Hari Pertama Devan di Ibukota

"Sayang, tolong siapkan pakaianku selama dua tiga hari." Perintah Devan pada Raline.

Dengan patuh Raline melakukan apa yang diperintahkan Devan. "Memangnya kamu mau kemana Dev?" Tanya Raline disela-sela dia memasukkan pakaian Devan.

"Ada yang harus aku lakukan di ibukota."

"Baiklah. Jaga kesehatan dan cepat kembali begitu sudah selesai."

"Belum juga berangkat sudah disuruh cepat kembali. Kalau begitu aku tidak usah pergi saja."

Devan merebahkan diri di ranjang. Rasanya dia menjadi malas untuk pergi.

"Kamu tidak boleh begitu. Kalau memang itu penting pergilah. Aku akan menunggumu."

"Baiklah. Aku pastikan akan segera menyelesaikan supaya bisa cepat kembali."

Raline mendekati ranjang. Dia ikut berbaring di samping Devan. "Aku pasti akan kangen." Ucap Raline malu-malu. Dia pun menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Devan.

"Kalau kamu bertingkah seperti ini, aku pastikan tidak jadi pergi."

Seketika itu juga Raline menarik diri dari pelukan Devan. "Baiklah Tuan Devan. Kita makan siang sekarang ya, aku sudah lapar."

"Ayo. Setelah makan siang aku harus segera berangkat ke bandara."

Mereka berdua pun makan dengan tenang. Meja makan yang biasa ramai, kini menjadi sepi dan sunyi.

.

.

.

"Sampai kapan kita harus tinggal disini Bu?" Gerutu Delia.

"Sudah jangan berisik. Baru sehari juga. Padahal dulu waktu masih kecil kalian juga betah tinggal disini. Kenapa sekarang seolah-olah kalian jijik dengan rumah masa kecil kalian Hah?"

"Itu dulu. Semenjak tinggal di rumah Bapak, kami lebih nyaman tinggal disana." Jawab Rizal.

"Ya sudah kalian balik kesana saja." Ucap Bu Ambar enteng.

Delia dan Rizal diam tidak berani protes lagi. Kalau mereka kembali, yang ada Devan bakal mengusir dengan lebih kejam lagi.

.

.

.

"Sayang~ Aku berangkat ya. Jaga diri baik-baik di rumah. Kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Cup. Ucap Devan sambil mengecup kening Raline.

Raline memejamkan mata menikmati sentuhan Devan. "Hmm baiklah. Kamu juga. Hati-hati dan jaga diri."

Devan berjalan menuju mobil. Dia masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan pada Raline.

Raline pun membalas lambaian tangan Devan. Dia merasa berat melepas kepergian Devan disaat hubungan mereka sudah mulai menghangat dan intim.

"Sekarang rumah benar-benar terasa sepi." Gumam Raline. Dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan istirahat karena bingung tidak ada yang dia lakukan.

.

.

.

"Apa yang terjadi dengan kantor pusat Ron?" Tanya Devan melalui telepon pada Roni saat dalam perjalanan menuju bandara.

"Ada dugaan penggelapan dana yang dilakukan oleh manager keuangan dan juga ada beberapa orang yang terlibat Tuan." Terang Roni menjelaskan intinya.

"Baiklah. Aku akan segera menangani." Devan menutup telponnya. "Rupanya ada yang ingin bermain-main dengan seorang Devan Samudra. Baiklah kalian yang minta."

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Devan segera bergegas menuju bagian pemeriksa. Kebetulan, pesawatnya belum berangkat.

Dengan langkah sedikit lebar, Devan segera masuk ke dalam pesawat karena sebentar lagi akan lepas landas.

.

.

Setengah jam kemudian pesawat sudah mendarat di bandara internasional. Devan langsung menuju hotel tempat dia menginap selama di ibukota.

"Presidential suite satu." Ucap Devan pada resepsionis hotel. Resepsionis itu memberikan kunci kamar pada Devan.

Diantar seorang porter ke kamarnya, Devan berjalan dibelakang sang porter. Dia sudah biasa menginap di hotel ini saat berkunjung ke ibukota.

"Silakan Tuan." Ucap porter sambil memberikan koper milik Devan.

"Terima kasih." Balas Devan tak lupa juga dia memberikan sedikit tips untuk porter. Porter itu membungkukkan badan lalu pergi meninggalkan Devan.

"Kau dimana?" Tanya Devan pada orang di seberang telpon.

"Saya sudah di perusahaan Tuan." Jawab orang tersebut.

"Baiklah sebentar lagi aku akan kesana." Ucap Devan kemudian dia pergi ke perusahaan.

Orang yang dihubungi Devan barusan adalah Roni. Dia sudah lebih dulu berangkat ke ibukota untuk memastikan kekacauan yang terjadi di kantor pusat.

Setengah jam kemudian Devan sudah sampai di perusahaan. Selama ini baik Ibu maupun adik-adiknya tidak ada yang tahu bahwa Devan memegang perusahaan pusat. Perusahaan utama peninggalan Kakeknya. Sedang perusahaan yang ada di kota tempat dia tinggal itu adalah milik Kakeknya yang sudah diberikan pada Bapaknya. Jadi yang Ibu dan adik-adiknya tahu hanya perusahaan itu.

Kalau sampai mereka tahu bahwa Kakek Devan masih meninggalkan perusahaan lagi, maka akan dipastikan terjadi perebutan kekuasaan.

Pabrik yang dipegang oleh Rizal itu adalah permintaan Ibunya. Devan hanya bisa menuruti permintaan Ibunya karena Bapaknya pernah berpesan untuk selalu menghormati Ibunya, meski Bu Ambar bukanlah Ibu kandungnya, namun Devan tetap menghormati Bu Ambar seperti Ibu kandungnya sendiri.

Kini Devan sudah memasuki perusahaan. Di depan pintu tadi Roni sudah menunggu. "Apakah dugaan itu benar adanya Ron?" Tanya Devan pada Roni saat mereka berjalan menuju ruang CEO.

"Kumpulan semua direksi. Kita adakan rapat darurat Ron. Tolong terus selidiki siapa yang berani berbuat curang dan segera laporkan padaku." Perintah Devan sambil berjalan menuju ruangan rapat.

Semua direksi berjalan menuju ruang rapat. Kebanyakan dari mereka bertanya-tanya kenapa diadakan rapat dadakan. Terlebih lagi CEO yang mengumpulkan mereka.

Dari semua direksi yang ada, terlihat ada beberapa yang tampak gugup. Mungkin mereka berfikir sebentar lagi akan ketahuan karena sudah berbuat curang.

Mereka masuk ke dalam dengan diam, tidak ada yang berani bersuara. Semua orang sudah mendudukkan diri pada kursi yang ada.

Setelah semua sudah duduk, Devan mulai angkat suara. "Apa kalian tahu kenapa saya memanggil kalian kesini?" Tanya Devan langsung.

Hening !!!

Mereka semua hanya bisa menundukkan kepala tidak berani menatap Devan. Devan terkenal dengan pribadi yang dingin dan kejam. Kalau berurusan dengan perusahaan mending Kakeknya. Karena Devan memang sejak kecil dididik Kakeknya seperti itu. Devan kecil memang tinggal bersama Kakek dan Neneknya.

Brak !!!

Devan menggebrak meja dengan kencang membuat semua yang ada di ruangan berjingkat kaget. "Masih tidak ada yang mau bicara?"

Seorang direktur pemasaran angkat tangan. "Maafkan kesalahan kami semua pak." Ujarnya dengan ketakutan.

"Siapa yang sudah berani macam-macam di perusahaan ini. KATAKAN!!!" Ucap Devan murka.

Roni menyerahkan daftar orang-orang yang telah berbuat curang. "Ini Tuan."

Devan melihat dengan seksama. Rahangnya mengeras setelah melihat nama-nama orang yang terlibat. "Baik kalau tidak ada yang mau. Ron, lakukan."

Roni mengangguk paham. Dia berjalan ke arah orang-orang yang telah melakukan kesalahan. Roni menuju ke direktur keuangan. Ditarik lengan direktur keuangan agar berdiri.

"Cepat bicara." Kata Roni penuh penekanan. Membuat direktur keuangan langsung pucat pasi.

"Maafkan saya Tuan. Tolong ampuni saya." Ucap direktur keuangan sambil berlutut berharap Devan mau memberinya maaf.

"Ini peringatan buat kalian semua. Jangan pernah coba-coba untuk bermain-main dengan Devan Samudra kecuali kalian sudah bosan hidup." Kata Devan. Semua terdiam tidak berani mengangkat kepala. "Bawa dia ke ruanganku Ron. Yang lain bubar."

Roni langsung menjalankan perintah Devan dengan membawa direktur keuangan ke ruangan Devan.

