Ceklek
Aksal yang tengah asyik menyeruput kopi, dikejutkan dengan seseorang yang datang membuka pintu dan masuk begitu saja ke dalam ruangannya.
Sontak Aksal mendongakkan wajahnya, ia menggeleng perlahan setelah melihat bahwa Yoga lah yang datang kesana. Sejenak ia letakkan cangkir kopi itu di meja, lalu fokus menatap ke arah sahabat sekaligus asisten pribadinya disana saat ini.
"Eh bro, lu itu kok malah masuk kerja sih? Gue kan udah bilang, selama lu cuti gue bakal urus semua kerjaan lu!" ucap Yoga.
Aksal menatap tajam ke arahnya, "Heh, harusnya gue yang marah sama lu. Kenapa lu masuk ruangan gue gak ketuk pintu dulu, ha? Gak ada adabnya banget sih!"
"Ah? Hehe, sorry bro! Gue tuh kaget aja tadi pas dengar dari si Greg kalo lu masuk ke kantor," ucap Yoga.
Aksal dengan santainya kembali menyeruput kopi buatan Nita tersebut di depan sahabatnya, hal itu tentu membuat Yoga merasa haus dan reflek memegangi tenggorokannya.
"Buset dah, diajakin ngobrol dia malah ngopi! Mana enak banget lagi kelihatannya," ucap Yoga secara spontan.
"Hm, lu mau? Bikin aja sana di pantry, biasanya juga lu ngopi terus!" seru Aksal.
Yoga menarik kursi di dekatnya dan terduduk disana seraya mencebikkan bibirnya, "Ck, gausah. Nanti aja gue mah."
"Loh terus, lu mau apa kesini?" tanya Aksal penasaran.
"Ya apa lagi? Gue pengen tanya lah sama lu, kenapa sih lu harus datang ke kantor? Harusnya lu di rumah aja, nikmati masa indah pernikahan lu!" ucap Yoga.
Aksal justru tertawa, ia sampai tidak bisa menyeruput kopinya dengan santai karena terus tertawa akibat perkataan Yoga. Entah apa yang membuat lelaki itu tertawa, namun yang pasti ia merasa ucapan Yoga sangat lucu.
Sedangkan Yoga melongok dibuatnya, ia heran apa yang terjadi dengan sahabatnya itu saat ini. Bahkan, Yoga sampai menggaruk puncak kepalanya yang tak gatal karena sangking herannya dengan kelakuan Aksal.
Akhirnya Aksal berhenti tertawa, namun nafasnya justru terengah-engah akibat cukup lama tertawa. Aksal pun menyenderkan punggungnya di kursi miliknya, lalu coba mulai kembali membuka mulutnya dan berbicara pada Yoga disana.
"Lo itu kenapa sih, Sal? Gue ada salah omong ya sampe lu ketawa kayak gitu?" Yoga spontan bertanya karena bingung.
"Haha, gak ada kok. Gue ketawa karena omongan lu itu lucu," jawab Aksal.
Yoga sama sekali tak mengerti pada apa yang dibicarakan Aksal, ia menggaruk pelipisnya seraya menatap wajah sahabatnya dengan ekspresi bingung.
"Gue heran sama lu, dimana coba letak omongan gue yang lucu?" ujarnya.
"Ya itu tadi, soal lu minta gue buat di rumah dan nikmati masa indah pernikahan gue. Jelas-jelas gue gak bahagia sama pernikahan itu, gimana coba caranya gue bisa bahagia?" ucap Aksal.
Deg
Yoga terkejut dan baru sadar setelah mendengar perkataan sahabatnya, ia maju seolah meminta penjelasan dari pria itu terkait apa yang dia katakan. Pasalnya, ia masih belum mengerti mengapa Aksal bisa tidak bahagia dengan pernikahan itu.
"Maksud lu gimana, Sal? Kok bisa lu gak bahagia sama pernikahan lu sendiri, emang kenapa?" Yoga langsung bertanya-tanya pada sahabatnya itu.
Aksal menggeleng perlahan, "Duh, nanti aja deh gue ceritanya. Gue mau ngopi dulu tenangin pikiran, sorry ya!" ucapnya.
Aksal pun dengan santainya melanjutkan menyeruput kopinya, sedangkan Yoga dibuat penasaran setelah Aksal tidak ingin menceritakan semua itu sekarang ini.
•
•
Tok tok tok
Berkali-kali Raka mengetuk pintu kamar kekasihnya sambil tersenyum berharap Zena bisa segera keluar menemuinya, tampak ia juga membawa sebungkus makanan di tangan yang akan ia berikan pada wanitanya itu nanti.
