Hari ke Dua Devan di Ibukota

"Atas dasar apa kau berani mengambil uang perusahaan?" Tanya Devan begitu masuk ruangannya.

Orang yang bernama Heru itu tampak ketakutan. "Am-puni saya Tu-Tuan. Saya berjanji tidak akan mengulangi lagi."

"Siapa yang memberimu keberanian?" Tanya Devan lagi.

"Saya terpaksa melakukannya karena istri saya butuh biaya pengobatan yang banyak Tuan. Tolong ampuni saya."

"Cih. Alasan klasik." Devan berdecih. "Pilih mengembalikan uang yang kamu curi atau saya proses?" Lagi. Devan memberi pilihan yang sulit bagi Pak Heru.

"Tolong beri saya kesempatan Tuan. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi."

BRAKK !!!

"Siapa kau berani bernegosiasi denganku HAH?" Bentak Devan. "Seret dia keluar dan pastikan dia mengembalikan uang perusahaan atau proses hukum dia." Titah Devan pada Roni.

Dengan patuh Roni menjalankan perintah Devan. Lalu pergi setelah membungkukkan badan hormat.

Drrttt~

[Sedang apa Dev? Apakah sudah sampai ibukota dengan selamat heum?]

Devan tersenyum membaca pesan yang dikirim Raline. Seketika emosi yang tadi sempat meletup-letup langsung menguap. Lihatlah. Betapa bucinnya pria satu ini.

[Aku sudah sampai dengan selamat. Sekarang lagi santai. Kamu sendiri sedang apa?] Balasnya dengan diiringi emoticon love.

[Lagi santai juga. Kapan kamu pulang Dev?]

[Secepatnya. Mungkin lusa sudah pulang. Kenapa kangen ya?]

[Nggak tuh!] Balas Raline dengan tambahan emot lidah menjulur seolah-olah mengejek Devan.

"Awas saja kalau aku sudah pulang." Kata Devan sambil tersenyum lebar.

Tokk !!! Tokk !!!

"Masuk." Terlihat Roni datang lalu membungkuk hormat.

"Sudah beres Tuan." Lapor Roni.

"Bagus. Jangan lupa bereskan juga managernya. Buang semua sampai akarnya."

"Siap Tuan."

"Kalau begitu aku kembali dulu ke hotel. Agendakan rapat untuk besok. Kita harus lihat siapa yang pantas menempati posisi direktur keuangan yang baru."

"Siap laksanakan Tuan. Ada lagi yang lainnya Tuan?"

"Tidak ada. Sementara itu dulu." Ucap Devan kemudian pergi dari ruangannya. Devan ingin istirahat karena badan dan pikirannya terasa cukup lelah.

.

.

.

"Kenapa lama sekali." Gumam Raline memikirkan Devan. "Hahh~ Baru sehari rasanya seperti ini. Sepertinya aku benar-benar sudah jatuh cinta pada Devan. Hihihi~ " Kata Raline sambil senyum-senyum sendiri.

Cinta itu unik. Disaat orang yang kita harapkan tidak datang. Orang yang tidak kita inginkan kehadirannya justru datang menawarkan rasa yang membuat kita nyaman dengan kehadirannya.

Seperti Raline. Disaat dia menunggu kabar Alan dan berharap Alan datang walau sekedar mengatakan bahwa Alan masih sangat mencintai Raline. Namun, sampai Devan hadir, dan cinta untuk Devan mulai tumbuh di hati Raline. Alan tidak juga memberi kabar. Dia menghilang bak ditelan bumi.

Devan itu pengertian. Orangnya juga penuh kelembutan. Selalu memperlakukan Raline dengan sabar. Setidaknya itu yang Raline rasakan.

Memang Devan sosok yang lembut dan hangat hatinya kalau menyangkut keluarga dan orang-orang yang disayanginya. Berbeda ketika Devan sudah bekerja. Apalagi jika ada yang mengkhianati dirinya ataupun yang berurusan dengan perusahaan. Dia akan berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan.

Hari sudah mulai beranjak malam. Devan mengistirahatkan tubuhnya. Dia merasa lelah. Besok Devan harus mempersiapkan dirinya untuk rapat lagi. Agenda besok adalah memilih orang yang akan menggantikan direktur keuangan yang lama.

Tutt !! Tutt !!

Devan memutuskan untuk menelpon Raline. Dia ingin melihat Raline. Tak lama telpon pun tersambung.

Tampak wajah Raline tersenyum cerah saat tahu Devan melakukan panggilan video call.

"Hai Dev. Lagi apa."

"Eum lagi memikirkan kamu makanya ini telpon. Habisnya kangen kamu sih."

"Gombal." Ucap Raline sambil mencebik.

"Eh serius. Kamu cantik banget. Apa sebelum mengangkat panggilanku kamu dandan dulu heum?" Tanya Devan sedikit menggoda Raline.

"Mana ada. Bukankah biasanya aku juga seperti ini?" Kilah Raline. Memang benar sebelum mengangkat panggilan Devan tadi, Raline sempat berdandan sedikit. Tidak disangka ternyata Devan sangat jeli.

"Iya deh iya. Oiya kemungkinan besok lusa pagi aku baru bisa kembali. Urusan disini belum selesai. Bosku malah menambah kerjaanku." Beri tahu Devan sambil memasang wajah memelas.

"Kalau begitu yang semangat kerjanya biar cepat selesai." Semangati Raline.

"Baiklah Nyonya Devan perintahmu siap hamba lakukan." Ucap Devan dengan gaya bicara bergurau. "Kalau begitu aku tutup dulu ya. Buruan tidur." Imbuhnya.

"Hmm Baiklah. Selamat malam." Balas Raline lalu mematikan panggilan.

"Belum juga aku balas ucapan selamat malamnya malah dimatikan. Dasar." Omel Devan pada layar ponselnya yang sudah gelap.

.

.

.

"Bu, mana? Kata Ibu Kak Devan akan meminta maaf sama kita terutama Ibu. Nyatanya apa?" Omel Delia.

"Bisa diam tidak! Bisanya cuma ngomel-ngomel terus. Sana pergi tidur."

Delia langsung beringsut. Ngeri juga Ibu kalau lagi marah. Batin Delia lalu dia pun berlalu dari hadapan Bu Ambar dan pergi ke kamarnya.

"Bagaimana caranya agar Devan yang datang meminta maaf. Aku harus mencari bantuan." Kata Bu Ambar sambil memikirkan rencana selanjutnya.

.

.

.

Pagi ini Devan sudah bersiap-siap untuk ke perusahaan. Pekerjaannya hari ini akan menguras tenaganya. Devan berangkat setelah sebelumnya sarapan di restoran hotel. Dia dijemput oleh Roni.

"Apakah semuanya sudah siap?" Tanya Devan saat sudah masuk ke dalam mobil.

"Sudah Bos." Jawab Roni.

"Bagus. Pastikan selesai hari ini juga. Aku harus segera kembali secepatnya." Ucap Devan.

"Baik Bos." Iya yang kangen istrinya. Dasar Bos nggak ada pengertiannya sama sekali. Batin Roni memaki Devan.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Dua puluh lima menit mereka sudah sampai di perusahaan.

Devan masuk diikuti Roni setelah sebelumnya Roni memarkirkan mobilnya.

Mereka naik ke lantai delapan dengan menggunakan lift khusus. Mereka langsung menuju ruang rapat. Devan tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi.

Klekk !!

Pintu terbuka. Devan melangkah menuju kursinya. "Selamat pagi semuanya." Ucap Devan.

Semua kompak membalas sapaan Devan.

"Hari ini saya ingin mengganti direktur keuangan. Kira-kira dari kalian semua, apakah ada yang sanggup menempati posisi itu?" Tanya Devan.

Semua orang tidak ada yang berani bicara ataupun angkat tangan. "Kenapa diam? Apa tidak ada satupun yang sanggup?" Ujar Devan. "Kalau begitu biar saya tunjuk."

Devan melihat dan menimang siapa yang bisa dia percaya untuk menjadi direktur keuangan yang baru.

"Baiklah Pak Rudi, anda saya jadikan direktur keuangan menggantikan Pak Heru. Apa Bapak keberatan?"

"Mohon maaf Tuan. Saya merasa tidak mampu mengemban amanah ini."

"Kenapa? Apa Anda ingin mengulangi kesalahan yang dibuat Pak Heru?" Ucap Devan sarkatis.

"Tidak. Saya tidak berani."

"Baiklah kalau begitu mulai hari ini Anda pindah ke bagian keuangan. Biar direktur pemasaran digantikan oleh wakil Anda." Perintah Devan mutlak. "Ingat! Jangan pernah coba-coba untuk berkhianat atau kalian akan tahu akibatnya." Lanjut Devan.

Kemudian Devan berdiri dari kursinya. "Rapat selesai sampai disini. Bubar."

Semua orang tampak berdiri dari kursinya masing-masing. "Untuk Pak Rudi dan Pak Bagus, silakan kalian ke bagian HRD untuk melaporkan pemindahan kalian. Terima kasih atas kerjasamanya."

Setelah itu Devan pun pergi meninggalkan ruang rapat diikuti Roni. "Setelah ini jadwalku apa lagi Ron?"

"Tidak ada Bos."

