengeluarkan airmata palsu.
"Aku kemari karena bujukan Raline. Jadi jangan senang dulu." Ucap Devan sarkatis.
"Terima kasih Nak Raline. Ibu minta maaf atas kejadian yang lalu. Tolong ampuni Ibu Nak." Kata Bu Ambar. Dia memberi kode Delia dengan mengedipkan matanya agar Delia juga ikut akting Bu Ambar.
"Aku juga minta maaf Kak~ "
Mereka berdua lalu bersujud di kaki Raline agar Devan percaya pada ucapan mereka.
"Ibu bangun. Jangan seperti ini. Aku sudah memaafkan kalian." Ucap Raline.
"Berdirilah. Tidak perlu melakukan itu. Karena istriku sudah memaafkan kalian, jadi aku juga akan memaafkan kalian." Ucap Devan.
"Kalau begitu, apa kita bisa tinggal dengan kalian lagi Nak?" Tanya Bu Ambar penuh harap.
"Kalau untuk itu, maaf, aku belum bisa menerima kalian kembali. Sebaiknya kalian tinggal di sini dulu. Untuk uang bulanan tetap aku akan mengirim seperti biasa." Putus Devan akhirnya.
"Kalau begitu kenapa kalian kemari kalau pada akhirnya kalian tidak mau mengajak kami untuk tinggal di sana lagi hah?" Ucap Bu Ambar penuh emosi.
"Sudah ku katakan aku kemari karena ajakan istriku." Kata Devan. "Kalau begitu kami pulang dulu. Sepertinya sia-sia kami datang kemari."
Setelah mengatakan itu, Devan mengajak Raline pergi dari rumah Ibunya. Devan tampak kesal dengan sikap Bu Ambar barusan.
"Apa kamu masih mau menerima Ibu Al?" Tanya Devan dengan sedikit keras karena memendam rasa kesal. Saat ini mereka sudah di dalam mobil dalam perjalanan pulang.
"Maafkan aku Sayang. Aku hanya mengikuti kata hatiku hiks hiks..." Raline malah sesenggukan karena bentakan Devan barusan. Dia bahkan memanggil namanya. Itu artinya Devan benar-benar marah.
"Ah~ Maafkan aku Sayang ~ Maaf karena sudah berteriak tadi." Ucap Devan penuh sesal.
"Maafkan aku juga Sayang karena tidak mengerti kondisimu." Kata Raline saat keadaannya sudah lebih tenang.
"Baiklah kita berdua yang salah. Oke !"
"Hahaha ada ya kaya gitu."
"Ada. Aku orangnya Sayang."
Devan senang karena akhirnya Raline tidak sedih lagi.
"Aku janji akan lebih patuh dan menurut lagi apa yang dikatakan oleh Suamiku ini." Ucap Raline serius. Dia tidak akan lagi membujuk suaminya untuk menuruti apa katanya. Karena hal yang menurut Raline benar, belum tentu benar menurut suaminya.
"Bagus kalau kamu sudah paham." Kata Devan. "Aku lebih paham bagaimana Ibu dan saudara-saudara ku itu Sayang. Mereka menjadi urusanku. Jadi tolong, jangan pernah lagi memintaku untuk sesuatu yang aku sendiri berat untuk melakukannya."
"Baiklah. Aku mengerti." Kata Raline dengan senyuman yang manis.
Memang benar. Apa yang menurut kita baik belum tentu baik di mata orang lain. Apa yang menurut kita bagus belum tentu dengan orang lain. Begitu juga sebaliknya. Jadi, lakukan sesuai porsinya masing-masing. Jangan memaksakan diri untuk terlihat lebih baik hanya agar dipandang oleh orang lain.
Bersambung....
Mohon maaf kalau bab ini sedikit tidak sesuai dengan harapan teman-teman semua.
Mohon untuk dukungannya ya teman-teman. Sekian dan terima kasih 😘😘
Salam dari bumi reog. Love sebanyak-banyaknya 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments