Berkunjung ke Rumah Pramudya

"Sayang~ Tolong siapkan makanannya ya. Aku lapar~" Ucap Devan dengan manja.

Raline langsung tersadar saat Devan memanggilnya. "Kamu sudah bangun, Dev?"

"Hmm. Karena tadi ada yang memanggilku dengan sebutan 'Suamiku' makanya aku langsung bangun." Ucap Devan dengan santai membuat Raline langsung tersipu.

"Kamu tadi hanya pura-pura tertidur kah?"

"Tidak. Aku benar-benar tidur tadi. Kemudian bangun karena ada yang membisikkan kata-kata yang membuatku bangun."

Raline bergegas mengambilkan makan untuk Devan dan berlalu dari hadapan Devan karena malu.

"Temani aku makan Sayang." Ucapan Devan menghentikan langkah Raline. Dengan patuh Raline kembali menghampiri Devan dan mendudukkan dirinya di kursi tepat di samping Devan.

Raline tidak berani menatap Devan. Dirinya teramat malu karena ketahuan memanggil Devan dengan 'Suamiku'.

Rasanya aku ingin menenggelamkan diriku di dasar bumi saja. Batin Raline menahan malu.

"Kenapa kamu diam saja Sayang?" Tanya Devan saat menyadari sikap Raline yang hanya diam saja.

"Tidak ada." Jawabnya singkat.

Devan melanjutkan makannya. Sambil sesekali melirik Raline. Dalam hati Devan tersenyum. Tingkah Raline membuatnya gemas.

"Setelah ini temani aku santai di taman samping ya."

"Baik."

Devan hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. Lalu Devan berdiri dari duduknya karena sudah selesai makannya.

Raline tidak menyadari bahwa Devan sudah selesai. Dia masih asyik melamun karena merutuki ucapannya tadi. Dia bahkan tidak menyadari saat Devan sudah berada didekatnya.

"Apa aku perlu menciummu agar kamu tidak mengabaikanku Sayang?" Bisik Devan tepat ditelinga kiri Raline.

Membuat bulu kuduk Raline meremang. Raline hanya bisa mematung.

Devan menarik tangan Raline dengan lembut karena tidak ada pergerakan darinya. Membuat empunya hanya bisa mengikuti langkah kaki Devan.

Raline menatap tangannya yang digenggam oleh Devan. 'Hangat.' Kata Raline dalam hati.

Devan mendudukkan Raline pada bangku yang ada di taman samping rumahnya. Dia kemudian mendudukkan diri di samping Raline.

Mbok Sum datang membawakan camilan dan juga minuman setelah sebelumnya Devan meminta mengantarkan ke taman.

"Terima kasih Mbok." Ucap Devan dengan sopan.

"Sama-sama Tuan. Saya permisi dulu ke belakang Tuan." Ucap Mbok Sum kemudian pergi dari hadapan kedua majikannya.

"Apa kamu akan terus diam Al?" Ucap Devan sedikit keras.

"Ah maaf."

"Kenapa dari tadi kamu minta maaf terus? Memang kamu melakukan kesalahan apa heum?" Tanya Devan dengan lembut.

"Aku malu~ " Akui Raline lirih.

"Kenapa malu? Aku justru senang dengan panggilan itu. Kalau bisa panggil aku seperti tadi ya."

Blush~

Pipi Raline memerah seperti tomat. "Baiklah aku usahakan." Hanya itu jawaban yang bisa Raline berikan.

"Bagaimana kalau besok kita mengunjungi Ayah dan Bunda?" Ajak Devan.

Sontak Raline menoleh, menatap tak percaya pada ucapan Devan. "Benarkah itu Dev?"

"Tentu saja dengan satu syarat!" Negosiasi Devan.

Membuat Raline tanpa sadar mempoutkan bibirnya lagi.

Cup !!

Dengan cepat Raline menyadari tindakannya. Lalu menutup bibirnya dengan telapak tangannya.

"Apa syaratnya?" Tanya Raline sedikit sebal.

"Panggil aku 'Suamiku'!" Bisik Devan.

"Baiklah Su-Suamiku." Ucap Raline.

"Kalau begitu bersiap-siaplah. Sepuluh menit lagi kita ke tempat Ayah dan Bunda." Ucap Devan seenaknya.

"Hei Tuan pemaksa. Bagaimana mungkin dalam waktu sepuluh menit aku sudah harus rapi?" Protes Raline.

Devan hanya mengedikkan bahu tanda dia tidak mau tahu.

"Menyebalkan!" Raline berlalu sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Jangan lupa siapkan juga oleh-oleh yang kubawa untuk Bunda." Teriak Devan.

Raline melakukannya dengan cepat. Mandi, ganti baju dan menyiapkan oleh-oleh untuk orang tuanya dengan cepat. Dalam waktu yang ditentukan Devan, semua sudah siap.

Hosh.. !! Hosh.. !!

Nafas Raline tampak ngos-ngosan seperti dikejar hantu.

Devan dengan wajah tanpa dosa malah menanyakan hal yang membuat Raline bertambah kesal. "Kamu kenapa sayang? Seperti dikejar hantu saja." Ucapnya.