"Baiklah kalau begitu aku akan kembali. Kau harus disini sampai kondisinya stabil lagi."

"Baik Bos."

Ya ampun Bos. Kalau begini terus kapan aku bisa dapat istri? Si Bos mah enak tinggal suruh-suruh. Pulang langsung peluk bininya. Lah aku? Nasib-nasib. Begitu batin Roni meronta-ronta.

Bersambung......

Begitulah Ron si Bos. Yang sabar ya. Maaf ya reader semua kalau molor lagi. Maaf soalnya author belum bisa membagi waktu.

Semoga kalian suka dengan cerita author ya. Jangan lupa like dan komennya. Terimakasih. Salam dari bumi reog #Deep Bow# 😘😘

Episodes
1 Awal Perpisahan
2 Kepergian Alan
3 Melamar
4 4. Pernikahan
5 Awal Kehidupan Raline yang Baru
6 Pergi Berlibur
7 Perlakuan Manis Devan
8 Kota Penuh Kenangan
9 Bab 9. Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Perasaan Raline
12 Rencana Bu Ambar
13 Fitnah
14 Hari Pertama Devan di Ibukota
15 Hari ke Dua Devan di Ibukota
16 Kejutan dari Devan
17 Berkunjung ke Rumah Pramudya
18 Masa Lalu dan Masa Depan
19 Rencana Bu Ambar #2
20 Kembali Bekerja
21 Lima Tahun
22 Cek Ke Dokter
23 Kabar Gembira
24 Kerja Sama
25 Gara-gara Pasta
26 Pertemuan Pertama
27 Raline Menghilang
28 Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya
29 Kisah Saat Devan Kecil
30 Saling Mengisi Satu Sama Lain
31 Periksa Kandungan
32 Rencana Alan
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Cek Kandungan Lagi
35 Dari Perut Naik Ke Hati
36 Tiga Bulanan
37 Pesta
38 Extra Part
39 Extra Part II
40 Season 2 atau selesai disini?
41 Season 2. Sang Putra Mahkota
42 Cemburu Yang Berlebihan
43 Rahasia Syifa
44 Drama Makan Malam
45 Mulai Membandingkan
46 Teka-teki Syifa
47 Tentang Syifa
48 Kecurigaan Dea
49 Kekhawatiran Halin
50 Terombang-ambing
51 Enggan Putus
52 Mulai Goyah
53 Ternyata... Hanya Sampai Disini Saja
54 Seharusnya....
55 Masih Bersedih
56 Satu Minggu Berlalu
57 Keputusan Halin
58 Keberangkatan Halin
59 University of Amsterdam
60 Devan Tiba di Ibukota
61 Mencari Jejak Halin
62 Kepulangan Dea
63 Kehidupan Halin di Belanda
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Awal Perpisahan
2
Kepergian Alan
3
Melamar
4
4. Pernikahan
5
Awal Kehidupan Raline yang Baru
6
Pergi Berlibur
7
Perlakuan Manis Devan
8
Kota Penuh Kenangan
9
Bab 9. Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Perasaan Raline
12
Rencana Bu Ambar
13
Fitnah
14
Hari Pertama Devan di Ibukota
15
Hari ke Dua Devan di Ibukota
16
Kejutan dari Devan
17
Berkunjung ke Rumah Pramudya
18
Masa Lalu dan Masa Depan
19
Rencana Bu Ambar #2
20
Kembali Bekerja
21
Lima Tahun
22
Cek Ke Dokter
23
Kabar Gembira
24
Kerja Sama
25
Gara-gara Pasta
26
Pertemuan Pertama
27
Raline Menghilang
28
Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya
29
Kisah Saat Devan Kecil
30
Saling Mengisi Satu Sama Lain
31
Periksa Kandungan
32
Rencana Alan
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Cek Kandungan Lagi
35
Dari Perut Naik Ke Hati
36
Tiga Bulanan
37
Pesta
38
Extra Part
39
Extra Part II
40
Season 2 atau selesai disini?
41
Season 2. Sang Putra Mahkota
42
Cemburu Yang Berlebihan
43
Rahasia Syifa
44
Drama Makan Malam
45
Mulai Membandingkan
46
Teka-teki Syifa
47
Tentang Syifa
48
Kecurigaan Dea
49
Kekhawatiran Halin
50
Terombang-ambing
51
Enggan Putus
52
Mulai Goyah
53
Ternyata... Hanya Sampai Disini Saja
54
Seharusnya....
55
Masih Bersedih
56
Satu Minggu Berlalu
57
Keputusan Halin
58
Keberangkatan Halin
59
University of Amsterdam
60
Devan Tiba di Ibukota
61
Mencari Jejak Halin
62
Kepulangan Dea
63
Kehidupan Halin di Belanda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!