Devan berjalan dibelakang mereka. Yang lainnya sudah membubarkan diri dan kembali ke ruangan masing-masing.

Bersambung.....

❄️❄️❄️❄️❄️

Mohon maaf ya teman-teman semua. Mungkin bab yang lain juga akan bernasib sama seperti bab 13 dan bab ini. MOLOR. Maaf banget ya #Bow

terima kasih juga buat yang sudah mendukung karya author #Big Hug#

Salam kenal dari bumi reog 😘😘

Episodes
1 Awal Perpisahan
2 Kepergian Alan
3 Melamar
4 4. Pernikahan
5 Awal Kehidupan Raline yang Baru
6 Pergi Berlibur
7 Perlakuan Manis Devan
8 Kota Penuh Kenangan
9 Bab 9. Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Perasaan Raline
12 Rencana Bu Ambar
13 Fitnah
14 Hari Pertama Devan di Ibukota
15 Hari ke Dua Devan di Ibukota
16 Kejutan dari Devan
17 Berkunjung ke Rumah Pramudya
18 Masa Lalu dan Masa Depan
19 Rencana Bu Ambar #2
20 Kembali Bekerja
21 Lima Tahun
22 Cek Ke Dokter
23 Kabar Gembira
24 Kerja Sama
25 Gara-gara Pasta
26 Pertemuan Pertama
27 Raline Menghilang
28 Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya
29 Kisah Saat Devan Kecil
30 Saling Mengisi Satu Sama Lain
31 Periksa Kandungan
32 Rencana Alan
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Cek Kandungan Lagi
35 Dari Perut Naik Ke Hati
36 Tiga Bulanan
37 Pesta
38 Extra Part
39 Extra Part II
40 Season 2 atau selesai disini?
41 Season 2. Sang Putra Mahkota
42 Cemburu Yang Berlebihan
43 Rahasia Syifa
44 Drama Makan Malam
45 Mulai Membandingkan
46 Teka-teki Syifa
47 Tentang Syifa
48 Kecurigaan Dea
49 Kekhawatiran Halin
50 Terombang-ambing
51 Enggan Putus
52 Mulai Goyah
53 Ternyata... Hanya Sampai Disini Saja
54 Seharusnya....
55 Masih Bersedih
56 Satu Minggu Berlalu
57 Keputusan Halin
58 Keberangkatan Halin
59 University of Amsterdam
60 Devan Tiba di Ibukota
61 Mencari Jejak Halin
62 Kepulangan Dea
63 Kehidupan Halin di Belanda
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Awal Perpisahan
2
Kepergian Alan
3
Melamar
4
4. Pernikahan
5
Awal Kehidupan Raline yang Baru
6
Pergi Berlibur
7
Perlakuan Manis Devan
8
Kota Penuh Kenangan
9
Bab 9. Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Perasaan Raline
12
Rencana Bu Ambar
13
Fitnah
14
Hari Pertama Devan di Ibukota
15
Hari ke Dua Devan di Ibukota
16
Kejutan dari Devan
17
Berkunjung ke Rumah Pramudya
18
Masa Lalu dan Masa Depan
19
Rencana Bu Ambar #2
20
Kembali Bekerja
21
Lima Tahun
22
Cek Ke Dokter
23
Kabar Gembira
24
Kerja Sama
25
Gara-gara Pasta
26
Pertemuan Pertama
27
Raline Menghilang
28
Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya
29
Kisah Saat Devan Kecil
30
Saling Mengisi Satu Sama Lain
31
Periksa Kandungan
32
Rencana Alan
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Cek Kandungan Lagi
35
Dari Perut Naik Ke Hati
36
Tiga Bulanan
37
Pesta
38
Extra Part
39
Extra Part II
40
Season 2 atau selesai disini?
41
Season 2. Sang Putra Mahkota
42
Cemburu Yang Berlebihan
43
Rahasia Syifa
44
Drama Makan Malam
45
Mulai Membandingkan
46
Teka-teki Syifa
47
Tentang Syifa
48
Kecurigaan Dea
49
Kekhawatiran Halin
50
Terombang-ambing
51
Enggan Putus
52
Mulai Goyah
53
Ternyata... Hanya Sampai Disini Saja
54
Seharusnya....
55
Masih Bersedih
56
Satu Minggu Berlalu
57
Keputusan Halin
58
Keberangkatan Halin
59
University of Amsterdam
60
Devan Tiba di Ibukota
61
Mencari Jejak Halin
62
Kepulangan Dea
63
Kehidupan Halin di Belanda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!