Tak lama kemudian, Zena keluar dan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Wanita itu spontan tersenyum setelah mengetahui bahwa Raka telah datang, tentu saja ia merasa senang karena memang sedari tadi ia menunggu kehadiran pria itu disana.
"Raka, akhirnya kamu datang juga. Masuk yuk!" Zena tersenyum dan melebarkan pintu, serta mempersilahkan kekasihnya masuk.
Tanpa berpikir panjang, Raka melangkah masuk ke dalam sana melewati tubuh wanita itu. Tak lupa Zena menutup pintu, bahkan menguncinya untuk mencegah adanya pengganggu disaat mereka sedang asyik berduaan saat ini.
"Pintunya kok dikunci, kamu gak takut nanti suami kamu curiga?" tanya Raka.
Zena tersenyum saja dan langsung memeluk tubuh Raka dengan erat, ia benamkan wajahnya di punggung sang kekasih. Tampaknya Zena begitu gembira dapat bertemu kembali dengan Raka kali ini.
"Aku tuh kangen banget sama kamu, aku paling nyaman ada di pelukan kamu kayak gini. Jangan dilepas ya!" ucap Zena.
"Kamu manja banget sih, emang gak pernah dipeluk ya sama suami kamu itu semalam? Kalian itu kan baru nikah loh, harusnya pasti nempel terus," ujar Raka
Zena menggelengkan wajahnya, "Gak mau, ogah banget aku peluk-pelukan sama dia. Enakan sama kamu."
Raka merasa senang mendengarnya, ia meletakkan bungkus makanan yang ia bawa di atas meja dan menarik dua tangan gadisnya. Ia menangkup wajah gadis itu, lalu kembali memeluknya dan mengendus wangi tubuh sang kekasih yang ia sayangi.
"Aku juga suka banget peluk kamu begini sayang," ucap Raka.
"Iya, aku gak mau lepas dari kamu. Aku gak mau jauh dari kamu Raka, harusnya kamu yang ada di pelaminan kemarin sama aku, bukan Aksal." Zena semakin mengeratkan pelukannya di tubuh sang kekasih.
Raka pun tak tinggal diam, dengan gerakan perlahan ia membawa gadisnya itu menuju sofa yang terletak tak jauh dari sana. Lalu, mereka sama-sama duduk dan kembali berpelukan mesra disana sambil saling tersenyum menatap wajah satu sama lain. Raka juga berulang kali mencubit pipi Zena dengan gemas, mereka benar-benar terlihat seperti pasangan kekasih saat ini.
"Aku juga maunya begitu, sayang. Tapi, nyatanya orang tua kamu kan gak setuju sama hubungan kita. Mereka malah jodohin kamu sama teman aku itu," ucap Raka.
"Iya kamu benar, aku juga gak tahu apa alasan mereka paksa aku menikah sama Aksal. Tapi, cinta aku tetap buat kamu kok Raka sayang. Kamu gausah khawatir ya, aku nanti akan berjuang demi cinta kita!" ucap Zena.
"Iya sayang, sekarang kita makan dulu yuk! Kasihan tuh makanannya keburu dingin," ucap Raka.
Zena manggut-manggut disertai senyum manis yang merekah di wajahnya, sejenak ia melepaskan pelukannya dan beranjak dari sofa untuk menyiapkan makanan. Raka tak mencegahnya, lagipula tujuan pria itu datang kesana juga untuk membawakan makanan bagi kekasihnya.
Setelah semua siap, Zena kembali ke sofa dengan membawa dua mangkuk bubur ayam yang dibawakan Raka tadi. Gadis itu meletakkan mangkuk tersebut di atas meja, dan kembali duduk tepat di sebelah sang kekasih.
"Nih sayang, buburnya udah jadi. Kamu mau aku suapin gak kayak dulu?" ucap Zena.
"Oh mau dong sayang, aku rindu banget momen spesial kita yang dulu. Gimana kalau kita suap-suapan?" ucap Raka.
"Setuju, aku setuju banget sama usul kamu!" Zena tentu sangat menyetujui hal itu.
Akhirnya mereka sama-sama saling menyuapi dan menikmati momen indah itu disana, Zena serta Raka terlihat sangat bahagia karena dapat bermesraan lagi seperti dulu sebelum Zena menikah. Hanya saja, entah kenapa perasaan Zena mendadak khawatir saat memikirkan sosok Aksal yang merupakan suaminya.
"Ih ngapain sih aku pake mikirin si cowok gak jelas itu??" gumamnya dalam hati.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments