Setelah acara ijab kabul dirumah Raline. Acara pun dilanjutkan di rumah Devan.
Tentu Pramudya dan Lestari ikut mengantarkan Raline. Karena ini juga perpisahan mereka dengan Raline.
Kini semua yang hadir bergegas menuju rumah Devan. Karena acara resepsinya memang diadakan di rumah Devan.
Sejak selesai acara ijab kabul tadi, Rizal tak henti-hentinya memandang Raline diam-diam. Ada hal tersembunyi yang tengah dia rencanakan.
Raline dan Devan duduk di bangku belakang dengan mobil pengantin yang dihias sedemikian cantiknya.
Keduanya tampak masih canggung. Maklumlah, namanya juga pengantin baru itupun hasil dari perjodohan.
'Andai yang di sampingku ini A' Alan, betapa bahagianya aku.' Tampak genangan air di pelupuk mata Raline. Sekali Raline berkedip maka, jatuhlah sudah air matanya.
"Mbak, kita sudah sampai, ayo turun." Ajak Devan.
Raline pun tersentak kaget. Rupanya dia melamun tadi.
Mereka berdua pun turun dan melangkah masuk ke dalam rumah Devan.
Dalam hati Raline mengagumi rumah Devan yang ternyata lebih besar dari rumahnya. Bedanya, rumah Devan masih terlihat bangunan lamanya.
Ya, rumah yang kini ditempati Devan dan ibu serta kedua adiknya itu adalah rumah peninggalan almarhum kakek dari pihak ayahnya. Tidak heran bila bangunannya pun terlihat tua. Tetapi kondisinya masih terawat.
🌻🌻🌻
Kini seluruh tamu undangan sedang menikmati hidangan yang sudah disediakan oleh keluarga Devan.
Pramudya terlihat paling bahagia. Karena kini putrinya sudah resmi menjadi tanggung jawab Devan, laki-laki pilihannya.
Sedang Raline hanya diam tanpa senyum yang menghiasi wajah cantiknya.
Setelah acara selesai, kini pihak dari Pramudya pamit undur diri. Dia menghampiri Raline dan Devan.
"Putri tersayang Ayah. Kini, kamu sudah menjadi istri Devan. Kedepannya dialah yang harus kamu patuhi." Ucap Pramudya berpesan pada Raline.
"Iya Ayah." Hanya itu yang bisa Raline ucapkan.
"Ayah dan Bunda pamit dulu ya Nak. Semoga kalian berbahagia."
☘️☘️☘️☘️
Raline tampak kikuk disini. Bagaimana tidak, ibu dan adik perempuan Devan itu tidak mau mengajak bicara Raline. Seakan-akan mereka tidak menerima Raline dirumah ini.
Saat ini Raline tengah berkumpul dengan keluarga Devan, tentunya setelah semua acara selesai.
Devan sendiri saat ini sedang membersihkan badannya.
Sedang Rizal duduk di seberang Raline sambil memandang Raline penuh hasrat. 'Gilaaa, bininya Devan benar-benar bening. Aku harus cari kesempatan saat Devan pergi bekerja.'
"Bu, lihat deh, cantik-cantik kan tas nya. Lagi ada diskon nih. Besok kita kesana ya." Delia menunjukkan katalog terbaru dari butik Sh*pie.
Bu Ambar pun tampak antusias. Apalagi Devan sudah berjanji akan mentransfer uang pada mereka.
"Sayang~ Cepat bersihkan dirimu. Setelah itu kita istirahat." Panggil Devan setelah dia selesai mandi.
Raline pun terlihat bingung. Siapa yang dipanggi Devan sayang?
Melihat wajah kebingungan Raline, Devan pun menghampiri Raline dan berdiri didepannya. "Buruan mandi sana. Setelah itu istirahatlah."
"Ah i-iya."
Raline menuruti ucapan Devan karena dia pun merasa benar-benar lelah.
Selesai mandi, Raline benar-benar tertidur.
Devan memilih keluar menuju ruang keluarga. Disana hanya tinggal ibu dan adik perempuannya saja.
"Rizal mana Bu?" Tanya Devan
"Biasalah keluar sama temannya. Dev, jadi kan kamu transfer uangnya. Ibu sama Delia mau belanja."
"Hmm baiklah."
Devan pun mentransfer uang masing-masing sejumlah lima juta rupiah untuk ibu dan adiknya itu.
"Devan minta Ibu dan Delia bisa menerima Raline dengan baik atau uang belanja kalian aku potong." Ancam Devan.
"Iya. Iya bawel amat sih." Ucap Delia sebal.
Melihat kelakuan ibu dan adik-adiknya itu, Devan hanya bisa menggelengkan kepala pasrah.
☘️☘️☘️
Pagi ini Raline bangun sedikit terlambat dimana jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
Setelah bangun dan mandi, dia pun menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang lapar.
Disana sudah ada ibu dan adik iparnya.
Mereka berdua memasang wajah tidak bersahabat.
"Enaknya pengantin baru, jam segini baru bangun. Semalam berapa kali main?" Sindir Bu Ambar, mertua Raline.
Melihat Raline yang diam saja, membuat Bu Ambar marah. "Heh, kamu dengar tidak apa yang aku katakan tadi HAH?"