Tanpa menjawab pertanyaan Devan, Raline melangkah menuju pintu hendak keluar.

Grep !!

Devan menarik tangan Raline. "Kamu cantik kalau tidak marah. Kalau marah kamu malah menggemaskan Sayang." Ucap Devan sedikit berbisik.

"Dasar Tuan pemaksa. Menyebalkan!"

"Iya. Iya. Maafkan aku hihihi."

Mereka berjalan menuju mobil. Devan memutuskan untuk menyetir sendiri. Dia ingin menikmati waktunya bersama Raline. Sebab besok dirinya sudah harus bekerja kembali.

Dengan sigap Devan membukakan pintu untuk Raline. Diperlakukan dengan manis membuat Raline sedikit meleleh. Namun sebisa mungkin Raline tetap memasang wajah jutek. Dia ingin sedikit mengerjai Devan. 'Salah sendiri dia seenaknya padaku.'

Devan menggenggam tangan Raline sambil menatap lurus ke depan. Sedang tangan satunya memegang kemudi.

"Kamu masih marah padaku Al? Sedari tadi kamu diam saja." Tanya Devan memecah keheningan. "Atau kita tidak jadi pergi saja." Pancing Devan.

"Jangan..." Teriak Raline panik.

"Nah gitu dong bicara jangan diam saja. Aku kan malah bingung kalau kamu kaya gini."

"Hmm~ " Raline membalas dengan berdehem. "Aku sebal karena kamu seenaknya saja. Mana ada mandi, ganti baju dan siap-siap dalam waktu kurang dari sepuluh menit sudah harus rapi." Raline mengeluarkan uneg-unegnya.

"Hahahaha...." Devan justru tertawa dengan keras membuat Raline kembali berdecak sebal.

"Ck Benar-benar menyebabkan." Ucap Raline sambil memukul lengan Devan sedikit keras. Membuat empunya mengaduh pura-pura kesakitan.

"Auhh sakit~ " Ucap Devan membuat Raline panik.

"Ah~ Maafkan aku Sayang." Kata Raline reflek memanggil Devan sayang sambil mengelus lengan yang dia pukul barusan.

Yang dipanggil sayang hanya senyum-senyum. "Terus seperti ini Sayang. Panggil suamimu dengan mesra."

"Eh! Maksudnya?" Tanya Raline sedikit bingung dengan ucapan Devan.

"Barusan kamu memanggilku dengan panggilan 'Sayang'. Aku mau kamu memanggilku seperti itu terus."

"Katanya suruh panggil suamiku. Kenapa sekarang jadi panggil Sayang?"

"Apapun itu aku suka. Itu artinya kamu sudah mulai mencintaiku."

Raline diam mendengar ucapan Devan . Dalam hati dia membenarkan ucap Devan. Aku memang sudah jatuh cinta padamu Dev. Tapi aku malu mengatakannya.

"Turun Sayang. Kita sudah sampai." Raline kaget karena ternyata sudah sampai rumah orang tuanya.

Tokk !!

Tokk !!

"Bundaa~ " Teriak Raline tidak sabaran. Devan kembali menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Raline.

Lestari pun langsung ke depan saat mendengar suara Raline. Dia langsung memeluk putri kesayangannya itu dengan erat.

"Putri Bunda kenapa tidak memberi tahu kalau mau berkunjung."

"Sengaja Bun. Katanya Alin ingin memberi kejutan untuk Ayah dan Bunda." Kata Devan menjawab pertanyaan Lestari. "Ayah mana Bun?" Tanya Devan.

"Ada di dalam. Ayo masuk dulu." Ajak Lestari dengan senang sambil menggandeng tangan Raline. "Kalian duduk dulu biar Bunda panggil Ayah dulu."

Lestari pun berlalu ke dapur untuk memberi tahu Bik Ima, pembantu baru di rumah Pramudya sejak Raline pindah ikut Devan. Biar Lestari ada temannya, katanya. "Bik, bikinin minum empat ya taruh diruang tamu." Perintah Lestari.

"Baik Nyah."

Lestari naik ke atas menuju kamarnya untuk memanggil Pramudya.

Ceklek !!!

"Yah, turun yuk. Ada anak kita dibawah." Ucapan Lestari membuat Pramudya langsung menoleh ke arahnya.

"Benarkah Bun?" Tanyanya tidak percaya.

"Iya."

"Kalau begitu ayo kita temui mereka."

Kedua orang tua Raline itupun langsung keluar dari kamar mereka untuk turun menemui anak dan menantunya.

"Anak Ayah apa kabarnya?" Tanya Pramudya begitu sampai di ruang tamu. Di meja sudah ada minuman seperti perintah Lestari pada Bik Ima tadi.

"Baik Yah." Jawab Devan kemudian mencium tangan mertuanya dengan takzim diikuti oleh Raline.

"Itu tadi pembantu baru ya Bun? Sejak kapan?" Tanya Raline penasaran.

"Sejak kamu ikut Nak Devan, Sayang." Jawab Lestari.

"Sepertinya Putri Ayah tampak lebih bahagia sekarang." Kata Pramudya.

"Oiya Bun, ini ada sedikit oleh-oleh dari Devan saat dia pergi dinas ke Ibukota." Ucap Raline tanpa mau menjawab pertanyaan Pramudya. Dia masih marah karena telah menjodohkan dirinya meski kini Raline telah jatuh cinta pada Devan, dia marah karena dulu tidak merestui hubungannya dengan Alan dan malah menjodohkan dengan lelaki pilihan Pramudya.

Ya, tetap dalam hati Raline juga berterima kasih pada Ayahnya, karena sudah menjodohkan dirinya dengan Devan.

Memang, pandangan orang tua itu tidak pernah salah. Semua orang tua itu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Meski terkadang cara menyampaikannya yang salah.

Bersambung....

Terima kasih all atas dukungannya. Mohon koreksinya bila ada kesalahan ya reader sayang.

Sekian salam sayang dari kota reog #Tebar kiss# 😘😘😘😘😘

Episodes
1 Awal Perpisahan
2 Kepergian Alan
3 Melamar
4 4. Pernikahan
5 Awal Kehidupan Raline yang Baru
6 Pergi Berlibur
7 Perlakuan Manis Devan
8 Kota Penuh Kenangan
9 Bab 9. Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Perasaan Raline
12 Rencana Bu Ambar
13 Fitnah
14 Hari Pertama Devan di Ibukota
15 Hari ke Dua Devan di Ibukota
16 Kejutan dari Devan
17 Berkunjung ke Rumah Pramudya
18 Masa Lalu dan Masa Depan
19 Rencana Bu Ambar #2
20 Kembali Bekerja
21 Lima Tahun
22 Cek Ke Dokter
23 Kabar Gembira
24 Kerja Sama
25 Gara-gara Pasta
26 Pertemuan Pertama
27 Raline Menghilang
28 Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya
29 Kisah Saat Devan Kecil
30 Saling Mengisi Satu Sama Lain
31 Periksa Kandungan
32 Rencana Alan
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Cek Kandungan Lagi
35 Dari Perut Naik Ke Hati
36 Tiga Bulanan
37 Pesta
38 Extra Part
39 Extra Part II
40 Season 2 atau selesai disini?
41 Season 2. Sang Putra Mahkota
42 Cemburu Yang Berlebihan
43 Rahasia Syifa
44 Drama Makan Malam
45 Mulai Membandingkan
46 Teka-teki Syifa
47 Tentang Syifa
48 Kecurigaan Dea
49 Kekhawatiran Halin
50 Terombang-ambing
51 Enggan Putus
52 Mulai Goyah
53 Ternyata... Hanya Sampai Disini Saja
54 Seharusnya....
55 Masih Bersedih
56 Satu Minggu Berlalu
57 Keputusan Halin
58 Keberangkatan Halin
59 University of Amsterdam
60 Devan Tiba di Ibukota
61 Mencari Jejak Halin
62 Kepulangan Dea
63 Kehidupan Halin di Belanda
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Awal Perpisahan
2
Kepergian Alan
3
Melamar
4
4. Pernikahan
5
Awal Kehidupan Raline yang Baru
6
Pergi Berlibur
7
Perlakuan Manis Devan
8
Kota Penuh Kenangan
9
Bab 9. Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Perasaan Raline
12
Rencana Bu Ambar
13
Fitnah
14
Hari Pertama Devan di Ibukota
15
Hari ke Dua Devan di Ibukota
16
Kejutan dari Devan
17
Berkunjung ke Rumah Pramudya
18
Masa Lalu dan Masa Depan
19
Rencana Bu Ambar #2
20
Kembali Bekerja
21
Lima Tahun
22
Cek Ke Dokter
23
Kabar Gembira
24
Kerja Sama
25
Gara-gara Pasta
26
Pertemuan Pertama
27
Raline Menghilang
28
Kesedihan Yang Dialami Keluarga Pramudya
29
Kisah Saat Devan Kecil
30
Saling Mengisi Satu Sama Lain
31
Periksa Kandungan
32
Rencana Alan
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Cek Kandungan Lagi
35
Dari Perut Naik Ke Hati
36
Tiga Bulanan
37
Pesta
38
Extra Part
39
Extra Part II
40
Season 2 atau selesai disini?
41
Season 2. Sang Putra Mahkota
42
Cemburu Yang Berlebihan
43
Rahasia Syifa
44
Drama Makan Malam
45
Mulai Membandingkan
46
Teka-teki Syifa
47
Tentang Syifa
48
Kecurigaan Dea
49
Kekhawatiran Halin
50
Terombang-ambing
51
Enggan Putus
52
Mulai Goyah
53
Ternyata... Hanya Sampai Disini Saja
54
Seharusnya....
55
Masih Bersedih
56
Satu Minggu Berlalu
57
Keputusan Halin
58
Keberangkatan Halin
59
University of Amsterdam
60
Devan Tiba di Ibukota
61
Mencari Jejak Halin
62
Kepulangan Dea
63
Kehidupan Halin di Belanda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!