Bab 6. Bisa mati

Kevin masih berada di dalam mobilnya bersama supir dan juga sekretarisnya, ia terlihat terus memandang layar ponsel untuk memastikan para koleganya datang kali ini. Ya rencananya Kevin akan mengenalkan putri sekaligus pewarisnya itu di hadapan mereka semua, karena sebentar lagi tentu ia akan menyerahkan bisnisnya kepada Kinara yang merupakan putri satu-satunya itu.

Akan tetapi, Jessica selaku sekretaris Kevin menyadari bahwa mobil yang ditumpangi Kinara saat ini tak terlihat lagi di belakang mereka. Ya Jessica pun keheranan, ia coba terus melirik ke belakang untuk memastikan kebenarannya. Namun, ia tetap saja tidak bisa melihat mobil milik Kinara di belakang sana.

Kevin merasa risih ketika Jessica terus saja bolak-balik menoleh ke belakang dan depan, ia pun menyingkirkan sejenak ponselnya untuk menegur wanita itu. Pasalnya, sedari tadi ia sudah diam, namun Jessica tak kunjung berhenti. Ya sontak Kevin menaruh tangannya di bahu Jessica, lalu menegur wanita itu dengan nada tinggi.

"Jessica, kamu itu kenapa daritadi bolak-balik lihat ke belakang terus? Emangnya ada apa sih? Kamu mau beli sesuatu?" tanya Kevin bermaksud menegur wanita itu.

"Hah? Eee...maaf pak, itu saya heran aja karena mobilnya non Kinara gak ada di belakang. Saya khawatir terjadi sesuatu pak sama non Kinara, apalagi daerah sini kan agak rawan," jelas Jessica.

"Masa sih??" Kevin terkejut, lalu ikut menoleh untuk memastikan perkataan sekretarisnya.

Ternyata benar yang dikatakan Jessica tadi, mobil yang ditumpangi putrinya itu memang tidak ada disana. Ia pun merasa bingung dan mencemaskan kondisi putrinya, apalagi Jessica mengatakan kalau daerah yang mereka lewati sekarang cukup rawan dan banyak penjahat.

"Wah iya, kamu benar Jessica. Saya harus pastikan semuanya, biar saya coba hubungi Kinara dulu deh," ucap Kevin.

"Iya pak, baiknya begitu. Siapa tahu ada kendala yang dialami non Kinara, makanya mobilnya gak kelihatan lagi di belakang kita," ucap Jessica.

Kevin kembali mengambil ponselnya dan langsung menghubungi nomor Kinara, tak lupa ia meminta pada Mirza—supir pribadinya itu untuk menghentikan sejenak mobilnya di depan.

"Mirza, berhenti sebentar ya!" titah Kevin yang diangguki oleh supirnya.

"Baik pak!"

Mobil pun berhenti, namun Kevin tak kunjung bisa menghubungi nomor putrinya. Ia terlihat semakin panik, bagaimanapun ia tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Kinara. Seburuk apapun kelakuan gadis itu, tetap saja Kinara adalah putri satu-satunya yang sangat ia sayangi.

"Haish, kamu kemana Kinara? Ayo angkat teleponnya! Papa khawatir loh sama kamu, cepat angkat Kinara!" Kevin terus bergumam dan merasa cemas.

"Sabar ya pak, kita coba putar balik aja buat ngecek kondisi non Kinara! Siapa tahu mereka emang butuh bantuan," usul Jessica.

"Iya Jes, kamu benar. Mirza, cepat kamu putar balik sekarang! Kita cari dimana mobil Kinara berhenti, karena saya khawatir terjadi sesuatu sama dia!" ujar Kevin.

"Baik pak!" Mirza mematuhinya dan mengikuti perintah bosnya.

Lalu, Mirza segera melajukan mobilnya untuk mencari keberadaan Kinara yang entah ada dimana. Kevin terus coba menghubungi nomor putrinya, tapi tetap tidak bisa dan membuatnya makin bingung. Sedangkan Jessica masih berusaha menenangkan bosnya dengan cara mengusap lembut bahu serta pundaknya.

"Tenang pak, kita berdoa aja supaya gak terjadi sesuatu sama non Kinara! Lagipula, ada Liam yang menemani non Kinara. Saya yakin Liam pasti bisa jaga non Kinara dengan baik," ucap Jessica.

"Iya Jessica." Kevin manggut-manggut saja sambil tersenyum tipis.

Disisi lain, Liam tengah menghadapi perlawanan dari keempat pria yang tadi mencegat mobilnya. Liam pun tampak kesulitan saat ini, ia harus menerima berbagai pukulan serta tendangan dari semua pria itu. Apalagi, ia hanya sendiri dan tentu akan sulit baginya untuk mengalahkan mereka.

Liam berhasil mengarahkan pukulan tepat ke arah seorang pria itu, tapi kemudian dari belakang dan samping ia juga terkena pukulan dari dua pria lainnya. Liam sungguh kesulitan menghadapi mereka, ia pun mundur sambil memegangi perutnya yang terkena pukulan serta tendangan itu.

Keempat penjahat itu kompak tertawa sambil terus memandangi sosok Liam disana, ya mereka merasa puas karena Liam terlihat kehabisan nafas. Sudah cukup lama mereka bertarung, namun Liam memang memiliki keahlian yang hebat.

Tak berhenti sampai disitu, keempat orang itu langsung kembali menyerang ke arah Liam dengan melayangkan pukulan beruntun. Liam hanya bisa menangkis serangan mereka sambil berharap-harap cemas, pasalnya pukulan dan tendangan mereka terasa sangat keras di tubuhnya.

Bruuukkk

Pada akhirnya, Liam pun tumbang dan terjatuh di aspal jalanan itu dengan posisi terlentang. Liam merasa sangat kesakitan, ia terus mengerang sembari memegangi perutnya. Tubuhnya terasa begitu remuk, ia tak tahu lagi harus berbuat apa untuk bisa mengalahkan mereka.

"Aakkhh...saya gak kuat lagi, kalo begini terus saya bisa mati konyol. Tapi, saya gak mungkin nyerah. Saya harus kuat demi non Kinara!" lirihnya.

Perlahan Liam kembali bangkit dari posisinya, ia berjalan tertatih sambil terus memegangi perutnya. Ia mendekati keempat penjahat yang berdiri di hadapannya, terlihat ia berusaha kembali memberikan perlawanan dan bersiap mengambil ancang-ancang.

"Heh, lu masih berani lawan kita? Mau cari mati lu, ha?" ujar si penjahat.

Liam menyeringai, "Saya gak akan pernah menyerah, sampai matipun saya akan terus melawan kalian. Lebih baik kalian pergi, jangan ganggu nona saya!" ucapnya tegas.

"Cih, udah bonyok aja masih banyak lagu lu! Yaudah, ayo kita abisin aja nih orang!" ucap si penjahat penuh emosi.

Disaat mereka hendak menyerang kembali, tiba-tiba saja Kinara muncul dan menghampiri mereka sembari memegang ponselnya. Sontak mereka semua terkejut, bahkan Liam sampai terbelalak ketika melihat Kinara turun dari mobil dan malah mendekat ke arahnya saat ini.

"Stop, stop tolong jangan diterusin! Nih nih gue bakal kasih semua yang gue punya buat kalian, tapi tolong udah ya jangan hajar orang ini terus!" ucap Kinara.

"Hah? Non, apaan sih non? Kenapa non mesti bertindak seperti itu? Saya masih kuat kok lawan mereka non," ucap Liam.

"Ah udah diam lu! Lu itu gak becus, gak bisa diandelin. Kalo lu terus lawan mereka, yang ada lu bakal mati," ucap Kinara.

"Hahaha, betul tuh yang dibilang bos lu. Sekarang serahin semua harta yang lu punya, supaya urusan kita juga cepat beres. Ayo cepat!" pinta si penjahat.

"Okay, gue bakal kasih semua harta gue ke kalian," ucap Kinara.

Terpaksa Kinara menyerahkan ponsel serta uang yang ia punya, bahkan ia turut memberikan jam tangannya pada mereka. Ya tentu keempat penjahat itu merasa senang, mereka puas lantaran apa yang mereka inginkan akhirnya tercapai.

"Mantap nih, gini dong daritadi." si penjahat itu tersenyum penuh kemenangan.

Tapi kemudian, salah seorang penjahat itu berbisik di telinga pimpinannya sambil melirik ke arah Kinara.

"Bos, kayaknya kita perlu culik cewek itu juga. Dia orang kaya bos, ini bisa kita jadikan peluang untuk dapat uang yang lebih banyak dari ini," bisiknya.

"Wah bagus juga ide lu,"

Tak lama kemudian, mereka berempat kembali menatap wajah Kinara disertai seringaian yang mencurigakan.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!