"Maaf Bu." Ucap Raline datar. Raline pun melanjutkan makannya.
Delia pun merasa geram dengan tingkah Kakak iparnya itu. "Setelah ini cuci semua piring dan baju kami sampai bersih."
Raline hanya diam saja. Bukan dia mau jadi anak durhaka, tetapi dia akan menghargai orang yang juga menghargai dirinya. Itu prinsipnya.
Sedang mereka berdua, sejak kemarin pun sudah tidak menghargai keberadaan Raline di rumah ini.
"Heh, budek ya kamu. Diajak ngomong malah diam. Bisu ya?" Teriak Delia pada Raline.
"Sudahlah Del, biarin aja. Mending kita belanja daripada dirumah sama patung."
Dalam hati Raline hanya bisa beristighfar. 'Ibunya Devan sangat berbeda dengan ibunya A' Alan.'
☘️☘️☘️
"Sayang, kita ke salon dulu yuk. Kulit wajah ibu jadi keriput gara-gara si Raline itu."
"Delia setuju Bu."
Pasangan ibu dan anak itupun akhirnya memutuskan untuk ke salon dulu sebelum mereka shoping-shoping.
Sedang Raline berada dirumah sendirian.
Beruntung bagi Raline, bahwa Rizal sampai sekarang belum kembali ke rumah.
Dikantor Devan pun sudah sibuk dengan pekerjaannya setelah sebelumnya dia mengambil cuti tiga hari.
Perlu diketahui bahwa perusahaan tempat Devan bekerja ini adalah perusahaan milik kakeknya Devan.
Devan sengaja bekerja sebagai karyawan biasa untuk melihat kinerja bawahannya.
Sedang Pramudya sendiri tidak tahu kalau Devan adalah cucu dari Mukti Wibowo sebab selama ini memang yang menjalankan perusahaan ialah orang kepercayaan almarhum ayah Devan.
Devan sendiri sebelumnya sedang menempuh pendidikan S3 nya di Negara B.
Dia pulang ke negara A karena mendengar kabar kematian ayahnya.
☘️☘️☘️
Saat jam makan siang pun tiba. Devan pamit pulang sebentar pada Pramudya untuk melihat keadaan Raline.
Sejak tadi pikirannya tidak tenang.
Tanpa membuang waktu lama, Revan pun sampai rumah. Dilihatnya pintu terbuka lebar.
Namun kondisi rumah tampak sepi. "Kemana perginya semua orang?" Gumam Devan.
Saat kakinya melangkah ke dalam, sayup-sayup dia mendengar seperti suara Raline. Tapi dimana?
Semakin lama suaranya semakin jelas berasal dari kamar Rizal.
Devan semakin mempercepat langkahnya.
Brakk
Pintu kamar Rizal ditendang Devan. Terlihat kondisi Raline yang sedikit berantakan.
Melihat Devan muncul, Raline pun menghampiri Devan. "Mas, tolong aku. Dia mau memperkosaku." Ucap Raline ketakutan.
Mendengar aduan Raline tentang Rizal membuat Devan mengepalkan tangannya kuat.
"Kak, aku bisa jelasin. Dia duluan Kak yang menggodaku. Percayalah padaku Kak." Dusta Rizal.
Tanpa aba-aba Devan pun melayangkan tinjunya tepat mengenai pipi kiri Rizal. "Aku akan mempercayai istriku."
"Heh, dia orang asing yang baru masuk ke keluarga kita dan kau lebih mempercayainya dibanding adik yang telah lama hidup denganmu? Cuih..."
"Karena aku tahu seperti apa kelakuanmu."
Bu Ambar dan Delia yang baru datang pun kaget dengan kondisi Rizal. "Apa yang terjadi?" Tanya Bu Ambar.
"Tanyakan pada dia apa yang telah dilakukannya pada Raline."
"Dia yang menggodaku duluan Bu. Percayalah padaku."
Bugg
Satu tinju lagi mengenai pipi kanan Rizal. Sontak saja kata-kata Rizal barusan justru membuat Devan semakin marah.
"Sudah salah tidak mau mengakui. Jangan jadi pecundang." Maki Devan dengan emosi.
"Hentikan Dev. Dia itu adikmu. Bukan orang lain." Bela Bu Ambar tidak terima.
"Raline bukan orang lain, dia istriku."
Setelah mengatakan itu, Devan pun mengajak Raline keluar dari kamar Rizal.
Di dalam kamar Devan, Raline pun menangis. "Aku tidak menggodanya Mas, hiks hiks..."
"Aku percaya padamu Sayang."
"Dia... Dia... Datang dan tiba-tiba menarik ku hiks" Ucap Raline dengan terbata-bata karena masih trauma.
"Sstt sudahlah, aku akan melindungi mu. Kupastikan mereka tidak akan berani menyentuhmu."
Tanpa sadar Raline pun menangis di pelukan Devan.
☀️☀️☀️☀️☀️
Bab 5 sampai disini dulu ya kak. Semoga puas.
Jangan lupa dukungannya ya kakak2 semua.
Terima kasih yang sudah mendukung cerita saya hehehe #BugHug
salam kenal dari bumi reog Ponorogo #DeepBow
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments