Bab 13. Panggil nama aja

Kinara sampai di rumahnya, ia langsung turun dari mobil dan pergi begitu saja ke dalam rumah itu tanpa perduli pada sosok Liam. Ya Kinara sudah malas meladeni pria itu, ia juga sedang ingin menyendiri dan tak ada orang yang mengganggunya. Masalah yang ia hadapi saat ini begitu berat, sehingga ia tak ingin ada orang lain yang mengetahuinya.

Begitu ia membuka pintu, rupanya bik Mirna tengah membersihkan jendela di dekat sana dan terkejut melihat kehadiran Kinara disana. Sontak Mirna sengaja melempar kemoceng di tangannya, lalu melangkah ke arah Kinara sambil tersenyum sumringah. Bagaimanapun, Mirna tentu amat senang melihat Kinara telah kembali ke rumah dalam keadaan selamat.

"Eh non Kinara? Syukurlah, akhirnya non Kinara pulang juga! Saya senang banget lihatnya non, jujur saya khawatir karena semalaman non Kinara gak pulang!" ucap Mirna penuh bahagia.

"Eee...makasih ya bik udah khawatirin saya! Terus papa sekarang ada dimana, bik?" tanya Kinara.

"Ah iya non, tadi itu papanya non pergi buat cari non Kinara. Dari semalam tuh pak Kevin cemas banget nyariin non Kinara, makanya sekarang beliau pergi deh," jawab Mirna.

"Ohh, padahal aku cuma nginep di rumah teman aku loh," ucap Kinara.

Tak lama kemudian, Liam menyusul masuk menemui Kinara yang kebetulan masih di dekat pintu. Ya Kinara pun terkejut ketika pria itu malah mengikutinya, padahal tadi ia sudah meminta pada Liam untuk berhenti mengganggu hidupnya. Namun, tampaknya Liam tak perduli dengan apa yang dikatakan Kinara sebelumnya.

"Nginep di rumah teman gimana sih? Kalo emang bener begitu, kenapa tadi saya temuin kamu lagi sedih banget di dekat jembatan? Udah deh non, jangan bohongi orang terus!" ucap Liam.

"Ish, apaan sih lu? Gausah sok akrab deh, kayak tau aja tentang gue. Lo itu baru disini, jadi lu harus jaga sikap!" sentak Kinara.

Liam menurut saja, meskipun rasanya ia sakit hati mendengar kata-kata Kinara. Ia tersenyum dan tidak membantah ucapan gadis itu, tapi tentu ia sudah menyiapkan semua rencana yang paling pas untuk bisa menaklukkan Kinara. Apalagi, ia telah menanam benihnya di rahim gadis itu semalam.

"Eee non, non Kinara mau apa? Biar saya buatin," tanya Mirna pada anak majikannya.

"Ah kebetulan bibik nanya, soalnya saya lagi lapar nih. Ada makanan yang bisa saya makan gak bik?" jawab Kinara sambil mengusap perutnya.

"Ada dong non, yuk kita ke meja makan! Saya udah siapin semua buat non Kinara, makanan spesial kesukaan non," ucap Mirna.

"Okay, makasih bik."

Sontak Kinara segera melangkah menuju meja makan sesuai ajakan Mirna, ya ia sudah tidak tahan ingin menikmati makanan buatan pelayan di rumahnya itu. Rasa lapar yang melandanya sudah tak bisa ditahan lagi, ia sangat tidak sabar karena sejak malam ia tak menyantap makanan apapun.

"Tunggu non!" tiba-tiba saja, Liam mendekat dan menahan gadis itu. "Jangan main pergi gitu aja dong non, saya kan belum selesai bicara!" lanjutnya.

Kinara menghela nafas, "Apa sih? Lo pengen ngapain lagi emang?" tanyanya keheranan.

"Ini loh saya kan juga ada disini, masa gak diajak makan bareng kamu? Kata tuan Kevin, saya kan harus nemenin non terus. Artinya kalau non makan, ya harusnya saya ikut makan juga non," jawab Liam.

"Hah? Udah gila kali lu ya? Ogah banget gue makan bareng lu, mending lu keluar sana cari makan di luar!" sentak Kinara.

Liam lagi-lagi merengut dan tidak bisa membantah perkataan Kinara, ia pasrah ketika Kinara menolaknya dan menyuruhnya pergi dari sana.

Kevin akhirnya kembali ke rumah bersama Jessica dan juga supirnya, mereka baru mendapat info dari Liam kalau Kinara telah ditemukan dan dibawa pulang ke rumah. Ya dengan cepat Kevin langsung memutar balik, lalu kembali kesana untuk bisa menemui putrinya yang sangat ia rindukan.

Begitu turun dari mobil, Kevin melihat Liam sedang berjalan keluar dari rumahnya. Sontak Kevin menghampiri pria itu dengan penuh rasa penasaran, Kevin ingin sekali tahu apa dan bagaimana kondisi putrinya. Saat ini Kevin benar-benar khawatir, sebab semalaman penuh Kinara tak pulang.

"Liam, gimana Liam? Dimana putri saya sekarang? Saya cemas sekali dengan dia, saya mau ketemu sama dia!" ujar Kevin.

"Umm...tenang pak, sudah tuan tidak perlu khawatir berlebihan! Saya berhasil temukan non Kinara di jalan tadi dalam keadaan baik-baik saja, lalu saya langsung aja bawa non Kinara pulang ke rumah," jelas Liam.

"Baguslah, tapi Kinara gak kenapa-napa kan? Dia terluka atau enggak? Terus waktu kamu temui dia, itu dia lagi ngapain? Kamu jelaskan ke saya sekarang!" tanya Kevin cemas.

"Begitu deh tuan, tadi aja saya gak nyangka kalau non Kinara ada di pinggir jalan dekat jembatan. Saya lihat non Kinara lagi sedih dan menangis disana, lalu terus melihat ke bawah sungai yang mengalir deras," jawab Liam.

"Apa? Kok bisa Kinara berdiri di pinggir jembatan begitu?" kaget Kevin.

"Entahlah tuan, saya sudah coba tanya ada apa sama non Kinara. Tapi, non Kinara malah marah-marah sama saya dan gak mau kasih tahu ke saya," ucap Liam.

Kevin menghela nafasnya, "Haaaahh, yasudah biar saya tanya langsung ke Kinara. Makasih ya Liam sudah bantu saya!" ujarnya.

"Sama-sama, tuan."

Kevin menepuk pundak Liam dan tersenyum lebar, hatinya terasa tenang karena Liam telah berhasil membawa putrinya kembali. Setelah itu, Kevin bergegas pergi masuk ke dalam rumahnya untuk menemui Kinara. Sedangkan Liam tetap disana, memandangi punggung bosnya yang sudah menjauh.

"Pak Liam!" diluar dugaan, Jessica yang juga ada disana tiba-tiba menegur pria itu.

Spontan Liam terkejut, ia menoleh ke arah Jessica dengan wajah bingung. Wanita itu terlihat mendekatinya, membuat Liam penasaran pada apa yang hendak dilakukan Jessica kali ini.

"I-i-iya, kenapa bu Jes?" tanya Liam dingin.

"Kamu ini kenapa panggil saya bu sih? Saya kan masih muda, gak lihat nih muka saya cantik begini?" ucap Jessica.

"Hadeh, kamu aja panggil saya pake pak. Kenapa giliran saya panggil kamu bu, kamu malah gak mau? Gak adil banget dong buat saya," ucap Liam.

"Ohh, terus kamu maunya dipanggil apa dong kalau bukan pak?" tanya Jessica.

"Eee....ya apa aja deh pokoknya, asalkan jangan pak! Saya juga masih muda loh bu Jes," jawab Liam.

"Haish, tuh kan masih aja begitu. Yaudah, kita sama-sama panggil nama aja ya!" pinta Jessica.

Liam mengangguk, "Okay, saya setuju. Lagipula, itu lebih bagus."

Jessica pun tersenyum lebar dan menyibak rambutnya ke belakang, entah mengapa saat bersama Liam ia merasa hatinya lebih berbunga-bunga dan bersemangat.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!